Riau Pelopor Kaligrafi Digital

MUSABAQAH Kaligrafi Digital resmi dilombakan pada ajang MTQ Tingkat Provinsi Riau XLII yang berlangsung di Kota Dumai pada 2024.

Salah seorang tokoh kaligrafi Indonesia Dr H Didin Sirojuddin AR yang juga menjadi salah seorang hakim Musabaqah Seni Kaligrafi al-Quran (MSKQ) di Provinsi Riau tahun ini, mengungkapkan bahwa di Indonesia, golongan kaligrafi digital ini mulai pertamakali dilombakan di provinsi Riau.

“Itu berarti Riau menjadi pelopornya. Kiranya Riau menjadi basis dan pengembangannya untuk Indonesia. Mudah-mudahan kepeloporan Riau yang memulai lomba kaligrafi digital akan berdampak positif untuk pengembangan kaligrafi digital di seluruh Indonesia.” Demikian ungkap pendiri Lembaga Kaligrafi Alquran atau LEMKA ini di sela-sela babak penyisihan lomba kaligrafi digital yang berlangsung di Universitas Dumai pada 23 April 2024.

Didin Sirojuddin AR benar, bahwa Provinsi Riau menjadi pelopor. Bahkan eksibisi kaligrafi digital pertama kali di Indonesia juga dilaksanakan di Provinsi Riau, yaitu pada MTQ Provinsi Riau XLI tahun 2023 di Indragiri Hulu yang diikuti 9 (sembilan) peserta, yaitu 6 (enam) putra dan 3 (tiga) putri.

Pada tahun ini, ajang musabaqah kaligrafi digital dikuti 19 (sembilan belas) peserta putra dan putri. Kabupaten Indragiri Hulu mengirimkan 2 (dua) peserta putra dan putri; Kota Pekanbaru 2 (dua) peserta putra dan putri; Kabupaten Bengkalis 2 (dua) peserta putra dan putri, Kabupaten Rokan Hilir 2 (dua) peserta putra/putri; Kabupaten Siak 1 (satu) orang peserta putra; Kabupaten Kuansing 2 (dua) peserta putra/putri; Kota Dumai 2 (dua) peserta putra/putri; Kabupaten Indragiri Hilir 2 (dua) peserta putra/putri; Kabupaten Pelalawan 1 (satu) peserta putri; Kabupaten Kampar 1 (satu) peserta putra; dan Kabupaten Kepulauan Meranti 2 (dua) peserta putra/putri.

Sedangkan yang tidak mengirimkan peserta adalah Kabupaten Rokan Hulu. Artinya hanya satu kabupaten saja yang tidak mengutus peserta pada ajang ini. Kenyataan ini menunjukkan bahwa masyarakat Riau, terutama generasi mudanya amat berminat dan tertarik serta menyukai kaligrafi atau khat al-Quran.

Kaligrafi yang sudah menjadi konsumsi masyarakat tersebut sejatinya terus berkembang serta mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kalau pada awalnya hanya dibuat para kaligrafer secara manual, baik melalui kalam atau pena dari bambu atau batang resam yang ditulis di daun lontar, kulit binatang, pelepah korma, tulang-belulang dan kertas, lama kelamaan mulai berganti dengan kuas dan alat lukis lainnya, serta kanvas, kain, dinding bangunan dan lain-lain sebagai medianya.

Kaligrafi kemudian terus berkembang sehingga mouse dan tuts computer atau laptop sebagai alat mengekspresikan indahnya ayat-ayat al-Quran dapat dinikmati pencinta kaligrafi. Para desainer kaligrafi dalam menghasilkan karya indahnya dapat menggunakan aplikasi coreldraw, adobe illustrator dan photoshop dalam proses kaligrafi digital ini.

Kaligrafi digital itu sendiri adalah seni membuat tulisan indah dengan menggunakan perangkat atau media digital. Atau juga suatu seni digital desain grafis. Yaitu seni (sesuatu yang indah) yang dibuat kaligrafer menggunakan computer/laptop/android dalam bentuk digital, seperti gambar yang dilukis dengan menggunakan grafik vector maupun bitmap.

Hemat saya, keberadaan kaligrafi digital ini semakin menambah cara dan strategi dakwah Islam ke seluruh masyarakat di era digital. Keindahan karya kaligrafi yang berupa ayat-ayat al-Quran tersebut dapat menyentuh wilayah terdalam keindahan kemanusiaan yang semakin lama semakin diperlukan dan dibutuhkan batin manusia.

Menyemarakkan kaligrafi digital ini merupakan upaya syiar yang efektif di era teknologi digital, yang mau tidak mau terus tumbuh, berkembang dan maju serta dibutuhkan manusia dari berbagai kalangan tanpa di sekat apa pun, baik suku, bangsa, warna kulit, umur, tingkat pendidikan, budaya maupun agama.

Khusus untuk provinsi Riau yang berbudaya Melayu, sejatinya semua kalangan ikut memperhatikan, mendorong dan mendukung lebih serius kegiatan seni kaligrafi al-Quran cabang kaligrafi digital ini karena salah satunya, ini dapat menambah bukti kuat bahwa Melayu identik dengan Islam, sebagaimana selama ini telah disiarkan ke bumi dan dibendangkan ke langit tinggi. Apalagi Riau telah ditetapkan menjadi pelopor musabaqah kaligrafi digital di Indonesia.

Bagi Pemerintah Provinsi Riau dan Pemerintah Kabupaten/Kota, perhatian, dorongan dan dukungan serius itu, salah satunya dapat dilakukan dalam bentuk pengalokasian dana yang lebih bagi LPTQ Provinsi dan LPTQ Kab/Kota untuk mengembangkan dan memajukan bidang kaligrafi, terutama cabang kaligrafi digital ini, baik dalam bentuk pelaksanaan sosialisasi, diklat (pendidikan dan pelatihan), diskusi intensif, pameran maupun kegiatan lainnya yang menghadirkan narasumber maupun kurator nasional, yang kompeten dan teruji di bidangnya dengan pengelolaan yang profesional, akuntabel, transparan, mulai perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan hingga evaluasinya.

Wallahu a’lam. ***

Baca: Meneladani Jalaluddin As-Suyuti

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews