Puisi-puisi Karya Ratih Ratnasari, Maaf dan Perjalanan

MAAF

Aku hanya manusia biasa
Yang tak luput dari dosa
Tapi aku bukan pendusta
Salahkah bila aku mendamba

Tak ada yang memaksa
Untuk saling jatuh cinta
Namun sayang kita masih muda
Nafsu angkara datang tetiba

Akhirnya tak ada tegur sapa
Hati jadi merana
Bintangku pergi tanpa berita
Meninggalkan luka yang menganga

Kata maaf pun tiada
Karena salah yang tak disengaja
Haruskah kucari hingga ujung dunia
Dimanakah kini kau berada

Tuparev, 16 November 2019

 

PERJALANAN

Perjalanan kita berawal dari titian pertama dan berhasil melewatinya. Kita berjanji akan tetap seiring-sejalan, berlanjut hingga titian kedua, ketiga dan keempat.
Ketika sampai di titian kelima, mulai dihinggapi jenuh. Titian keenam, kita kehilangan kendali, sampai titian ketujuh kita menyerah dan ‘tak sanggup mendaki lagi.

Kekasih, harapan ‘tuk mewujudkan impian kandas di tengah perjalanan, hingga memilih ‘tuk melanjutkan tujuan masing-masing.
Sejenak kita merasakan suasana baru, segar, menyenangkan.

Tanpa disadari, dipertengahan suasana itu, bersua lagi.
Lalu bayangan perjalanan dulu terlintas, kembali kita gamang antara memilih bersama lagi atau tetap dalam suasana baru.

Dan akhir dari keputusan, adalah membiarkan impian itu menggantung, hingga waktu yang akan menjawab semua …, semoga kelak dapat terwujud.

Bandung, 17 November 2020

 

TAK ADA DOA YANG SIA-SIA

Bulan tersenyum saat kubulatkan tekad untuk tetap mencarimu.
Sang bintang pun kerlingkan matanya, seolah menyemangatiku ‘tuk tetap berusaha.
Aku ‘tak peduli pada awan yang menangis dan mengatakan, “Pencarianmu akan sia-sia.”

Di pagi buta, tegadah tangan, “Tuhan, terimalah doaku. Sampaikan padanya, aku akan tetap berjuang demi putihnya cinta.”
Aku yakin, pintaku tersampaikan angin, walau berhembus secara berlahan.

Akhirnya perjalanan embunpun ‘tak keringkan pinta. Di lautan, akhirnya pertemuan bermuara. Bahagia rasa hati, layangkan jiwa bak di taman surgawi. “Tuhan, ternyata waktu yang terjeda, memberikan pelajaran tentang arti sebuah perpisahan.”

Aku berjanji, akan selalu menghangatkan cinta ini, dalam tungku yang tetap menyala. Sampai tiba waktunya pelukan tanah memisahkan raga.

Bandung, 03 November 2020

RATIH RATNASARI, adalah seorang tenaga pengajar Taman Kanak-kanak yang bermastautin di Kota Kembang, Bandung, Jawa Barat. Memiliki hobi dalam hal tulis menulis karya seni puisi dan cerpen. Beberapa karya tulis milik Ratih Ratnasari, pernah dipublikasikan oleh beberapa media masa terbitan Kalimantan Timur dan Sulawesi. ***

Baca : Puisi Mahmoud Darwish, Penyair Palestina

*** Laman Puisi terbit setiap hari Minggu. Secara bergantian menaikkan puisi terjemahan, puisi kontemporer nusantara, puisi klasik, dan kembali ke puisi kontemporer dunia Melayu. Silakan mengirim puisi pribadi, serta puisi terjemahan dan klasik dengan menuliskan sumbernya ke email: [email protected] [redaksi]

 

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *