Riau  

Desa Mukti Sari, Desa Energi Berdikari yang Sejahterakan Petani dan Solusi Negeri

Desa Mukti Sari, Desa Energi Berdikari yang Sejahterakan Petani dan Solusi Negeri
Salah satu reaktor biogas di Desa Mukti Sari. Dari kotoran sapi jdilah gas untuk memasak dan penerangan (dennirisman)

LAMANRIAU.COM, PEKANBARU – Desa Mukti Sari, Selasa (11/10/2022) malam, bagai desa mati. Sepi dari aktivitas warga. Hujan lebat disertai angin badai tengah menjadi-jadi dan menyebabkan listrik mati. Kegelapan tengah menyungkup desa transmigran di Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau tersebut.

Dari kejauhan di Jalan Seruling XI, masih terlihat tiga-empat rumah yang lampu rumahnya menyala terang. Akan tetapi, tak ada terdengar bunyi mesin genset diesel. Kenapa bisa? Sumber penerangan listriknya dari mana?

Ketika melintas menuju sumber cahaya, terdengar suara lelaki menyapa. “Silakan, mampir…” Lelaki yang menyapa itu, terakhir diketahui bernama Sudarman, ketua Kelompok Tani Bina Multi Sari. Rumahnya tampak menyolok di tengah kegelapan. Beranda rumahnya terang-benderang.

Desa Mukti Sari, Desa Energi Berdikari yang Sejahterakan Petani dan Solusi Negeri
Sudarman dan istri menikmati penerangan lampu biogas ditengah listrik mati di desa. (ist)

“Rumah saya terang benderang bersumber dari energi biogas,” kata Sudarman, membuka pembicaraan. “Energi biogas diproduksi Reaktor Biogas bantuan coorporate social responsibility (CSR) PT Pertamina Hulu Rokan,” lanjutnya.

Ya, rumah yang listrik menyala itu adalah pemilik reaktor biogas dari program Desa Energi Berdikari Pertamina Hulu Rokan (PHR). Program ini sudah dimulai Pertamina Hulu Rokan sejak tiga bulan lalu. Hanya sering terkendala hujan turun, pembangunan reaktor biogas terlambat penyelesaiannya.

“Baru seminggu ini kami bisa menikmati gas untuk masak dan lampu penerangan biogas,” kata Sudarman.

Desa Mukti Sari, Desa Energi Berdikari yang Sejahterakan Petani dan Solusi Negeri
Sudarman sedang menghidupkan kompor biogas di rumahnya (dennirisman)

Permintaan Dirut Pertamina

Desa Mukti Sari adalah salah satu desa yang peroleh Program Desa Energi Berdikari. Ini merupakan program baru CSR PT Pertamina Hulu Rokan, yang fokus pada dukungan terhadap kemandirian energi di tingkat masyarakat desa. Salah satunya adalah melalui pemanfaatkan dan pengembangan energi baru dan terbarukan.

Program yang dilaksanakan di Desa Mukti Sari, Kecamatan Tapung, ini memanfaatkan kotoran sapi dari peternakan masyarakat setempat, yang diolah menjadi biogas. Program ini berawal dari permintaan Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati ke bagian CSR Pertamina Hulu Rokan.

“Program ini merupakan replikasi program-program yang sudah dibuat Pertamina lain. Ini juga permintaan Dirut Pertamina Persero untuk mereplikasi program serupa di Pertamina lainnya ke wilayah kerja (WK) Rokan, PHR sekarang,” kata Priawansyah, Analyst Social Performance PT Pertamina Hulu Rokan kepada penulis usai acara Pelatihan Pengoperasian Biogas di Desa Mukti Sari, Rabu (12/10/2022).

Seperti diketahui, Pertamina berkomitmen mengembangkan energi baru terbarukan mendukung Pemerintah dalam meningkatkan bauran energi dan mempersiapkan transisi energi di masa depan. Hal itu sebagai aksi meminimalkan perubahan iklim sebagai bagian dari implementasi ESG (Environment, Social, dan Governance) yang mendukung upaya pengembangan bisnis energi yang berkelanjutan.

Program Desa Energi ini bertujuan menciptakan kemandirian desa di bidang energi, pelestarian lingkungan, ketahanan pangan, peningkatan perekonomian keluarga, dan pemberdayaan masyarakat untuk pemanfaatan energi terbarukan.

Saat itu, Dirut Pertamina tidak spesifikasi menyuruh membuat program CSR berbasis energi mandiri dalam bentuk apa. Apakah dalam bentuk Pembangkit Listrik Tenaga Surya, Microhdyro atau pun biogas.

Namun PHR memilih desa energi berdikari dengan basis biogas, setelah melihat ke lapangan. Potensi di masyarakat pedesaan terbanyak itu ada pada kotoran ternak sapi. Kotoran ini menjadi modal besar untuk bahan baku biogas.

Pembangunan unit Biogas menghasilkan energi terbarukan yang dapat menjadi alternatif bahan bakar memasak pengganti penggunaan LPG subsidi 3 kg. Ini sesuai dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs), utamanya pada poin 7 (Energi Bersih dan Terjangkau). Sementara pemanfaatan ampas Biogas atau biasa disebut Bio-slurry skala rumah tangga yang mendorong ketahanan pangan keluarga (mendukung target point 2 SDGs)

Lalu pilihan tempat itu tertuju kepada Desa Mukti Sari di Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Atau sekitar dua jam perjalanan naik mobil dari kantor PHR di Rumbai, Pekanbaru.

Desa Mukti Sari, Desa Energi Berdikari yang Sejahterakan Petani dan Solusi Negeri
Salah satu reaktor biogas milik warga Desa Mukti Sari ditengah areal perkebunan (dennirisman)

Pilihan Mukti Sari sebagai calon Desa Energi Berdikari tidak lepas dari dukungan Kepala Desa Mukti Sari Waryono, dukungan Dinas Peternakan UPT Tapung, Kampar dan tentu saja semangat Kelompok Tani Bina Mukti Sari yang ingin memiliki biogas di desa.

Kebetulan Ketua Kelompok Tani Bina Mukti Sari, Sudarman pernah mendapat pelatihan dari Pemkab Kampar untuk mengolah limbah kotoran sapi jadi biogas.

“Tapi hasil pelatihan itu ketika dibuat, gagal. Modelnya masih manual. Beda dengan model yang dibuat Pertamina ini. Modelnya sudah canggih,” tutur Sudarman.

Selain itu, biogas jadi pilihan karena turunan dari limbah biogas itu, ampasnya atau bio-slurry bisa dimanfaatkan untuk pupuk pertanian, makanan ikan, makanan ayam, dan lainnya. Kebetulan Desa Mukti Sari banyak masyarakatnya hidup dari pertanian, terutama kelapa sawit.

Jadi kotoran sapi milik masyarakat bisa jadi bahan baku biogas, hasil gas untuk memasak dan penerangan, ampasnya atau bio-slurry bisa untuk lahan pertanian atau perkebunan mereka.

“Semangat mereka yang tinggi, serta bahan baku melimpah, itulah yang menjadi pilihan kami menjadikan Desa Mukti Sari sebagai pilot projek Desa Energi Berdikari PHR,” ucap Pria, sapaan Priawansyah.

Desa Mukti Sari, Desa Energi Berdikari yang Sejahterakan Petani dan Solusi Negeri
Skema reaktor biogas di kandang sapi milik warga, agar warga paham cara pengoperasiannya *dennirisman)

Ada yang Menolak

Ketika memulai pembangunan biogas di Desa Mukti Sari sekira bulan Juli, PHR berharap banyak reaktor biogas yang dibangun di desa ini. Hal itu sesuai dengan hasil survei di lapangan.

“Saya menyiapkan 30 reaktor biogas yang akan dibangun di desa ini,” ungkap Priawansyah yang menjadi penanggung jawab CSR Desa Energi Berdikari Mukti Sari.

Tapi kenyataan, ketika di mulai pembangunan reaktor biogas, satu per satu warga yang memiliki ternak sapi menolak ikut serta membangun biogas di rumah.

Ada berbagai alasan yang dikemukakan. Ada alasan agama, haram memasak dari kotoran hewan. Ada juga alasannya, nanti masakannya berbau kotoran sapi. Ada juga beralasan malas mengandangkan sapi, sebagai salah satu syarat pembangunan biogas.

Dari 17 peternak sapi di Desa Mukti Sari, akhirnya yang mau dibangunkan reaktor biogas hanya sebanyak delapan orang. Itu pun mereka berasal dari Kelompok Tani yang diketuai Sudarman.

Sesuai dengan namanya Desa Energi Berdikari, dalam pembangunan biogas itu PHR menerapkan beberapa syarat kepada warga. Syarat pertama, ternak harus dikandangkan untuk bisa mengumpulkan kotoran.

“Syarat lainnya, pemilik menyediakan tempat dan ikut menggali lubang untuk tangki reaktor, serta menyediakan makan dan minum pekerja,” kata Asrar, Supervisor pembangunan biogas dari Yayasan Rumah Energi.

Desa Mukti Sari, Desa Energi Berdikari yang Sejahterakan Petani dan Solusi Negeri
Asrar di depan mixer biogas dan kandang sapi (dennirisman)

Walau jauh dari target, tidak menyurutkan langkah PHR untuk membangun Desa Energi Berdikari Mukti Sari. Pembangunan terus berlanjut dan ujicoba penggunaan gas untuk memasak serta menyalakan lampu khusus biogas pun berhasil dilakukan.

Saat penulis datang ke desa itu, dari delapan reaktor yang dibangun, empat reaktor sudah selesai dibangun dan diuji coba. Dari empat yang sudah siap itu, empat rumah sudah bisa memasak dengan gas secara gratis dari biogas.

“Tabung gas pun disimpan dulu. Kami nikmati gas buatan sendiri,” ucap Sudarman sambil tertawa.

Lalu munculah peristiwa listrik mati di Desa Mukti Sari. Hanya empat rumah yang lampunya menyala saat mati lampu itu. Inilah yang membuat warga yang tadinya menolak ikut program biogas menyesal. Kalaulah mereka ikut program itu dari awal, tentu mereka tidak bergelap-gelapan saat listrik mati.

Ketika ada pelatihan pengoperasian dan perawatan biogas serta pemanfaatan Bio-Slurry di Aula Kantor Desa Mukti Sari, Rabu, 12 Oktober, mereka yang menolak ini melapor ke Kepala Desa Mukti Sari untuk ikut program CSR Desa Energi Berdikari PHR ini.

Desa Mukti Sari, Desa Energi Berdikari yang Sejahterakan Petani dan Solusi Negeri
Krisna dari Yayasan Rumah Energi sedang menerangkan cara merawat dan mengoperasikan biogas ke warga Desa Mukti Sari (dennirisman)

Permintaan mereka ini diteruskan Kades Waryono ke Priawansyah.

“Ada tujuh lagi warga kami yang ingin dibangunkan biogas di rumahnya,” pinta Waryono ke perwakilan PT PHR.

Bagi Pria, hal itu tentu di satu sisi sangat menggembirakan. Artinya, program biogas mereka mulai dilirik banyak warga desa.

Desa Mukti Sari, Desa Energi Berdikari yang Sejahterakan Petani dan Solusi Negeri
Priawansyah menjelaskan soal program Desa Energi Berdikari kepada warga desa dalam pelatihan pengoperasian dan perawatan biogas bersama Kades Waryono, Kepala UPT Peternakan Kampar F Hutagaol dan Krisna dari Yayasan Rumah Energi (dennirisman)

Desa Tetangga pun Ikut Tertarik

Tidak saja warga Desa Mukti Sari yang berkeinginan punya biogas di rumahnya, tapi desa tetangga, Desa Kijang Rejo pun ikut tertarik menjadikan desa mereka sebagai Desa Energi Berdikari. Malah Kepala Desa Kijang Rejo, Isrohmat sampai datang ke Desa Mukti Sari untuk menemui Priawansyah.

“Desa kami memiliki ternak lebih banyak dari Desa Mukti Sari. Saat ini ternak itu dibiarkan bebas berkeliaran. Kalau dikandangkan seperti di sini (Desa Mukti Sari) tentu bahan bakunya lebih banyak lagi,” ucap Isrohmat ke perwakilan PT PHR.

Selain itu, Kades ini juga mengungkapkan desa mereka itu memiliki 30 ladang minyak milik Pertamina Hulu Rokan. Penegasan lading minyak terbanyak di desanya itu, untuk menegaskan ke PHR, desa mereka penting juga dibantu CSR dalam bentuk Desa Energi Berdikari seperti Desa Mukti Sari.

“Tapi saya tidak janji bisa membantu,” ucap Pria.

Desa Mukti Sari, Desa Energi Berdikari yang Sejahterakan Petani dan Solusi Negeri
Priawansyah, Analyst Sociall Performances PT Pertamina Hulu Rokan ditodong Kades lain untuk dibuatkan juga bioagas di desa mereka (dennirisman)

Dia hanya mengusulkan kepada Kepala Desa Kijang Rejo untuk membawa warganya belajar tentang pemakaian biogas. Setelah mereka paham dan mengerti tentang pengoperasian dan manfaatnya, baru dicarikan jalan keluarnya.

Memandirikan Masyarakat

Bagi Pertamina Hulu Rokan, goal atau tujuan dari Desa Energi Berdikari Mukti Sari adalah memandirikan masyarakat. Bukan membuat masyakat mandiri.

Istilah, PHR membangun beberapa contoh reaktor biogas di Desa Mukti Sari. Nanti desa lain yang ingin membuat biogas, tinggal menyontoh ke desa ini tanpa meminta bantuan ke PHR. Inilah yang dimaksud memandirikan masyarakat.

“Untuk Desa Mukti Sari, kami membantu dari zero (nol) sampai akhir dari program ini tidak berhenti di biogas, tapi apa turunan produk biogas ini juga akan dilakukan. Diberi contoh ke masyarakat. Harapannya masyarakat bisa melakukan sendiri tanpa bantuan kita,” ujar Priawansyah.

Walau baru seminggu beroperasi, masyakarat pemilik biogas sudah merasakan manfaat keekonomiannya. Mereka tidak lagi keluar uang untuk beli tabung gas LPG 3 kg. Juga sudah mengurangi pembelian pupuk.

Selain itu mereka sudah membayangkan lampu di rumah dari biogas, dengan menambah instalasi khusus untuk lampu biogas. Malah sudah ada yang berencana mengganti instalasi listrik PLN dengan saluran biogas. Caranya dengan mengkonversikan gas yang keluar dari reaktor biogas ke mesin genset yang sudah dimodifikasi ke biogas, lalu menyalurkan ke rumah. Dengan konversi itu, lampu LED mereka sudah bisa dipakai dengan biogas lewat mesin genset. Tidak lagi memakai bola lampu petromak biogas.

Desa Mukti Sari, Desa Energi Berdikari yang Sejahterakan Petani dan Solusi Negeri
Ibu-ibu PKK Desa Mukti Sari terlihat senang tanamannya tumbuh subur setelah diberi pupuk ampas biogas, bio-slurry (dennirisman)

Sementara untuk ampas limbah biogas, Bio-Slurry akan dikemas untuk dijual ke pasar.

Jika itu terlaksana, banyak desa di Kabupaten Kampar menjadikan desa mereka sebagai Desa Energi Berdikari, maka Kabupaten Kampar bakal dinobatkan sebagai Kabupaten Energi Berdikari.

Editor: Denni Risman – Penulis: Denni Risman dan Yurnaldi

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews