Predator Kebajikan

Jalaluddin As-Suyuti

PREDATOR kebajikan? Hati-hati. Jangan sampai arang habis besi binasa. Demikian ungkapan lama mengingatkan. Betapa letih tunggang-tunggit menyembah IIahi dalam bentuk ritual sholat namun tak memperoleh apa-apa. Jangan sampai tinggal kulit pembalut tulang karena banyak melakukan ibadah namun hasilnya hampa. Sejatinya amal kebaikan mendapat perhatian Ilahi sehingga tak sia-sia.

“Siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. 16:97)

Apa saja yang menjadi predator amal kebajikan?

Pertama, prilaku syirik. Apa itu syirik? Secara sederhana, syirik adalah bersekutu, berserikat atau menyamakan Allah Swt dengan makhlukNya. Lawan syirik adalah tauhid, yaitu mengesakan Allah Swt, bahwa tiada yang berhak disembah kecuali Allah Swt semata.

“Siapa yang beramal lalu ia menyekutukan-Ku, maka Aku tinggalkan dia dan syiriknya itu.” (HR. Muslim)

Kedua, Prilaku riya. Apa itu riya? Menunjukkan (mendemonstrasikan) sesuatu yang dimiliki kepada orang lain dengan maksud memperlihatkan kelebihan atau keunggulan dengan maksud menyombongkan diri. Atau memperlihatkan diri kepada orang lain agar keberadaannya baik ucapan, tulisan, sikap, maupun amal perbuatannya diketahui.

“Siapa shalat dengan riya`, maka sungguh dia telah berbuat syirik, siapa yang puasa dengan riya`, maka sungguh dia telah berbuat syirik, dan siapa bersedekah dengan riya`, maka sungguh dia telah berbuat syirik.” (HR. Ahmad)

Ketiga, Hasad (dengki). Apa itu hasad? Yaitu perasaan yang timbul di hati seseorang ketika tidak senang melihat orang lain bahagia. Hasad merupakan prilaku tercela yang mendatangkan akibat buruk bagi jasmani dan rohani manusia.

Penyakit hasad ini dikenal dengan penyakit SMS (senang melihat orang susah, susah melihat orang senang). Kuda yang mendaki, nafasnya yang kelihatan sesak.

“Jauhi prilaku hasad atau dengki karena sesungguhnya dengki itu akan melahap kebaikan-kebaikan sebagaimana api melahap kayu bakar.” (HR. Abu Daud).

Keempat, menyebut-nyebut kebaikan, dan menyakiti hati orang yang menerima kebaikan tersebut.

Banyak manusia menyukai prilaku ini. Setelah melakukan kebaikan maka semuanya dibendangkan ke langit, seperti ayam bertelur sebutir, heboh makhluk sekampung. Ada juga yang mau memberi namun diiringi dengan kata-kata sindiran atau ungkapan-ungkapan yang melukai orang yang ditolong.

“Haiorangberiman,janganbatalkanpahalasedekahmudengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti hati orang yang menerimanya seperti orang yang menafkahkan hartanya untuk pamer kepada manusia…” (QS: 2:262)

Kelima, mendatangi dukun dan peramal.

Semakin maju zaman, maka semakin menjadi-jadi pula praktik pedukunan dan peramalan. Mulai rakyat jelata hingga penguasa menggunakan jasa dukun dan peramal untuk mengetahui apa ada peluang sukses di masa depan. Seolah-olah tak ada masa depan tanpa datang terlebih dahulu kepada dukun dan peramal. Padahal yang tahu masa depan yang sesungguhnya hanyalah Tuhan.

Sejumlah media pun tampak latah dan tentu arah, banyak yang menayangkan acara praktik tersebut. Bahkan mendapat rating yang tinggi. Padahal praktik dukun dan ramal meramal masa depan itu mendapat peringatan keras dari sisi agama, khususnya Islam.

“Siapa mendatangi peramal dan menanyakan sesuatu kepadanya, maka shalatnya tidak akan diterima selama empat puluh malam.” (HR. Muslim).

“Siapa yang mendatangi para peramal dan dukun, kemudian dia membenarkan apa yang dikatakannya, maka dia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad.” (HR. Ahmad).

Wallahu a’lam. ***

Baca: Keanehan Demi Keanehan

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews