Yaa, Allah yaa ilahi Rabbi
Kami mengenang di malam ini
Tokoh pembela maruwah negeri
Allahyarham Ongah Tabrani
Melayu sudah ia bangunkan
Riau sudah ia perjuangkan
Sakai dan Bonai ia terbangkan
Upaya bangkit dari kemelaratan
Yaa, Allah yaa Tuhan kami
Ridhakanlah buah tangan O’Ngah Tabrani
Kembang kekalkan anugerah ini
Sebagai bekal akhirat nanti
INILAH lirik syair pembuka Malam Baca Puisi Bersama Mengenang O’Ngah Tabrani, Sabtu malam Ahad lalu (3/9). Disenandungkan ratu syair Siska, diiringi gesekan biola yang sayup-sayup haluk Zuarman Ahmad.
Acara yang dipandu penyair wanita Murpausalian ini dihadiri penyair senior Rida K Liamsi, penyair Pattani Thailand Mahroso Dolloh dan Susiana Tabrani ~ pembina Yayasan Abdurrab yang menaungi Riau Abdurrab Malay Heritage Institute (Ramah).
Dimeriahkan berbagai aksi penyair Riau, termasuk aksi kolaborasi lima penyair Riau Kazzaini Ks, Kunni Masrohanti, Bambang Karyawan, Siti Salmah, dan Mosthamir Thalib, membacakan puisi panjang berjudul Artikeliris O’Ngah Tabrani yang dikarang khusus untuk pahlawan hati orang Riau ini.
Penyair senior lainnya ada Husnu Abadi, Aris Abeba dan Tien Marni. Dilengkapi generasi di bawahnya Herman Rante, TM Sum, Eddy Ahmad RM. Ikut memeriahkan pula penyair spesial pelantun musikalisasi puisi Corry Islami dan TM Fauzi.
“Saya berterima kasih kepada sahabat-sahabat ayahanda kami karena begitu besar perhatian terhadap almarhum,” kata Susiana ketika memberikan sambutan sekilas. Susiana menyebutkan, ayahnya memang punya perhatian besar terhadap seni budaya, punya sahabat pata seniman, selalu ‘ngumpul dan berbincang. “Saya ingat betul itu ketika saya masih sekolah SMA.”
Penyair Tien Marni tampil khusus membacakan puisi karya Ongah Tabrani berjudul Kota Tua ~ juga merupakan judul buku antologi puisi Tabrani Rab dan Noor SM,.penyair Malaysia, seraya berkisah tentang ketika dilakukan pergelaran khusus Tabrani Rab bersama Noor SM di Teater Arena Dang Merdu Pekanbaru.
“Waktu itu ingin baca puisi harus minta izin pihak berwenang. Pakai surat. Dan, kita dihalang-halangi untuk tampil. Tidak diberi izin. Tapi dengan upaya susah-payah akhirnya diberi izin juga,” ujar Tien Marni.
Aris Abeba yang tampil pertama lebih banyak berkisah tentang peristiwa-peristiwa kebersamaannya dengan Ongah Tabrani. Sedangkan Husnu Abadi, tertarik dengan ungkapan-ungkapan Tabrani Rab ketika mendeklarasikan Riau Merdeka yang kemudian menjadikan Riau Berdaulat, ketertarikan ini dia jadikan puisi dan dibacakannya pada malam ini.
Mengimbangi penyair-penyair Riau, Mahroso dari Pattani pun ikut membacakan puisi semangat perjuangan, semangat yang diangkat dari perjuangan rakyat Pattani dari penguasa negeri itu.
Rida K Liamsi yang tampil di bagian-bagian akhir acara Mengenang O’Ngah Tabrani ini tetap energik walaupun paling senior dalam soal usia di antara penyair-penyair lainnya. Rida membacakan puisi yang agak sendu, Kelekatu. Ini petikan akhir puisi Kelekatu yang ditulisnya 15 tahun lalu ini khusus untuk Tab@Ongah Tabrani :
KELEKATU
Kepada : Thab
Ada ketika kita menjadi seperti kelekatu
Terbang dari lampu ke lampu
Dari pintu ke pintu
Dan akhirnya terdampar di bawah bangku
Tapi tak ada yang menyapa
Tak ada yang bertanya
Kesepian seperti degup maut yang berdetak di ujung
stateskop
Hanya kita yang merasa Aduhai
Aduhai
Aduhai
Hanya kita yang tahu, apa yang tak pernah sampai
Ada ketika kita menjadi seperti kelekatu
Memandang kilap air dan terhunjam ke batu
Tapi tak ada yang menyapa
Tak ada yang bertanya
Keterasingan seperti sebuah lemari masa lalu tercuguk
di balik pintu
Hanya kita yang merasa kepedihan yang mengalir dalam
kabel lampu-lampu
Hanya Senyap
Senyap
Senyap
Hanya kita yang tahu, apa yang tak sempat terucap
Ada ketika kita menjadi seperti kelakatu
Menunggu resa angin, menjadi isyarat musim
Memburu cahaya, dan gugur saat gelap tiba
Tapi kita tak tahu Bila
Bila
BILA
2006
Baca : Artikeliris O’Ngah Tabrani