Pemimpin dan Rakyatnya

BERBUAH macang dimakan ungka/ dilanda angin gugur sendiri/ salah cencang tangan terluka/ salah memimpin hancur negeri. (Tenas Effendy: 1990: 54)

Suatu ketika Sayyidina Ali kw dihujat seseorang. “Wahai Ali, ketika kepemimpinan Islam dipegang Nabi Muhammad Saw, umat aman. Di saat khalifah dijabat Abu Bakkar al-Shiddiq, umat tentram. Di waktu Umar bin Khattab menjadi khalifah, umat sejahtera. Di kala Utsman bin Affan naik tahta tak ada kekacauan di mana-mana. Tapi ketika engkau berkuasa, di mana-mana terjadi huru hara dan pertumpahan darah.”

Ali tersenyum dan menjawab, “Apa yang engkau katakan benar. Ketika kepemimpinan Islam dipegang Nabi Muhammad Saw, umat aman, di saat khalifah dijabat Abu Bakkar al-Shiddiq, umat tentram, di waktu Umar bin Khattab menjadi khalifah, umat sejahtera, di kala Utsman bin Affan naik tahta tak ada kekacauan di mana-mana tapi ketika aku menjadi khalifah, di mana-mana terjadi huru hara dan pertumpahan darah. Engkau tahu apa sebabnya?”

“Itu karena pada saat mereka menjadi pemimpin, rakyatnya orang seperti saya. Sementara ketika saya menjadi khalifah, rakyat yang saya pimpin seperti Saudara!”

***

Dalam bahasa agama, masyarakat dinamai umat. Sedangkan pemimpinnya adalah imam. Keduanya, imam dan umat  — terambil dari akar kata sama yang berarti “sesuatu yang dituju”. Pemimpin menjadi imam karena kepadanya mata dan harapan masyarakat tertuju. Di sisi lain, masyarakat dinamai umat karena aktivitas dan upaya-upaya imam harus tertuju demi kemaslahatan umat. “Tidak diangkat seorang imam di dalam atau di luar sholat kecuali untuk diikuti,” sabda Nabi Muhammad Saw.

Agama juga menamai imam dengan waly al-amr. Waly dapat diartikan sebagai pemilik, sedangkan al-amr adalah urusan atau perintah. Dalam arti imam atau waly al-amr mendapat amanat untuk menangani urusan dan kepentingan umat sekaligus memiliki wewenang memerintah. (M Qurays Shihab: 1994: 34-35)

“Wahai orang beriman, taatlah kepada Allah dan Rasul serta para waly al amr di antaramu.” (QS An-Nisa: 59).

Namun sebelum perintah ini dilaksanakan, ada perintah lebih dahulu kepada waly al-amr: “Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu menunaikan amanat kepada yang menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia supaya menetapkan dengan adil.” (QS 4: 58)

Menurut Qurays Shihab lagi, bahwa dari akar kata waly lahirlah kata wala’ yang berarti kesetiaan dan kedekatan yang mengandung makna persahabatan dan dukungan.

Sesuatu yang mesti dimiliki imam/ pemimpin, di antaranya: pertama kuat dan bijaksana: rusa ditembak lukanya berat/ berpilin kaki sakit merana/ kuasa berpihak pada nan kuat/ pemimpin berdiri di bijaksana.

“… Dan salah seorang dari kedua (perempuan) itu berkata; wahai ayahku! Jadikanlah dia sebagai pekerja (pada kita), sesungguhnya orang yang paling baik engkau tugaskan adalah yang kuat lagi terpercaya.” (QS Al Qashas: 26).

Kedua, bertanggungjawab: kalau berkain bersambung terap/ lipatnya tegang kuncupnya kendur/ kalau pemimpin bertanggung jawab/Ramadhan Sunyi rakyatnya senang hidupnya makmur.

Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap kamu akan diminta pertanggungjawaban dari kepemimpinannya. (HR: Muslim)

Ketiga, berbudi atau berakhlak terpuji: banyaklah orang membeli kain/ kain pelekat elok raginya/ banyaklah orang jadi pemimpin/ pemimpin umat elok budinya.

“Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak” (HR: Baihaki)

Keempat, berilmu dan berhati lapang: kalau hendak menyalin surat/ hari petang lampu berminyak/ kalau hendak memimpin rakyat/ hati lapang ilmu pun banyak.

“… Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.” (QS: 58: 11)

Kelima, penyabar: apa tandanya kain pelekat/ raginya halus dibentang lebar/ apa tandanya pemimpin rakyat/ budinya halus orangnya sabar.

“Tidaklah seseorang diberikan pemberian yang lebih baik dan luas daripada sifat sabar.” (HR Bukhari dan Muslim)
Fakta sejarah membuktikan bahwa bangsa atau kaum yang sabar akan memperoleh kegemilangan dalam kehidupan.

“Dan kami jadikan di antara mereka para pemimpin, yang memberi petunjuk dengan perintah kami, jika mereka bersabar. Dan mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (QS. 32: 24)

Keenam, pekerja keras: berkilat papan seperti cermin/ bila dibilas belangnya kusam/ beratlah beban jadi pemimpin/ bekerja keras siang dan malam.

Kewajiban umat/masyarakat kepada imam/pemimpin, di antaranya: pertama, taat: adat hidup orang terpuji/ pemimpinnya dijunjung tinggi/ taatnya tidak berbelah bagi/ setianya kokoh menahan uji.

“Siapa yang taat atau patuh kepadaku maka ia telah taat kepada Allah dan siapa yang durhaka kepadaku maka dia telah durhaka kepada Allah, dan siapa yang taat kepada pemimpin maka ia telah taat kepadaku, dan siapa yang durhaka kepada pemimpin maka ia telah durhaka kepadaku. (HR Muslim)

Namun ketaatan tersebut memiliki batas, yaitu: “Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Allah, sesungguhnya ketaatan itu dalam kebaikan.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Kedua, memuliakan pemimpin: adat hidup orang berbudi/ kepada pemimpin ia hormati.

“Siapa memuliakan pemimpin di dunia, maka Allah akan memuliakannya di akhirat. (HR. Al-Tirmidzi)

Ketiga, membela jika benar: raja alim raja disembah/ raja lalim raja disanggah. Adat hidup orang bahari membela pemimpin berani mati.

Keempat, tertib dan sopan: adat hidup orang pilihan/ kepada pemimpin tertib dan sopan.

“Siapa merendahkan (menghina) pemimpin di dunia, maka Allah akan merendahkannya di akhirat.” (HR. Al-Tirmidzi)

Wallahu a’lam. ***

Baca: Ramadhan Sunyi

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *