Dantje, SAS S’ru PA, dan Sajak Rupa

Bang Long

Bismillah,

Kenangan Dantje
Hamba tak begitu akrab dengan Dantje S. Moeis (DSM). Hamba hanya tahu nama besar Beliau. Selain di dunia seni lukis, Bang Dantje juga dikenal sebagai penulis. Beliau menulis puisi, cerpen, dan esai sastra-budaya. Hamba mengenali Bang Dantje (sekali lagi tidak kenal dekat) ketika berkunjung di Majalah Sagang bersama Bang Zuarman Ahmad dan Tuan Hasan Junus (HJ). Tujuan utama Hamba berkunjung ke redaksi majalah bersejarah itu, selain bersilaturahmi kepada sastrawan tersohor (pengasuh Majalah Sagang), juga mengambil honor tulisan Hamba dan honor tulisan para siswa yang dimuat di Majalah Sagang dan Harian Riau Pos. Kenangan Hamba kepada dua media cetak yang satu tubuh ini tak ’kan terlupakan. Hamba merasakan kedua media inilah yang banyak melahirkan penulis handal di tanah Riau. Penjaga gawang tiga serangkai (DSM, ZA, dan HJ) Majalah Sagang ini begitu tunak menyerahkan diri mereka secara total di suatu sudut ruang sederhana perkantoran Harian Riau Pos. Tentu saja, kenangan dahsyat tentang majalah itu hanya mereka (tiga serangkai + Rida K Liamsi dkk.) yang lebih memahami. Begitu hebatnya kenangan itu, Bang DSM mengabadikannya dalam puisi rupa bertajuk Sagang Ungkal (SU). Bang DSM melukiskan kesan indahnya ketika masih aktif mengasuh majalah sastra budaya bermartabat itu.
Bayang… lagi-lagi lalu
Selalu, suara masa lalu
Sahabat Perancis kami
Di depan pintu
Masuk tak ketuk-ketuk
Memberi salam…
D’ici coule la litterature mondiale
”Dari sinilah mengalir Sastera dunia….” (h. 25).
Kesan ini lebih mengarah pada tokoh HJ. Beliau seumpama referensi budaya-sastra, bukan cuma daerah dan nasional, tetapi juga sebagai kamus rujukan internasional. Ungkapan berbahasa Perancis itulah yang sangat terkenal sehingga melekat kuat dalam kenangan Bang DSM. Lalu, DSM melahirkan puisi rupa SU yang bergambar abstrak kepala manusia (h.24). Bait berikutnya, DSM terus berkisah kenangan manis di redaksi majalah. Mereka bicara apa saja tentang sastra budaya, serius, seloroh, dan tentu saja tentang persahabatan. Di rak buku berbaris tarombo/ Kini jadi sejarah kami/ Majalah budaya ”Sagang”. DSM mengistilahkan dengan frasa Sagang Ungkal sebagai tajuk karena bayang-bayang majalah itu selalu menggodanya dalam tidur.
Dah kujadikan
Tangkal di balik bantal
Kau ungkal tak nak tanggal
Dari bayang pandang
Suara ngiang-ngiang ”Sagang”
Selalu datang mengusik
Tidurku (h.25).

Siapa penyair dan pelukis ini tak diragukan lagi. DSM pernah mengikuti pameran senirupa, lukisan, patung, instalasi, kartun, dan topeng berskala nasional. Beliau pun sering didaulat sebagai pembicara di beberapa pertemuan dialog interaktif, sarasehan, atau seminar daring. Selain itu, DSM adalah pendiri SiKaRi (Sindikat Kartunis Riau). Beliau menerima beberapa anugerah budaya dari pemerintah dan swasta. Pria kelahiran Rengat, 12 April 1952, Inhu, Riau ini masih aktif menulis dan melukis.

SAS S’ru PA

Tajuk besar antologi unik karya DSM ini mengajuk imajinasi. SAS S’ru PA. Tajuk ini tentu bukan tajuk calang-calang. Beragam pertimbangan tentu saja sudah direnungkan penulis sehingga memutuskan untuk memilih tajuk tak biasanya itu. Terkesan seperti bahasa Sanskerta, tetapi bukan. Pemahaman Hamba tentang tajuk besar ini adalah singkatan dari Sastra Seni Rupa. Apakah DSM ingin mengatakan bahwa hakikat sastra itu serupa dengan seni rupa. Atau sebaliknya, hakikat seni rupa itu adalah sastra. Mungkin juga maknanya sastra itu serupa seni rupa.
”Sastra dan Seni rupa, Adinda,” Bang DSM membalas pertanyaan Hamba melalui gawai. Beliau mengikat lukisan dengan sajak sehingga menghasilkan karya sastra. Karya ini diterbitkan oleh Salmah Publishing (Agustus 2022). SAS S’ru PA memuat 74 sajak dan 3 cerpen. Dr. Bambang Kariyawan Ys., M.Pd. memberikan pengantar bertajuk BERSEBATINYA IMAJINASI RUPA DAN KATA-KATA. Lalu, ada Datuk Rida K Liamsi (Budayawan Melayu) dan Nasrun Yasabari (Tokoh masyarakat Riau) memberikan testimoni. Secara tak langsung, penerbitan karya ini merupakan ruang pameran bagi DSM.
”Saya berada pada berbagai genre dan tak pilih-pilih. Karena merasa bisa dan betah berada pada berbagai ruang-ruang kebebasan kreativitas yang tersedia tersebut,” begitulah pengakuan DSM dalam SAS S’ru PA.

Sajak Rupa

Ini tentu saja punya alasan secara linguistik. Gambar dan tulisan merupakan tanda (sign). Tanda berfungsi sebagai alat dan sistem berkomunikasi antar-manusia yang memiliki perjalanan historikal panjang dan menyeluruh (universal). Beragam catatan gemilang tamadun yang merupakan hasil budaya menggunakan gambar dan tulisan. Deretan gambar dan tulisan di dinding-dinding bangunan bersejarah merupakan peradaban manusia dalam hal penggunaan tanda tersebut sebagai sistem berkomunikasi.

Istilah sajak rupa disebut juga puisi rupa. Istilah ini dapat kita samakan dengan puisi konkret. Puisi konkret bisa kita maknai sebagai curahan ekspresi tulisan (puisi) di atas gambar (visual). Antara gambar dan puisi memiliki pertalian erat. Gambar sebagai efek visual berfungsi sebagai sarana perwujudan makna dalam puisi. Fungsi gambar juga merupakan jejak tanda apa yang dimaksudkan oleh penyair. Tentu saja antara gambar dan puisi saling mendukung, baik dari segi makna, bentuk, dan keindahan. Sebagai puisi konkret, puisi rupa bukan sekedar menyajikan visual berbentuk tipografi, tetapi juga menghidangkan visual dalam bentuk gambar, bahkan video seperti pembacaan puisi yang dilakukan oleh penyair Asrizal Nur.

Leonardo Da Vinci pernah berkata kepada penulis: O, penulis. Dengan huruf-huruf apa dapat kau ungkapkan seluruh bentuk sesempurna yang diberi gambar? Perkataan Da Vinci ini bernada penuh keraguan akan kehandalan penulis/penyair. Menurutya, gambar memiliki kekuatan dalam kesempurnaan bentuk yang ingin kita perjelaskan. Namun, Da Vinci lupa bahwa kata-kata memiliki kekuatan luar biasa. Gambar/lukisan akan lebih sempurna jika hanya diperjelas dengan kata-kata. Kenyataan inilah yang ingin disampaikan DSM dalam antologinya. Dalam antologi ini, DSM menghidangkan 22 sajak rupa dengan beragam tema tentunya. Sajak rupa bertajuk TINGGAL TUNGGUL YANG TINGGAL (TTYT) bertema alam. DSM menghidangkan gambar tunggul-tunggul pohon/kayu-kayan yang ada relief berbentuk kepala (manusia/hewan). Sajak rupa ini sebagai bentuk protes sosial terhadap pengelolaan hutan yang salah urus dan mengundang kesengsaraan. …. berumah di punggur sisa tebang/ sebelum lapuk dan membusuk/ tinggal pada tunggul yang tinggal (h. 1).

Sajak rupa bertajuk MIRABEAU DAN INDERAGIRI (MDI) memotret kenangan pada kampung halaman penulis, yaitu di Rengat, Indragiri Hulu, Riau. Sajak ini memotret jembatan Kampong Besar di Rengat. Penyair sengaja menyandingkan Jembatan Mirabeau dan Jembatan Kampong Besar sebagai paradoksal. …. di jembatan Mirabeau mengalir seine dan kasih mereka/ di jembatan Kampong Besar mengalir Inderagiri dan duka kita. DSM bukan cuma mengangkat kenangan kampung halaman, tetapi juga ingatan sejarah pada 5 Januari 1949: ’hendrik van bram’ yang menanam peluru di kepala engku/ guru yang sedang berdiri mengajarkan lagu ’Indonesia Raya’… (h. 6-8).

DSM pun mengangkat peristiwa politis melalui sajak rupa bertajuk BERITA DARI RAPAT RAKSASA (BDRR). Gambar yang disajikan penulis berbentuk keris yang lebih menonjolkan gagangnya. Gagang keris berbentuk gabungan simbol Melayu-Jawa. Tentu saja ini mengisyaratkan makna persatuan. Sajak ini mengangkat nama pendekar seperti Hang Tuah dan Hang Jebat. Lalu, penulis juga mengangkat nama pulau bersejarah di nusantara: Swarnadwipa, Andalas, Pulau Perca (Sumatera). Selanjutnya, Jawadwipa, Yayadvipa, Zhaowa (kini menjadi Jawa). Kalimantan, Sulawesi, Papua, dari Sabang hingga Merauke. ….dari nusantara, ke nusantara/ lalu abadilah Indonesia/ garuda menggenggam pita/ bhineka tunggal ika/….hidup bersama mati bersama/ di bumi Indonesia (h. 18-20). Inilah sajak rupa NKRI harga mati oleh DSM.

Kehadiran Corona (wabah Covid-19) di seluruh dunia pun menjadi sajak rupa oleh DSM. Penulis menggambarkan bagaimana kehadiran Corona bagai menyumpah silaturahmi menjadi batu. Penulis pun berkisah tentang kematian oleh wabah dahsyat ini. DSM seperti ingin mengingatkan kembali pesan bahwa kematian itu suatu kepastian. Tentang kematian oleh Corona ini tersaji dalam sajak rupa NUWANG (RATU DARI TIMUR, h. 32-33). Sajak rupa LA CORDA (h. 36-37) menggambarkan tentang tali pernikahan.… tak berpangkal/ berujung di mana/ ke hati kami berdua/ ku kau, jadi kami/ menikah lalu erat dikebat/ la corda/ laki-bini. Selanjutnya, sajak rupa HARI HARI TAK BERMATA (H. 40-41) lebih ke abah transendental. Penyair ingin menemukan cahaya melalui zikir dengan tasbih. Upaya membasuh segala hitam (dosa) pada hati. Betapa keakuan penyair ingin mengejar cahaya untuk membasuh segala dosa pada dirinya. Gambar yang disajikan DSM dalam bentuk seperti pahatan atau seni ukir Melayu dengan mengangkat pohon yang dilingkupi oleh lingkaran. Lingkupan lingkaran itu bisa saja kita terjemahkan sebagai perlindungan.

DSM bukan cuma melukiskan perihal perenungan diri, perjuangan, politik dan kritik sosial melalui sajak rupa. Penyair ini juga melukiskan keagungan Allah Taala. DSM berbicara pada diri, alam, dan lingkungan sekitarnya. Sajak bertajuk LAWAN (H. 77) melukiskan tentang bagaimana diri sendiri melawan segala penghambat untuk salat Subuh. Kita tahu bahwa salat Subuh begitu berat. Dingin, penyakit yang diderita, ngilu, dan beragam rasa malas hanya menguburkan cinta pada Ilahi. Ngilu kuku-ku menghadap/ Sujudku hanya padaMu. Lukisan religius pun teserlah dalam sajak rupa MEMETIK PUCUK DI PUNCAK (H. 112-113). Sajak rupa ini melukiskan puncak di beberapa pegunungan nusantara. Inilah gambaran cinta mendaki (memuncak) menuju Ilahi. di puncak gunung gunung itu/ kupetik paling puncak ditanah paling tinggi/ kurendahkan diri/ bersujud di hadapam-MU.

Sajak rupa DSM pun universal. Sajaknya berbicara apa saja. Dia melukis apa pun melalui kata-kata dan kanvas. DSM berkata-kata dan melukis Melayu semesta dengan bersahaja meskipun di beberapa sajak rupannya dengan bahasa terbata-bata atau terkesan patah-patah. Inilah yang justru menjadi keunikan DSM dalam sajak rupanya.***

Alhamdulillah.
Bengkalis, Selasa, 19 Jumadil Awal 1444 / 13 Desember 2022

Baca: Angin

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews