Rihlah

ALAM terkembang jadi guru, demikianlah pesan bijak orangtua-tua Melayu mengingatkan pentingnya melakukan rihlah, safar, melihat, belajar, berjalan, traveling ke serata bumi demi membangun masa depan yang lebih baik. Hal itu dapat dilakukan secara individu, kelompok tertentu maupun himpunan masyarakat secara kolektif.

Melalui ungkapan yang Mahamulia, Allah Swt telah berfirman, “Apabila shalat telah didirikan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.” (QS. Al-Jumu’ah: 10)

Rihlah dapat dilakukan seorang diri demi untuk mencari kepuasan batin, dan dalam rangka mencapai visi dan misi kehidupan yang bersifat pribadi. Selain itu, dapat pula dilakukan oleh suatu instansi ke instansi yang lain dalam bentuk studi komparatif. Di mana hasil baik dari perjalanan dan pertemuan dengan orang-orang yang ditemui tersebut suatu saat dapat diaplikasikan di tempat mereka. Sehingga ke depan sebuah organisasi yang mereka miliki dapat semakin berdayaguna.

Menyadari pentingnya belajar dan melakukan perjalanan demi menambah kualitas diri atau pun organisasi, baik dari segi pengetahuan, wawasan maupun pengalaman, membuat orang-orang di masa lalu melakukan rihlah, baik dalam waktu singkat maupun lama. Hal ini terlihat dari proses perjalanan, seperti yang dilakukan Ibnu Batutah, I-Tshing, Marcopolo dan sejumlah intelektual dunia lainnya yang telah menjelajahi alam raya.

Ibnu Batutah misalnya, pengembara hebat dari Maroko ini dianggap sebagai pelopor penjelajah abad ke-13 M yang belum tertandingi oleh petualang sesudahnya, seperti Marcopolo, Christopher Columbus, Vasco de Gama, Magellan serta penjelajah dunia yang juga melakukan perjalanan di hamparan semesta.

George Sarton, mencatat jarak perjalanan yang ditempuh Ibnu Batutah melebihi capaian Marcopolo karena mampu mengarungi lautan dan menjelajahi daratan sepanjang 120.000 kilometer selama 30 tahun. Sebuah pencapaian perjalanan yang tiada tanding dan bandingnya pada masa itu. Ibnu Batutah menulis catatan perjalanan tersebut menjadi kitab Rihlah Ibn Batutah.

Hasil dari perjalanan Ibnu Batutah dan petualang lainnya melintasi selat, laut, sungai, ngarai, gunung, pulau, dusun dan negeri, bahkan benua dapat dilihat dalam berbagai catatan mereka yang menjadi pelajaran dan pengajaran yang amat berharga bagi orang-orang sesudahnya.

Dari melakukan perjalanan dan menyinggahi tempat demi tempat, bercengkerama dengan berbagai suku, puak dan bangsa akan menemukan banyak manfaat, baik untuk pribadi maupun orang banyak jika perjalanan tersebut dilakukan secara terencana dan bersama.

Mengutip Adam Gallinsky, professor di Columbia Business School pada laman Forbes mengatakan, bahwa dengan mendatangi dan mengeksplorasi lingkungan suatu tempat akan dapat meningkatkan fleksibilitas kognitif yang berkait kelindan dengan tingkat kreativitas, terutama kreativitas yang erat kaitannya dengan kehidupan budaya lokal setempat.

Menurut studi dari Marshfield Clinic di Wisconsin pada laman NBC News, bahwa perempuan yang berpergian, setidaknya dua kali dalam satu tahun lamanya punya resiko rendah terserang depresi dan stres berat bila dibandingkan dengan perempuan yang hanya melakukan perjalanan yang kurang dari dua kali dalam satu tahun.

Dalam satu studi di Amerika pada tahun 2013, lebih dari 80 persen penduduk Amerika merasakan adanya penurunan tingkat stres yang signifikan setelah mereka melakukan satu atau dua hari perjalanan.

Banyak nian manfaat dari melakukan rihlah atau perjalanan. Selain yang telah diungkap beberapa penelitian di atas juga terdapat berbagai manfaat yang mesti diraih. Di antara manfaat itu adalah, dengan melakukan rihlah, traveling, atau pengembaraan maka diperoleh manfaat, seperti membuat pikiran kembali segar dan smart; menumbuh dan menambah semangat hidup; menambah pengalaman dan wawasan; membuat pandangan hidup lebih terbuka; membuat diri lebih memahami esensi hidup; menemukan teman dan sahabat yang baru; membuat jasmani dan rohani sehat dan segar; meningkatkan kebahagiaan; meningkatkan inovasi dan kreativitas serta menekan defresi, serta lain sebagainya.

Dalam sebuah perjalanan, sejumlah agenda kegiatan dapat dilakukan untuk saling bertukar pikiran, pengalaman dan program kerja demi membangun derjat, martabat dan marwah diri serta masyarakat di masa depan.

Bagi organisasi atau instansi, sebuah perjalanan bersama dapat membangun rasa keakraban dan kebersamaan, menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman peserta rihlah serta dapat mewujudkan sebuah harapan, impian dan cita-cita bersama penuh dengan kesadaran bersama.

Untuk itu, sesekali atau sekian kali, lakukan rihlah. Ya, traveling yang mendatangkan manfaat bagi individu dan kelompok masyarakat demi meningkatkan kualitas hidup yang lebih bernas, yang dapat diperoleh manfaat pula oleh orang lain dan alam sekitarnya.

Agaknya begitulah. Wallahu a’lam. ***

Baca: Pindah dan Berubah

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews