Puisi-puisi Ahmed Mattar – Irak

NEGERIKU KEKASIHKU

Tak ada roti apalagi minyak untuk nyalakan api
Tak ada lagi air atau apapun yang mengaliri
Tak ada daging, kulitnya apalagi
Duit apalagi..

Lantas, kau hidup begini??
Kami hidup dalam cinta ibu pertiwi
Negeri masa lalu yang sedang dipijak yahudi
Negeri yang masih abadi dalam jajahan yahudi.

Lantas di mana lagi kau menghuni?
Di luar batas waktu kami menghuni
Waktu, di masa lalu yang tak kan pernah kembali
Dan di masa depan yang tak lebih dari imaji.

Lantas, demi apa kau di sini?
Kami di sini demi sebuah suntikan motivasi
Menyegarkan kembali benteng kekuatan ini agar tetap tajam berduri
Di pelupuk penuh dengki ini.

MAYAT

Di tumpukan sampah

Aku temukan sebuah mayat

Tampangnya seperti orang pedalaman

Dikelilingi elang dan serigala

Di atasnya terdapat sebuah tanda

Yang mengatakan bahwa mayat ini

Bernama kemuliaan

MIMPI BURUK

Di hadapanku

Mimpi buruk menghantui

– bangunlah dari tidurmu!

Aku tidak sedang tidur

– jadi, ini bukan mimpi buruk?

Justru kamu sedang memandangi wajah orang bijak

CATATAN

Seorang pencuri

Meninggalkan sebuah catatan

Di atas tumpukan jerami

Dan tertulis:

Laknat Tuhan bagi penguasa

Yang tidak menyisakan sedikitpun

Sesuatu untuk kami curi

Selain suara dengusan

TEKANAN

Apa tuduhanku?

Tuduhanmu adalah arabisme!

Kutegaskan pada kalian apa tuduhanku?

Kami juga tegaskan, arabisme!

Wahai kalian

Katakanlah selain itu!

Aku tanya kalian apa tuduhanku?

Bukan tentang siksaan!
ahmad mathar

Ahmed Mattar, penyair modern berkebangsaan Irak. Lahir pada tahun 1954 di desa Tanoma, distrik Shatt Al-Arab, kota Bashrah. Dia anak keempat dari 10 bersaudara. Sejak tahun 1986, Mathar pindah dan menetap di London hingga akhir hayatnya. Puisi-puisi Ahmed Mattar banyak menyuarakan kritik dan perlawanan terhadap negara-negara Barat yang menyebabkan banyak konflik terjadi di Timur Tengah. Puisi-puisi yang diterjemahkan Musyfiqur Rahman, alumnus Pondok Pesantren Annuqayah, Sumenep, ini disadur dari halamanindonesia.culturalforum , 8 Juni 2019.***

Baca : Puisi Mahmoud Darwish, Penyair Palestina

*** Laman Puisi terbit setiap hari Minggu. Secara bergantian menaikkan puisi terjemahan, puisi kontemporer nusantara, puisi klasik, dan kembali ke puisi kontemporer dunia Melayu. Silakan mengirim puisi pribadi, serta puisi terjemahan dan klasik dengan menuliskan sumbernya ke email: [email protected] [redaksi]

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *