Puisi-Puisi Karya Muhammad Dzunnurain

Januari Mengintip Senja
Catatan kepada rdeelight

Setetes air mata hujan
Membasahi lorong-lorong
Hiruk pikuk tiba di jalanan
Sontak kegaduhan antara pengendara dan tukang parkir
Menciptakan awal sebuah cerita
Di bulan januari yang telah tiba

Bulan; rintik hujan masih membasahi mantel,
Senja; Kita harus berubah,
Januari; ciptakan rindu baru yang sempat tak terwujud pada tahun lalu,
Seikat kenangan yang dulu terperangkap
Para penjahat

Segengam pucuk semata wayang,
Akan ku pegang sampai cerita ini berakhir
Cerita tentang harapan
Berharap dunia akan ku peluk bersama
Januari, membawa sejuta harapan
Dibawah naungan senja
Terukir hingga malam tiba, purnama pun menyinarinya
Adalah hadiah januari yang di titipkan pada senja

Malang 2023

Begadang

Senyum rembulan menyinari penyair
Yang sedang mengaduk kata
Secangkir aroma kenangan
Mengaduk rotasi harapan
Yang berputar pada tumpunya

Hiruk pikuk kelakson kebisingan dari kejauhan
Berselimut kabut kedinginan
Memoar kerinduan kian membeku
Pada khatulistiwa yang melintang di kepalaku

Waktu itu telah sunyi
Flora, fauna sedang menikmati mimpi
Aku dan dia berlagak lugu
Mengundang sedikit tawa
Menggema di ruang hampa
Bersama kokokan ayam ketawa

Melihatmu laksana bintang kejora
Tak tahan ingin melihatnya
Menahan perihnya mata
Ketika rasa terkikis pesona
Melihatmu, memoar rindu yang tak kunjung pergi
Melihatmu, semerbak bunga bermekaran di pagi hari

Senyum tawa tiada henti
Sepoi angin yang dingin
Kini mengubah kehangatan
Semangat tiada henti

Hingga fajar tiba
Api unggun yang sedang membakar hati
Membaca diksi nyata
Menerima apa adanya
Datang membawa bukti
Namun, aku tak bisa membalasnya serupa

Ketika itu
Hingga saat ini
Sebuah kata yang berlabuh di gendang telinga
Kini terukir dalam lubuk
Bersemayam dalam mimpi

Malang 2022

Biarkan Aku di Belakangmu

Pada tulang sumsummu aku berlabuh
Di atas angin aku berselimut awan
Meneteskan air
Mengalir yang tiada henti
Menyirami benih-benih
Yang tak sempat ku rawat

Janji manismu yang tak sempat ku cuci
Aroma baunya seperti telur asin
Tertumpuk dalam genangan air tuba
Besama noda
Di pojokan liang lala

Langkahlah kamu dengan sebegitu cepat
Kuatkan kakimu
Kuras tenagamu
Yang tak menoleh kanan kiri
Untuk sampai ke puncak
Tanpa memikirkan acap ucap
Yang dulu sempat terucap

Acap melempar, akan jatuh jua
Biarkan aku dibelakangmu
Dengan membawa bekal berat
Membekali kehidupan
Merangkak di belakangmu
Berjalan setapak demi setapak
Hingga sampai puncak

Malang 2022

————————-
Muhammad Dzunnurain, lahir di Kota Keris Sumenep, 30 Juni 2003. Mahasiswa biasa saja menghabiskan waktu dengan membaca. Salah satu karya Puisi, Opini dan Esai pernah di muat di media online dan cetak di antaranya Majalah Sidogiri Edisi 179, Antologi Puisi “Patah” (2022), Negeri Kertas (2022), Nolesa.com (2022), RumahBacaTv (2022), Rumah Literasi Sumenep (2022), Kompasiana (2022), Koran Harian Bhirawa (2022), Tiras Time (2022). *

Baca: Puisi-Puisi Karya Dian Riasari

*** Laman Puisi terbit setiap hari Minggu. Secara bergantian menaikkan puisi terjemahan, puisi kontemporer nusantara, puisi klasik, dan kembali ke puisi kontemporer dunia Melayu. Silakan mengirim puisi pribadi, serta puisi terjemahan dan klasik dengan menuliskan sumbernya ke email: [email protected] [redaksi]

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews