Pindah dan Berubah

PERPINDAHAN itu sunatullah. Alam pun berpindah-pindah. Masa dan ketika juga berpindah. Semua berpindah dari segala pindah-pindah yang lain ke pindah-pindah yang lain lagi.

Dalam bahasa agama, pindah itu hijrah. Pindah dari satu tempat ke tempat lain atau pindah dari suatu kondisi ke kondisi yang lain pula. Pindah dari tempat yang buruk, tak ada cahaya Tuhan, lorong gelap penuh dengan maksiat ke tempat penuh kecemerlangan dalam lindungan-Nya. Pindah dari perilaku ‘kiri’ ke prilaku ‘kanan’ yang membahagiakan.

Perpindahan itu memiliki manfaat besar dalam kehidupan seseorang atau suatu kelompok. Hal itu dibuktikan dengan perpindahan yang dilakukan oleh Rasulullah Saw dan para sahabat demi melakukan perubahan atau transformasi di masa depan. Saat mereka berada di Mekah, kondisi amat sulit, ekonomi diembargo, keleluasaan untuk mengembangkan idealisme dalam menjalankan visi misi kebenaran terhambat, bahkan secara pribadi terancam hingga kehilangan nyawa.

Namun setelah pindah ke Madinah, semua berubah, semua menjadi berbalik, kemenangan, kegemilangan dan kebahagiaan menyerlah. Nabi Saw dan para sahabat mampu menciptakan Negara Madinah dengan gemilang.

Menurut Imam Ibnu Daqiq al-‘Ied, Nabi Muhammad Saw dan para sahabatnya melakukan perpindahan atau hijrah dalam empat fase, yaitu pertama ke negeri Ethiopia (Habasyah), yang kedua dari Mekah ke Yatsrib atau Madinah. Ketiga, hijrahnya kabilah-kabilah Arab di sekitar Madinah untuk memeluk Islam dan belajar langsung kepada Rasulullah Saw, kemudian mereka kembali ke kabilah mereka masing-masing, setelah dirasa mendapatkan bekal ilmu yang cukup dari Rasulullah Saw. Keempat, hijrahnya penduduk Mekah kepada Nabi Muhammad Saw di Madinah, dan selanjutnya mereka kembali ke Mekah.

Konsep sukses pindah/hijrah nabi ini disebabkan dua hal, pertama memang karena perintah Allah Swt karena perintah hijrah memang datang dari Allah Swt. (QS: 2:218). Hal ini terbukti adanya ‘tangan Tuhan’ yang melindungi nabi dan sahabat yang hijrah. Setidaknya dapat dibaca dari buku-buku tarikh atau sejarah, bahwa ketika akan berangkat, nabi tidak dapat dilihat oleh para pengepung rumahnya. Selain itu juga tiba-tiba burung merpati bertelur di mulut gua tempat persembunyian nabi dan Abu Bakar, serta kejadian-kejadian aneh lainnya.

Di samping bantuan langsung Ilahi, kesuksesan hijrah nabi juga disebabkan oleh sosok nabi sendiri sebagai pemimpin yang memiliki planning matang, seperti mencari jalan pintas yang tak biasa dilalui para pedagang Arab. Penunjuk jalan ini dilakukan oleh Abdullah bin ‘Uraiqith dari suku Badwi dari bani Du’il yang non muslim ketika itu; Rasulullah Saw juga menyiapkan finansial dengan mengumpulkan sahabat yang memiliki kekayaan, ini tergambar pada sosok Abu Bakar; menyiapkan generasi muda yang andal dan loyal, ini terlihat pada Ali bin Abi Thalib, serta bantuan dari kaum perempuan, seperti yang dilakukan oleh Siti Aisyah dan saudaranya Asma’ binti Abi Bakar.

Jadi, untuk melakukan perpindahan, perubahan atau transformasi dalam Islam, ada lima elemen penting yang diberdayakan oleh nabi Muhammad saw, yaitu para pemimpin, pengusaha, kaum muda, kaum perempuan serta non muslim.

Hari ini esensi pindah untuk berubah atau mencari tempat yang aman masih eksis jika sebagian kaum muslim berada di lingkungan yang tidak aman untuk menegakkan atau melaksanakan amaliyah islami.

Namun jika di suatu negeri, tidak ada yang menghalangi kaum muslimin melakukan atau menjalankan syariat Ilahi, maka tidak diperlukan pindah dalam bentuk fisik dari suatu tempat ke tempat lainnya tersebut. Yang dilakukan mesti menjalani perpindahan atau perubahan atau transformasi dalam beberapa hal, seperti transformasi spiritual, pertahanan-keamanan, ilmu penghetahuan dan teknologi, sosial budaya, politik dan ekonomi.

Sebelum hijrah, nabi dan para sahabat mengalami tekanan dalam bidang-bidang tersebut. Mereka amat sulit beribadah, ekonomi diembargo, kondisi sosial dikucilkan, peta politik suram. Namun setelah hijrah semua itu berbalik, bahkan umat Islam mengalami kejayaan dalam bidang-bidang tersebut.

Transformasi spiritual ini misalnya berubah dari prilaku kurang baik kepada yang baik atau dalam hadits nabi riwayat Bukhari dan Muslim dijelaskan, bahwa orang yang hijrah itu adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah Swt.

Dalam bidang pertahanan keamanan, umat Islam akhirnya mampu memenangkan peperangan badar karena nabi menyiapkan sahabat yang memiliki kekuatan dan strategi perang yang hebat. Di mana saat itu secara hitungan matematika tidak berimbang karena jumlah lawan tak sebanding dengan kaum muslimin. Dalam bidang sosial, Nabi Muhammad Saw dapat menyatukan kaum Muhajrin dan Anshor serta kaum dan bani-bani yang terdapat di Madinah, bahkan di dalamnya terdapat kaum Yahudi. Masyarakat Madinah yang terdiri dari berbagai etnis mampu hidup rukun di bawah kendali kepemimpinan Nabi Muhammad Saw.

Dalam bidang politik, akhirnya nabi dapat mendirikan Negara Madinah melalui Shahifah al-Madinah (Piagam Madinah). Negara terbaik sepanjang masa. Dalam aspek ekonomi, umat Islam menguasai pasar-pasar, dengan munculnya para konglemerat mukmin seperti Abu Bakar As Shiddiq, Abdurrahman bin ‘Auf, ‘Ustman bin ‘Affan dan lain-lain. Walaupun sebelumnya saat di Mekah mereka sudah kaya namun saat hijrah, kekayaan itu tidak mereka bawa semuanya ke Madinah. Kebanyakan sahabat memulai bisnis dari nol.

Hari ini, umat Islam mesti hijrah, mesti melakukan perpindahan dan perubahan, melakukan transformasi terutama dalam aspek spiritual, pertahanan keamanan, ilmu pengetahuan dan teknologi, sosial budaya, politik dan ekonomi sehingga ke depan, fajar kebangkitan Islam kian tampak cerlang cemerlang.

Wallahu a’lam. ***

Baca: Eksistensi Adat Melayu

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews