Krisis Kesehatan di Gaza, GFI Mengirim Bantuan Makanan dan Obat-obatan

Krisis Kesehatan di Gaza, GFI Mengirim Bantuan Makanan dan Obat-obatan

LAMANRIAU.COM – Gresi militer Israel ke Gaza, yang saat ini telah berlangsung selama dua pekan, telah menimbulkan dampak besar pada warga Palestina. Pada Minggu, 8 Oktober 2023, Israel secara resmi menyatakan perang, dan sejak itu, ribuan warga Palestina telah menjadi korban kekerasan yang tidak hanya merusak infrastruktur, tetapi juga mengancam jiwa dan kesejahteraan mereka. Konflik ini telah menimbulkan ketidakstabilan dan penderitaan yang mendalam di wilayah tersebut.

Dilaporkan bahwa lebih dari 3.500 orang telah kehilangan nyawa mereka di Palestina, sementara lebih dari 12.000 orang lainnya mengalami luka-luka serius. Korban-korban ini mencakup warga sipil, termasuk anak-anak, wanita, jurnalis, dan relawan kemanusiaan. Selain itu, eskalasi konflik ini telah mengakibatkan banyak infrastruktur penting, mulai dari pasokan listrik hingga pasokan air, terputus, meningkatkan kesulitan hidup bagi warga Palestina.

Korban massal terus bertambah, dan suara tangisan sedih meresap di antara reruntuhan bangunan yang hancur. Di Gaza, hampir tidak ada lagi tempat yang aman, baik untuk kesehatan maupun kesejahteraan anak-anak dan lansia, yang menderita akibat dari konflik yang tampaknya tidak akan berakhir. Dalam kerjasama dengan mitra strategis dan relawan lokal Gaza, Golden Future Indonesia (GFI) telah mengambil langkah-langkah tanggap darurat untuk membantu penyintas konflik kemanusiaan.

Bantuan yang disalurkan oleh GFI mencakup paket makanan hot meals yang diberikan di lokasi Bahrain School, Tal Al-Hawa, serta peralatan medis seperti kruk dan obat-obatan yang sangat dibutuhkan oleh para penyintas konflik, yang sebagian besar merupakan warga sipil yang selamat dari reruntuhan bangunan dan sedang dirawat di Rumah Sakit Al-Shifa, Zeitoun, Gaza.

Pada tahap darurat ini, yang telah berlangsung selama 13 hari, kami telah memberikan bantuan berupa dana untuk membantu meringankan penderitaan yang dialami oleh warga Palestina. Kami memberikan dukungan kepada negara Palestina dengan tujuan mengakhiri berbagai bentuk kekerasan dan penjajahan, yang selaras dengan semangat UUD 1945 yang menegaskan perlunya menghapus penjajahan di seluruh dunia,” kata Muhammad Ebrian, Head of Program & Partnership GFI, dalam pernyataannya pada Minggu, 22 Oktober 2023.

GFI telah secara bertahap menyediakan bantuan darurat kepada para penyintas yang terdampak oleh konflik Israel di Gaza, di mana sebagian besar dari mereka harus mengungsi ke sekolah-sekolah dan tenda-tenda sebagai tempat perlindungan.

“Sebanyak 2,3 juta penduduk Gaza berada dalam ancaman serius. Saat ini, perhatian utama Golden Future Indonesia adalah memberikan respons bantuan darurat kepada masyarakat sipil, anak-anak, dan kelompok rentan lainnya, terutama kepada para korban dan warga sipil yang telah kehilangan tempat tinggal mereka,” ungkap Ebrian.

Berbagai cara akan di tempuh sesuai alur koordinasi dengan para pemangku kepentingan strategis, dan berbagai stakeholder untuk memberikan dukungan terbaik demi sebuah solusi atas permasalahan krisis kemanusiaan berkepanjangan dan terus bergulir setiap tahun. “Melalui Solidaritas Indonesia untuk Palestina Semoga, kami semua berharap kedamaian tidak adalagi konflik dan peperangan lagi serta kekerasan Israel di atas tanah Palestina tak lagi menorehkan korban, luka dan air mata,” Tambah Faruq Naufal Head of Marketing communication.

Menurut informasi terbaru, penduduk Gaza mendesak untuk mendapatkan bantuan pangan yang memadai, layanan kesehatan yang terutama penting bagi anak-anak dan kelompok rentan, serta dukungan psikososial untuk mengurangi dampak trauma. Selain itu, layanan pendidikan juga menjadi kebutuhan mendesak. Di sisi lain, akibat pemutusan pasokan energi oleh Pemerintah Israel, pasokan listrik di Gaza saat ini hanya mencukupi selama 2-3 jam per hari. Hal ini akan berdampak serius pada layanan kesehatan darurat bagi para penyintas kekerasan Israel di Palestina.

Kondisi di atas kemudian juga diperburuk oleh kenyataan bahwa akses air bersih juga terputus yang berarti membahayakan segenap masyarakat Palestina. Juru Bicara Sekretaris Jenderal PBB, Stéphane Dujarric mengatakan bahwa saat ini banyak orang tidak memiliki akses ke listrik dan internet, dan akan segera kehabisan persediaan makanan dan air yang penting untuk kehidupan mereka.

“Kerusakan fasilitas air, sanitasi, dan kebersihan telah mengganggu layanan bagi lebih dari 400.000 orang,” kata Dujarric.

“Pembangkit Listrik Gaza sekarang menjadi satu-satunya sumber listrik dan bisa kehabisan bahan bakar dalam beberapa hari,” lanjut Dujarric.***

Editor: Fahrul Rozi/Penulis: M.Amrin Hakim

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews