Benarkah Terapi Peremajaan Vagina Hanyalah Tren Belaka?

LAMANRIAU.COM – Menjaga kondisi vagina merupakan hal yang penting dilakukan bagi setiap wanita. Namun, ada beberapa kondisi yang membuat vagina kehilangan elastisitasnya, mulai dari perubahan hormon, kehamilan juga persalinan.

Berkurangnya elastisitas vagina paling umum terjadi saat pascamelahirkan. Jaringan vagina menjadi kendur, menciptakan rasa longgar juga mengurangi kepekaan di area vagina.

Kesulitan dalam mengontrol keluarnya urine juga menjadi suatu masalah yang terjadi akibat hilangnya kekuatan di uretra. Perubahan hormon yang terjadi karena menopause pun juga turut andil dalam membuat lapisan vagina menjadi kering, kurang elastis dan meradang.

Salah satu cara yang digadang-gadang bisa mengatasi masalah ini ialah dengan melakukan terapi peremajaan vagina.

Sayangnya, saat ini peremajaan vagina kerap dianggap hanya sebagai suatu tren. Banyak orang ingin menjalaninya, tanpa mengetahui apakah mereka memang benar membutuhkannya.

Peremajaan vagina dapat dilakukan dalam tiga tindakan yakni secara non-invasif, semi invasif ataupun invasif (operasi), tergantung pada masalah yang dialami seseorang.

“Peremajaan vagina bukan hanya sekedar soal mencari kenikmatan seksual saja, tapi juga bertujuan unuk membantu meraih kematangan fisik, sehingga pasien bisa semakin meningkatkan kepercayaan diri dan kualitas hidupnya,” tutur dr. Ni Komang Yeni Dhanasari, SpOG, ahli kebidanan dan kandungan saat ditemui pada acara diskusi Peremajaan Vagina bersama Bamed, di bilangan Thamrin, Jakarta Pusat.

Lebih lanjut, dr. Yeni juga menjelaskan, bahwa banyak wanita yang telah mengalami perubahan ke arah baik pascaterapi. Perawatan peremajaan vagina dinilai dapat mengembalikan sensasi seksual yang sebelumnya menghilang pascamelahirkan.

“Perubahan seksual dapat memengaruhi kualitas hidup. Dan kebanyakan wanita lebih memilih untuk diam terhadap masalah ini, dibandingkan mencari  pertolongan. Patut diingat bahwa peremajaan vagina bukanlah suatu hal yang tabu untuk dibicarakan, sehingga para wanita tidak usah malu untuk mengemukakan kebutuhannya dan mencari solusi dari masalah ini,” pungkas dr. Yeni.

(1health.id)

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *