Meneladani Jalaluddin As-Suyuti

Jalaluddin As-Suyuti

RAMADHAN sebagai bulan turunnya Alquran mengingatkan saya pada sosok Syekh Jalaluddin As-Suyuti, satu dari dua pengarang kitab Tafsir Al-Jalalain. Kitab tafsir ini amat terkenal di kalangan pesantren. Isinya padat, lengkap dan ringkas. Kitab ini dikarang oleh guru dan murid, yaitu Syekh Jalaluddin Al-Mahali dan Syekh Jalaluddin bin Kamal al-Din As-Suyuti. Syekh Jalaluddin Al-Mahali menulis tafsir surat Al-Fatihah, surat Al-Kahfi hingga An-Nas. Selainnya ditulis muridnya Syekh Jalaluddin bin Kamal al-Din As-Suyuti.

Dalam satu riwayat diberitakan bahwa Jalaluddin As Suyuti menulis tafsir yang dimulai surat Al Baqarah hingga surat Al-Isra itu hanya selama empat puluh hari.

Jalaluddin As-Suyuti lahir di Asyut (salah satu kota tertua di dunia) di Mesir pada 849 H, dan meninggal di Cairo pada 911 H. Hidup pada masa pemerintahan Dinasti Mamluk abad ke-15 M. Dalam dunia Islam digelar dengan Ibnu al-Kutub (anak kitab) dan Ahlu al-Khutuwwah (Pemilik Langkah). Diberi gelar Ibn al-Kutub karena lahir dalam tumpukan buku-buku di pustaka pribadi ayahnya pada waktu maghrib saat ibunya mencari kitab yang diminta ayahnya. Diberi gelar Ahl al-Khutuwah karena memiliki ilmu melipat bumi atau dapat kemana saja dalam beberapa langkah. Ia dipanggil nabi “Ya Syaikho al-Sunnah” dan “Ya Syaikh al-Hadits” (gelar ini diceritakannya karena selalu bertemu dengan nabi dalam mimpinya, dan nabi memanggilnya dengan panggilan tersebut).

Menurutnya, sebagai dinyatakan dalam kitab Al-Qaulu al-Ashbah fi Haditsi Man ‘Arafa Nafsahu Faqad ‘Arofa Rabbah, bahwa ia bertemu nabi secara langsung (yaqazhah) lebih dari 70 kali.

Belum sampai berumur 8 tahun telah hafal kitab suci Alquran. Pada umur belum sampai 20 tahun, oleh guru-gurunya telah diperbolehkan mengeluarkan fatwa. Ia hafal 200.000 hadits. Bahkan menurutnya, kalau ia masih bertemu hadits, maka ia akan hafal semua itu. Ia ahli dalam berbagai cabang ilmu keislaman, seperti Fiqh, Hadits, Ma’ani, Bayan, Badi’, Tafsir Alquran, Nahwu, Faraidh, Qiraat dan Tabib (kedokteran). Kitab pertamanya ditulis pada 866 H yang berjudul Syarah al Isti’adah wa al-Basmalah.

Tak sampai di situ, ia terus belajar kepada guru-guru masyhur di zamannya sehingga menjadi ulama yang luar biasa.

Menurut salah seorang muridnya, Syamsuddin al-Dawudi, bahwa Jalaluddin As-Suyuti memiliki 500 karya. Di antara karya terpentingnya adalah Al Itqan Fi ‘Ulum Al-Quran dan Alfiyah fi Mushthalah al-Hadits.

Di antara beberapa keistimewaannya. Pertama, selalu bermimpi dan bertemu Nabi Muhammad Saw dalam keadaan sadar (yaqazhah). Dalam kitabnya Khushushiyyah al-Yaum al-Jumu’ah disebutkan, aku telah bermimpi dalam majelis Rasulullah Saw, lantas aku sebutkan sebuah kitab hadits yang telah aku karang, yaitu Jam’ al-Jawami’. Maka aku berkata kepada Nabi Muhammad Saw. “Hamba membacakan sedikit isi dari kitab tersebut.” Lantas nabi bersabda, “Bawakanlah kepadaku wahai guru hadits.”

Kedua, mampu sampai ke tujuan dalam beberapa langkah saja sehingga digelar ahl al-khutuwwah. Menurut Habib Ali bin Abdurrahman Assegaf, dalam satu riwayat diceritakan, suatu ketika ia sedang berada di Mesir, tiba-tiba ia memanggil muridnya Syekh Muhammad Ali al Khabbab. “Apa kamu mau sholat’ashar di Masjidil Haram? Kalau mau, pejamkan matamu. Setelah itu melangkahlah beberapa langkah. Jalaluddin As-Suyuti pun menuntun muridnya beberapa belas langkah. Iftah ‘ainayka, buka matamu.

Betapa terkejut muridnya karena mereka sudah tiba di Ma’la, yaitu komplek pekuburan di Mekkah. Setelah berziarah di pemakaman tersebut mereka pun ikut shalat ‘ashar berjamaah di Masjid Al-Haram. Setelah selesai shalat, Jalaluddin As-Suyuti bertanya kepada muridnya, “Ya Muhammad Ali Al-Khabbab, apa kamu mau tinggal di Mekah ini atau pulang bersama saya?” muridnya menjawab, “Tidak guru, saya mau ikut guru saja.” Lalu Jalaluddin As-Suyuti berkata, “Baik. Kalau mau pulang, pejamkan matamu, melangkahlah beberapa langkah.” Sekitar sebelas langkah, Jalaluddin As-Suyuti menyuruh muridnya membuka mata. Rupanya mereka sudah tiba kembali di Mesir.

Ketiga, amat bersungguh-sungguh dalam pekerjaan. Umurnya hanya 60 tahun 10 bulan, 18 hari namun melahirkan sebanyak 500 kitab, dan mampu menghafal 200.000 hadits serta menghafal beberapa kitab ulama yang lain, seperti matan Alfiyah Ibnu Malik. Ia amat menyadari dan mengamalkan hadits nabi: “Sesungguhnya Allah Swt mencintai seseorang yang melakukan pekerjaan secara itqan (melakukan dengan kemampuan terbaik).”

Syekh Jalaluddin As-Suyuti sungguh ulama yang patut diteladani. Sungguh.

Wallahu a’lam. ***

Baca: Predator Kebajikan

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews