Menulis Kembali

Pemuda

HAMPIR dua bulan, saya berhenti menulis di media ini. Hanya satu dua orang yang sempat bertanya kenapa berhenti? Dari situ anda bisa menduga, dan tentu saja saya sendiri sangat yakin, ternyata sangat sedikit yang “merindukan” tulisan saya.

Sedihkah saya? Bagaimanapun, sebagai manusia biasa pasti sedih.

Namun demikian, saya lalu teringat catatan Paul Angone, seorang penulis best seller “101 Secrets For Your Twenties” dan beberapa buku lainnya, pernah menyebutkan bahwa tidak peduli seberapa sukses seseorang, mereka semua pernah menghadapi godaan untuk berhenti melakukan aktivitas yang telah mereka jalani selama ini. Termasuk dalam aktivitas menulis. Ia berusaha untuk mempertanyakan kepada diri sendiri, mengapa muncul desakan untuk berhenti menulis?

Lebih lanjut ia menyatakan

Desakan ini, menurut Angone, muncul dari “the liar” –para pembohong. Kapan pun Anda mulai melakukan tindakan penting, terutama saat Anda mengalami kesulitan menuliskan kata-kata, “para pembohong” akan menggoda dan berusaha untuk menghentikan Anda. Setiap saat, mereka berusaha meyakinkan Anda untuk berhenti menulis. “Jangan lanjutkan, berhenti saja. Tak ada gunanya”, kata para pembohong.

Kata-kata Angone ini membuat saya kembali untuk menulis. Sungguh saya terhibur dengan kata-katanya itu. Betapa tidak, begitu banyak orang yang sebenarnya mampu menulis, tapi dengan sangat mudah harus menyerah dengan “the liar”.

“Para pembohong” itu menurut Angone adalah Pertama, desakan yang kuat bahwa menulis itu harus sempurna. Ini lah kebohongan yang sering menghantui para penulis. “Perfect? That’s the devil” kata Sam Phillips. Tidak ada yang sempurna, sesuatu yang lahir dari ketidaksempurnaan. Kita ini makhluq tidak sempurna, maka wajar jika apa yang kita hasilkan sebenarnya ketidaksempurnaan. Jika ada yang menganggap dirinya sempurna, berarti dia telah menjelma menjadi Tuhan, atau hantu sebagaimana kata Sam di atas.

Kedua, bisikan “Aku Gagal”. Sebagai penulis, godaan yang seringkali muncul adalah ketika kita merasa Tulisan kita tidak bermakna, atau tidak diterima oleh media tertentu. Atau ketika kita membuat postingan di media sosial, lalu banyak yang mengkritik atau tidak ada yang memberikan “like”. Di situ kita merasa sedih dan merasa gagal. “Ah tulisanku tidak layak” bisik “Si Pembohong” semakin kuat. Saya kira sudah banyak para penulis yang telah ditolak berkali-kali oleh penerbit, namun ketika terbit ia menjadi best seller dunia. Naskah JK. Rowling misalnya, yang ditolak oleh beberapa penerbit, sebelum akhirnya meledak menjadi buku best seller dunia.

Ketiga, aku harus berhenti. Kebohongan ini yang paling berat kata Angone. “Sudahlah, berhenti saja. Kamu memang tidak bakat menjadi penulis. Kamu bisa melakukan aktivitas lainnya”, ujar para pembohong itu.

Sesungguhnya ada banyak alasan mengapa saya harus berhenti menulis. Namun satu hal yang boleh saya sebutkan diantaranya adalah saya begitu “banyak kehilangan” di ahir tahun 2022 lalu. Semoga hari-hari di tahun 2023, akan menanti “banyak harapan”. Semoga Tuhan “mengganti” beberapa yang hilang di tahun 2022. Amin. Semoga. Wallahu A’lam bi al-Shawab.***

Baca: Negeri Para Perampok

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews