Diserukan asma Allah
Mereka naik darah
Orang khidmat bermunajah
Mereka marah-marah
Dengar azan berkumandang
Mereka ngamuk-meradang
Sholat orang tak ria-riang
Mereka ngaruk berdendang
Siapakah mereka?
Kenapakah mereka?
Siapakah mereka?
Di manakah mereka?
LAGU anak-anak tanggung ini sudah lama terdengar di sebuah sudut kampung. Mereka menyanyikannya sepulang mengaji dari surau, melintasi warung-warung, seraya menggulung-gulung kemban sarung. Yang satu berteriak, lantang menggaung. Yang lainnya bersahut-sahutan. Berdengung-dengung. Begitulah. Sambung-menyambung.
Diserukan asma Allah
Mereka naik darah
Orang khidmat bermunajah
Mereka marah-marah
Berhimpun orang berzikir
Mereka menggigil
Berhimpun orang takbir
Mereka kocar-kacir
Lagu ini lahir tetiba saja ketika anak-anak tanggung menyaksikan zikir akbar yang dihadiri dengan jumlah yang amat besar. Berhimpun tumpah ruah di lapangan yang amat besar. Datang beramai-ramai dari tasik, gegunung sampai dari tanah datar. Berjalan kaki, naik kendaraan darat dan udara, bahkan ada juga yang datang dengan berlayar.
Anehnya, di tengah-tengah semangat aksi takbir zikir dengan khidmat dan semangat yang berkobar-kobar itu ada saja pula yang merasa terbakar. Isu-isu membusuk pun ditebar, dan ancaman demi ancaman dilempar. Besi, kawat sampai kendaraan berlapis baja pun dijadikan pagar.
Anak-anak tanggung ini semakin bingung.
Rupanya tak cukup sampai di situ. Pempinan-pimpinan takbir zikir ini diperangkap satu per satu. Ada yang dicegat di muka pintu, ada pula dibawa tak sempat pakai sepatu. Sepertinya bila banyak orang menyerukan nama Yang Satu itu menutup peluang mereka menikmati syahwat surga dunia sepuas-buasnya.
Betul-betul anak *antu.
Wujud anak *antu memang semakin nyata. Di tengah-tengah mereka. Kalau biasanya hantu itu mengganggu orang sholat agar tidak khusyu’, teringat sesuatu yang biasa tidak teringat, atau mengganggu orang berduaan agar melakukan maksiat, atau mengganggu pegawai atau pejabat, agar korupsi ketika memegang duit kantor atau duit anggaran. Sekarang tak begitu.
Hantunya sudah berwujud manusia.
Melihat anak *antu semakin semena-mena, anak-anak tanggung pun semakin kuat berdoa. Agar lepas dari gangguan *antu berwujud manusia.
Diserukan asma Allah
Mereka naik darah
Orang khidmat bermunajah
Mereka marah-marah
Dengar azan berkumandang
Mereka ngamuk-meradang
Sholat orang tak ria-riang
Mereka ngaruk berdendang
Berhimpun orang berzikir
Mereka menggigil
Berhimpun orang takbir
Mereka kocar-kacir
Siapakah mereka?
Bukan orang
seperti bukan manusia
Di manakah mereka?
Di alam mayang
seperti bukan di dunia nyata
Kenapakah mereka?
Terpanggang
Seperti dibakar api neraka
Pekanbaru, 2022
Baca : Kerdilkan Makna Nusantara