Keseimbangan Kesehatan Akal dan Hati Kita

HARI ini mari kita mencoba inrospeksi diri, merenungkan dan menilai gizi dan vitamin apa saja yang sering kita konsumsi untuk kesehatan akal dan hati kita. Kita mulai dari hal yang paling mudah dan sederhana, yakni dari apa yang biasa kita baca, kita dengar dan kita pikirkan.

Semua yang sifatnya tanpa nilai adalah makanan tanpa gizi. Semua yang hoax dan menjadikan batin tersiksa adalah makanan penuh racun yang mematikan. Bagaimana kira-kira dengan makanan akal dan hati kita?

Sudahkah kita membaca dan mendengar berita hari ini? Koran, media sosial dan media massa kita tak pernah berhenti 24 jam mengabarkan kepada kita semua peristiwa yang unik, menarik, berbeda dan membuat penasaran.

Perseteruan, permusuhan, konflik, perebutan politik, pembunuhan dan perampokan menjadi tema paling hangat yang diangkat oleh para wartawan dan pemberita. Kebanyakan orang menuliskan dan mewartakan berita tentang virus corona tanpa ada jeda menit dalam perjalanan masa.

Sudahkah kita membaca kitab suci dan penjelasan kitab suci oleh ulama-ulama berhati suci yang secara tulus berniat mengarahkan dan mengantarkan semua manusia ke jalan suci menuju kebahagiaan sejati?

Kabar tentang kedamaian, persaudaraan, persahabatan dan saling ikhlas menolong menjadi tema utama yang disampaikan dari mimbar ke mimbar dan dari masjid ke masjid.

Berita tentang dunia dan dunia dalam berita sepertinya adalah yang paling dominan muncul serta menjadi komsumsi harian kita. Karenanya kita selalu gelisah karena fokusnya hanyalah kepentingan sesaat yang penuh dengan bumbu hawa nafsu.

Dunia dibuat berkotak-kotak, bergolongan-golongan dan berkelompok-kelompok yang semangatnya adalah bersaing untuk saling mengalahkan bukan bersatu untuk damai semua.

Berita tentang akhirat dan akhirat dalam berita tidaklah banyak muncul sebagai headline news walau faktanya berita seperti inilah yang menyuguhkan vitamin kesabaran dan optimisme, persaudaraan dan persahabatan, keadilan dan perdamaian.

Sungguh, minusnya kita membaca dan mendengarkan berita tentang akhirat hanya akan membuat kita menjadi manusia tanpa budi, makhluk tanpa hati, hewan tanpa perasaan.

Sahabat dan saudaraku, jangan biarkan hari terlewati tanpa kita membaca dan mendengar berita akhirat. Bukan hanya untuk pahala di akhirat kelak, melainkan untuk ketenangan dan kedamaian hidup kini di dunia yang sementara ini.

Lihatlah wajah-wajah damai para tokoh agama yang tulus. Damai sekali, bukan? Salam.

[KH Ahmad Imam Mawardi]

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *