Puisi Terjemahan Rafeef Ziadah, Bayangan Kemarahan

rafeef ziadah
"Skizofrenia Gaza" karya seniman perempuan asal kota Khan Younis di Jalur Gaza Palestina, Kholoud al-Dasooqi. (Farah Magazine)

Bayangan Kemarahan

oleh: Rafeef Ziadah

Puisi ini kutulis ketika kami melakukan aksi di kampus.
Tentang kami warga Palestina dan mereka tentara Israel.
Dalam pikiran sesak harus ku katakan:
“Aku Palestina, menolak pendudukan atau pasukan tentara!”
Saat terhempas ke tanah, setelah menendang perutku anak muda itu berteriak: “Kau pasti ingin diperkosa untuk memiliki anak-anak teroris!”
Dalam diam, kepada anak muda itu kutuliskan puisi ini.

Saya wanita Arab, berkulit gelap, datang dengan segala kemarahan.

Izinkan saya berbicara dalam bahasa arab, sebelum bahasa ini juga mereka duduki.
Izinkan saya untuk berbicara dalam bahasa ibu, sebelum mereka menguasai pikiranku.

Saya wanita Arab, berkulit gelap, datang dengan segala kemarahan

Yang kakek saya ingin lakukan hanyalah bangun saat fajar, dan melihat nenek berlutut sambil berdoa, di sebuah desa yang tersembunyi antara Yaffah dan Haiffa.
Ibu saya lahir di bawah pohon zaitun, di tanah yang mereka katakan bukan lagi milik kami.
Tapi akan ku tantang segala penghalang, pos pemeriksaan, tembok apartheid terkutuk, demi pulang ke tanah ibu.

Saya wanita Arab, berkulit gelap, datang dengan segala kemarahan

Dan kemarin, apakah Anda mendengar teriakan saudara perempuan saya saat melahirkan di pos pemeriksaan? Dan tentara Israel mengawasi di antara kedua pahanya, karena dianggap ancaman demografis berikutnya! Bayi perempuan itu bernama Janeen.
Dari dalam jeruji penjara, tidakkah terdengar olehmu teriakan Amna Muna saat disemprotkan gas air mata ke selnya?

Kami akan pulang ke Palestina!

Saya wanita Arab, berkulit gelap, datang dengan segala kemarahan

Kau katakan padaku, rahimku hanya akan memberimu teroris baru
Berjenggot, melambai-lambaikan senjata, handuk di kepala, pasir hitam.
Menurutmu, ku lahirkan anak-anakku untuk buang-buang waktu.
Ya, itulah ‘copters’ Anda, F16 Anda yang melintas bebas di langit kami
Wow, mari kita bicara tentang bisnis terorisme ini, sebentar saja…
Bukankah CIA yang membunuh?
Siapa yang melatih Osama sedari awal?
Kakek-nenek saya bukan orang yang suka berlarian seperti badut berjubah putih dan kerudung putih sambil menghukum orang kulit hitam

Saya wanita Arab, berkulit gelap, datang dengan segala kemarahan

Jadi siapakah wanita berkulit gelap itu, yang teriak-teriak dalam demonstrasi?
Maaf…, kenapa saya harus berteriak?

Oh…, aku lupa menjadi impian setiap orientalismu, jin dalam botolmu, penari perutmu, gadis haremmu, dan menjadi wanita arab yang berbicara lembut

“Ya tuan. Tidak ada master. Terima kasih atas sandwich selai kacang ini …. yang menghujani kami dari F16 Anda!!!. “

Ya, saya berdiri di sini sebagai Pembebas atas nama anak-anak saya, yang mereka istilahkan sebagai kerusakan susulan.

Saya wanita Arab, berkulit gelap, datang dengan segala kemarahan

Jadi biarkan aku mengabarkan, tentang rahim yang akan melahirkan generasi pemberontak.
Yang memiliki batu di satu tangan dan bendera Palestina di tangan lainnya

Saya wanita arab, berkulit gelap
Maka waspadalah terhadap amarah saya

Catatan.:
Amna Muna, seorang wanita Tepi Barat berusia 35 tahun, menjalani hukuman seumur hidup karena menggunakan janji asmara di Internet untuk memikat Ophir Rahum yang berusia 16 tahun ke Tepi Barat, di mana dia dibunuh oleh militan yang menunggu. Ibunya, Samira, menegaskan bahwa putrinya tidak pernah bermaksud agar korbannya dibunuh.

*Diterjemahkan dari judul asli Shades of Anger

rafeef ziadahRAFEEF ZIADAH, lahir di Beirut, Lebanon dari orang tua pengungsi Palestina dan mulai menulis di usia muda. Rafeef Ziadah dibesarkan di Tunisia. [1] Dia kuliah di Universitas York di Toronto. Pada tahun 2004, ia memberikan penampilan publik pertamanya setelah ia termotivasi oleh pengalaman rasisme untuk menulis puisi.

Baca : Puisi Mahmoud Darwish, Penyair Palestina

*** Laman Puisi terbit setiap hari Minggu. Secara bergantian menaikkan puisi terjemahan, puisi kontemporer nusantara, puisi klasik, dan kembali ke puisi kontemporer dunia Melayu. Silakan mengirim puisi pribadi, serta puisi terjemahan dan klasik dengan menuliskan sumbernya ke email: [email protected] [redaksi]

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *