Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara

Ilustrasi

Memerankan Malam

Aku melihat malam; tidak tidur. Di situ ada bintang, mengedari hari esok, kelamnya menjaga rembulan, lewat kidung mata pencaharian nelayan

Aku memotong malam
hitam; luruh menggores tanggal
dari bising kesunyian
dari hening kendaraan
yang mogok, yang bersandar
pada halamannya masing-masing

Aku mendengar malam,
dalam dada yang meringis
gelandangan mendengkur
di pondok merica menumpuk
memupuk resah menelungkup — menagih langkah kelelahan hidup

Aku merasakan malam,
menebar, menyebar haluan
menebah, memapah kesangkilan

Aku menyandera malam;
seperti udara menampung hujan, rintik yang ringkih, membasahi langit
ketika menangis

Aku mengabadikan malam,
mati pandang yang terlelap, masih hidup di alamatulhayat

Aku menyangsikan malam; kalam. Hingga pagi datang lembut — sebelum malam benar-benar terebut

Aku melihat malam. Aku memerankan malam. Aku menjadi malam. Aku adalah malam itu..

2023

Agresi

Tubuh bengkok
lawan arus melenggak-lenggok

Telinga ramai seru igauan
teriak makna dimuntahkan

Biar sendiri di sini
kemerdekaan bangkit kembali

Biar jauh beribu-ribu
seribu aku; bunuh lebih dulu!

2023

Waktu

Waktu, waktu selalu habis di pergelangan tanganku.
Dinding-dinding rubuh, dimakan waktu

Waktu, waktu selalu habis di balik perjalananku.
Aku memoar di pojok buku

Waktu selalu habis di tangan kiriku.
Waktu, waktu yang terpotong; terpenggal dari sayatan gunting yang merobek kepalaku

Waktu; selalu waktu.
Tubuhku telah hangus menjadi abu.
Terpacak aku dalam waktu

Waktu yang berdetak dan tak menentu.
Waktu, telah habis mengenal tubuhnya sendiri..

2023

Ini Puisi Pecah

Telepon genggam pecah, jam tangan pecah, kacamata pecah, gelas pecah, piring pecah, asbak pecah, lampu pecah, patung-patung pecah berserakan di telapak kakimu

“Awas barang pecah belah!”—stiker fragile ditempel dari gambar yang pecah-pecah, kepercayaan yang pecah, kerukunan yang pecah, keadilan yang pecah, kemanusiaan yang pecah, keperawanan yang pecah, (identity) yang pecah, dan pecahan-pecahan bilangan matematika yang merumus-padanan lembaran kertas. Pecah

Mencorat-coret, pecah. Sobek-sobekan, pecah. Meremas-remas, pecah. Kusut kasau, pecah. Sebuah kertas pecah ketika langkah-langkah menapak tempat yang salah

Ke hutan pecah, ke gunung pecah, di pohon pecah, diskotik pecah, konser musik pecah, rumah sakit pecah, isi kloset pecah, tempat ibadah pecah, alam pecah, tata surya pecah.

Masa depan pecah berkali-kali melihat penguasa serakah

Aku; pecah.
Identity; pecah.
Bahasa; pecah.
Puisi; pecah.
Semua; rekah

Tuhan, maukah Engkau ikut pecah bersamaku?

2023

Kesimpulan Terakhir

Engkau seperti parafrasa ketika aku menjadikanmu wacana di kalimat akhir
Engkau adalah kesimpulan terakhir ketika aku tidak mengarang di buku lain
Aku tertambat; dalam markah yang berpindah di lembar-lembar itu saja
Engkau; menjadi biografiku.

2023

————————–
Rifqi Septian Dewantara asal Balikpapan, Kalimantan Timur Mei 1998. Karya-karyanya pernah tersebar di media online dan buku antologi bersama. Kini bergiat dan berkarya di Halmahera, Maluku Utara. Bisa disapa melalui Facebook: Rifqi Septian Dewantara. *

Baca: Puisi-Puisi Klasik Karya Ajip Rosidi

*** Laman Puisi terbit setiap hari Minggu. Secara bergantian menaikkan puisi terjemahan, puisi kontemporer nusantara, puisi klasik, dan kembali ke puisi kontemporer dunia Melayu. Silakan mengirim puisi pribadi, serta puisi terjemahan dan klasik dengan menuliskan sumbernya ke email: [email protected] [redaksi]

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews