2021 sudah diinjak semesta. 2020 telah telah lewat, sudah menjadi lipatan kenangan. Ya, di 2020, yang baik diingat selalu, yang buruk jadikan pelajaran untuk menapaki esok yang entah berapa lama dihirup. Entah satu hari, dua hari atau sampai umurmu di ujung tahun. Yang jelas, anggaplah ini hari merupakan masa terakhirmu, saatmu terakhirmu untuk melakukan yang terbaik dalam segala aktivitas.
Bagi seorang mukmin maka selalulah menambah rasa takut akan azab Tuhan dan meningkatkan segala amal yang bermanfaat sebagai defosito dalam perjalanan panjang yang tak terpermanai. Selain itu tingkatkan rasa harap akan ampunan Ilahi atas semua silap dan salah di masa lampau. Segeralah kembali. Segeralah rengkuh dan peluk cinta Ilahi. Segeralah bertaubat atas semua sikap yang melawan kehendak Rabbi dan hati nurani selama ini. Buang penyakit diri berupa keangkuhan, kedengkian, kebencian, kesewenang-wenangan serta kebatilan lainnya.
Segeralah berupaya menjadi manusia yang berpikiran dan berwawasan panjang serta luas. Bahwa hidup di dunia bukan akhir dari sebuah perjalanan insan. Ini masa, baru sebagian trip dari beberapa trip lain yang lebih terjal, curam, kelam dan mencemaskan. Bila di trip ini dirimu gagal, maka di trip berikutnya juga akan melalui jalan licin, hitam dan berlubang serta membahayakan yang membuat engkau menyesal tak bertepi. Jangan sampai tenggelam. Jangan sampai karam. Jangan ada penyesalan di akhir. Sekali lagi bertakwalah kepada-Nya karena Ia Mahatahu segala apa yang engkau lakukan di dunia ini. Dan jangan alpa bahwa semua yang dirimu perbuat akan dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya karena dirimu telah diangkat menjadi khalifah fi al-ardh.
Hai orang-orang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memerhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S: Al-Hasyr: 18)
Evaluasi imanmu, jangan sampai hatimu dimasuki syirik kepada Allah Swt. Jangan sampai engkau bertuhankan nafsumu, atasanmu, hartamu, jabatanmu, atau mungkin istri dan anakmu, Islammu juga dikoreksi,. Sudahkah rukun Islam mampu kau kerjakan sempurna dengan ikhlas dan sepenuh hati serta sesuai dengan tuntunan Rasulullah Saw? Ihsanmu. Ya, ihsanmu, sudahkah kau betul-betul merasa Tuhanmu melihat dan memperhatikan semua gerak-gerikmu? Jika dirimu tak tak dapat melihat Tuhanmu, pastilah Tuhanmu melihatmu. Pasti.
Selama engkau hidup jangan lupa diri. Engkau ini seorang hamba, seorang budak, seorang pelayan Tuhan-Mu. Engkau itu ‘abdullah. Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah-Ku (menjadi abdi-Ku). Demikian pesan Ilahi dalam Alquran Surat Al-Dzariyat ayat 56 buatmu. Untuk itu, Jadilah hamba yang baik. Jadilah pelayan yang prima. Jangan mendurhaka. Jangan berbuat semena-mena. Ingat, pada dirimu tempatnya dhaif dan papa.
Wahai muda kenali dirimu/ ialah perahu tamsil tubuhmu/ tiadalah berapa lama hidupmu/ ke akhirat jua kekal diammu. Itulah syair Hamzah Fansury buatmu. Kau camkan itu. Kau renungkan itu.
Simak lagi pesan Hamzah ini: Lengkapkan pendarat dan tali sauh/ derasmu banyak bertemu musuh/ selebu rencam ombaknya cabuh/ la ilaha illallahu akan tali yang teguh//… Wujud Allah nama perahunya/ ilmu Allah akan dayungnya/ iman Allah nama kemudinya/ yakin akan Allah nama pawangnya.
Ketika engkau berlayar di lautan kehidupan ini jangan pernah lalai. Ombak, gelombang, badai, batu karang ada di setiap nadimu, untuk itu berhati-hatilah. Kata pantun Melayu yang ditulis Tenas Effendy: Pandai-pandai mencari akar/ karena rotan banyak onaknya/ pandai-pandai pergi berlayar/ karena lautan banyak ombaknya.
Tahun 2020 telah meninggalkan sejumlah kenangan bagimu. Pahit, manis, asam, masin, payau telah kau cecap. Belajarlah dari semua itu. Belajarlah untuk memperbaiki diri di 2021 ini. Jika dikau resah dan risau dengan berbagai kejadian yang engkau saksikan di televise, di gadjet, dan dunia maya. Yang kau dengan dari radio dank au baca dari media cetak. Maka matikan sejenak televisimu, off –kan sementara hp dan gadjetmu. Lipat dan simpan koran serta majalahmu. Renunglah. Tafakkurlah. Ingat Tuhan-Mu. Sebut nama-Nya dalam galau dan risaumu. Ingat diri-Nya dalam termangumu. Kembalilah engkau menyapa-Nya dengan khusyu’ dan tawadhu’, dengan bersepi-sepi, bersunyi-bersunyi, dan tengadahkan wajahmu ke langit. Tampungkan tanganmu. Merintihlah dalam hina kepada-Nya. Mintalah petunjuk-Nya menghadapi zaman yang penuh katidak pastian dan ketidak menentuan ini. Yakinlah dengan seyakin-yakinnya, bahwa Dialah sebaik-baik pemberi petunjuk.
Seperti dirimu, daku juga sedang termenung, tersadai, luruh dalam diam, mencari jawab segumpal pertanyaan. Di antaranya; apakah hidupku ini tak lebih daripada makhluk Ilahi yang lain? Sudahkah daku menjadi al-insan yang al-hayawan al-natiq? Atau barangkali baru setakat al-hayawan? Yang hanya memikirkan naluri badaniyah dan mengenyampingkan potensi ruhaniyah? Kalau hanya itu, celakalah badan. Sungguh terhinalah diri. Yang dari tanah ‘kan kembali ke tanah, ia akan lapuk dan busuk. Sementara yang datangnya dari ruh Ilahi ‘kan pulang ke haribaan-Nya.
Akan tetapi daku tetap berharap, Tuhanku yang Mahakasih memanggilku nanti: Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka maasuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku. Masuklah ke dalam surge-Ku. (QS: Al-Fajr: 27-30)
Ya, semoga Dia yang al-Rahman dan al-Rahim memanggil daku dan dirimu dengan senandung yang indah itu di akhir hayat kita. Semoga kita raih ridha-Nya. Amin.
Wallahu a’lam.***
Baca : Desember Haru?