Sajak Sajak Muchid Albintani (Bagian ke-6)

Mimpi Pandemi

tigasatu desember duaribu sembilanbelas
duabelas januari duaribu duapuluh
selang dua mingguan
rezeki pun tiba
katanya?

lima mei duaribu duapuluh tiga
tiga tahunan lebih
rezeki pun pulang
katanya?

meski dunia terus mengeluh
lembaga institusi itu diam membisu
seolah berkomplot dalam tidur panjang
bermimpi bersama pandemi

misteri mulai tersibak
ketika perseteruan mister p dan tuan z
dari negeri sesusuan pada bunda leluhurnya
terbukti itu nyata bukan mimpi
dalam reruntuhan puing kepentingan
para pemburu dolar usa

tabir terbuka menguak
limpahan rezeki pada sang antara
perancang peramal dus pelaku
yang mana satu
tuan bill?

stststst,
yang mana satu
pelaku perancang peramal, dan atau?
jangan kelabui dunia
akan tidur pun bermimpi
bersama pandemi
lagi!?

Pekanbaru, Mei 2023

Masker

waktunya telah tiba
ketika mulut tak lagi bertata kata
bukan dalam barzakh
menuju mizan
pada pengadilan ilahi

mulut membisu bungkam
terhipnotis tata berita
kala otak besar kecil
termanipulasi timbunan
informasi media kolaborasi
ihwal wujud makhluq kasat pikiran

sebaliknya,
para ahli isap terus saja
membakar lalu melahap
uap abu ke dalam kerongkongan
sambil memandangi poster
tenggorokan bergua mekar
tanpa khawatir takut

esoknya,
lembaga institusi itu
menginstruksi seluruh alam
agar bungkam menutup mulut
dengan sehelai kain

manakala,
para ahli isap berkomat kamit
mengucap mantera
kesal terpaksa berpuasa
dampak mulut tertutup
bak katak dalam tempurung

tiga tahun lebih berselang
tumpukan ribuan helai kain
membuncah bersama ombak
mewujud seperti hurup dari
kejauhan tertulis

“terhipno, bukan, terkelabui, bukan”
“tertipu, tersedak menghirup karbon?”

Pekanbaru, Mei 2023

Kuntil

beberapa waktu lalu
lembaga institusi itu mengistihar
wabah telah berakhir
begitulah media menyiarkan
ke seluruh penjuru alam

terasa aneh,
asbab tiga tahun lebih
wabah itu katanya menyebar
tak terindentifikasi pusatnya
di bumi atau antariksa?

tetiba hilang tak berjejak
seperti kuntil kakek bapak anak cucu

“datang tak diundang,
pulang tak diantar”

desember tiga tahunan lalu
lembaga institusi itu berkunjung
ke wuhan sebagai lokasi
penyebaran awalnya
bukan sumbernya

dua negeri adi kuasa
saling tuding membantah
di mana pusatnya

wuhan
new york

kuntil?

“engkau datang tak diundang,
engkau pulang tak diantar”

Pekanbaru, April 2023

———————

Muchid Albintani lahir di Pulau Bintan, Kepulauan Riau. Sajak-sajaknya terbit dalam antologi, “Menderas Sampai Siak” (2017). “Ziarah Karyawan” (2017). “Segara Sakti Rantau Bertuah Antologi Puisi Jazirah 2” (2019). “Paradaban Baru Corona 99 Puisi Wartawan Penyair Indonesia” (2000). Baca sajak Lantera Puisi V 2018 di Singapura. Buku sajaknya, “Revolusi Longkang” (2017) dan “Rindu Dini” edisi revisi (2022). Buku terbarunya, “Teori Evolusi Dari Ahad Kembali Ke Tauhid Esai-Esai Akhir Zaman”. (Deepublish: 2021). “Terapi Virus Cerdas Berbangsa Bernegara” (Deepublish: 2022).*

Baca: Sajak Sajak Muchid Albintani (Bagian ke-5)

*** Laman Puisi terbit setiap hari Minggu. Secara bergantian menaikkan puisi terjemahan, puisi kontemporer nusantara, puisi klasik, dan kembali ke puisi kontemporer dunia Melayu. Silakan mengirim puisi pribadi, serta puisi terjemahan dan klasik dengan menuliskan sumbernya ke email: [email protected] [redaksi]

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews