Perpanjangan
Jika teleskop adalah perpanjangan mata
untuk melihat bulan dan bintang
Jika telepon adalah perpanjangan suara
untuk menyuarakan kerinduan
Jika sendok adalah perpanjangan tangan
untuk merengkuh bakso dan soto
Jika buku adalah perpanjangan akal
untuk menyegarkan pikiran dan ingatan
Maka doa adalah perpanjangan cinta
untuk bekal mengarungi lautan suka dan duka
Purwokerto, Januari 2025
Ibu Penjual Koran
Dijajakannya korannya di persimpangan jalan
Lampu merah adalah waktu
Di mana orang lain mengingkarinya
Ia menantikannya seumpama berpuasa
Menunggu senja sempurna raib
Kumandang gema azan magrib
Digelarnya harapan di atas tembikar
Pada senyap trotoar jalan
Di bawah naungan rimbun daun
Doa-doa ditabung
Mentari takut menabur terik padanya
Sungkan akan keriput di wajahnya
Yogyakarta, November 2024
Fail Tersunyi
Sesingkat menghela napas
Memindai damai senyummu
Menumpas segenap deadline dan tugas
Meski sejenak
Deru jarum jam selalu kejam
bagi mereka yang dikejar-kejar tanggungan
Detik seperti belati tajam
menikam kesunyian
Dalam diam malam
Ku-upload doa-doa
Sembari men-download senyummu
dan menyimpannya di dalam fail tersunyi. Hati
Purwokerto, Januari 2025
Pedagang Koran
Pedagang koran adalah saudara kandung seorang pengajar
Rajin dan terampil mengalirkan air
Sampai ke akar-akar yang menjalar
Menyegarkan kata
Menajamkan mata
Menyingkap dusta dunia
Seperti dua sungai yang bermata air sama
Meski jalannya berbeda
Berkuala pada samudra cinta. Hati manusia
Yogyakarta, November 2024
Lineritas Waktu
Kemarin, impian ditelan senja di ujung samudera
Sekarang, impian bergelayut bersama kecamuk ombak lautan
Besok, impian akankah datang atau justru terpejam, ditidurkan angin pantai?
2024 singkat dan padat
Waktu lebih cepat dari jet pejabat
Melesat, melampaui suka dan duka
Sedang raut wajahmu masih saja sukar dieja
Tak ada kemarin
Tak ada besok
Bahkan lusa sekalipun
Hanya hari ini yang tersaji dan kau aku miliki
Purwokerto, Desember 2024
Penjual Es
Angin perlahan merambat badan
Malam meramu sunyi meski di tengah lautan orang
Pada talam di atas kepala
Es dan minuman terlampau diam
Waktu membeku saat terdengar
seseorang seolah menawar
Namun justru gejolak api yang keluar, terlontar.
Dunia seketika tercengang, berhenti berputar.
Purwokerto, Desember 2024
Teras Malioboro 1
Jogja tak resah sekalipun di malam basah
Kedinginan hanyalah baginya
yang berselimut sunyi, seorang diri
Angkringan, tetap tekun dipadati asap rokok
Malioboro, rajin dibayang-bayangi langkah kaki
Hidup adalah pelarian dari kerinduan ke kerinduan
Sesampainya di Teras Malioboro
Kucium semerbak harum puisi
Menyeruak dari balik kerumunan
Jokpin yang bermandikan kata-kata, berfatwa:
“Jogja terbuat dari rindu, pulang, dan angkringan.”
Yogyakarta, November 2024
———————————-
Fajrul Alam, lahir di Kebumen, Februari 2001. Kecanduan kopi dan gorengan. Saat ini adalah seorang guru honorer di MI Ma’arif Beji, Kedungbanteng, Banyumas dan berkegiatan di SKSP (Sekolah Kepenulisan Sastra Peradaban) Purwokerto. Karya-karyanya terbit di beraneka ragam koran, buku antologi puisi, majalah, dan media online. Sedang berusaha menerbitkan antologi puisi pribadinya. Bisa disapa via IG: fajrulalam_dan WA: 085799227840. *
Baca: Puisi-Puisi Karya Apriliana Soekir