Film  

7 Fakta Menarik Film Dirty Vote yang Membuat Heboh

7 Fakta Menarik Film Dirty Vote yang Membuat Heboh

LAMANRIAU.COM, PEKANBARU – Di tengah periode damai Pemilu 2024, film dokumenter berjudul “Dirty Vote” dirilis oleh Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK) Indonesia pada Minggu 11  Februari 2024 melalui akun YouTube mereka. Hanya dalam waktu 20 jam setelah diunggah, pada pukul 09.30 WIB Senin 12 Februari 2024, video tersebut telah disaksikan sebanyak 2,5 juta kali.

Film berdurasi 1 jam 57 menit ini memicu kehebohan karena mengungkap potensi sistem kecurangan dalam Pemilu 2024.

Tak hanya di YouTube, film ini juga menjadi perbincangan hangat di platform X, bahkan menjadi trending topik. Berbagai media sosial lainnya juga dijejali dengan pembicaraan tentang film ini, dengan banyak influencer turut mengomentari konten yang diangkat dalam dokumenter tersebut.

Berikut Beberapa Fakta Menarik dari Film Dokumenter berjudul “Dirty Vote”:

1. Disutradarai Oleh Dandhy Dwi Laksono

Film dokumenter eksplanatori ini disutradarai oleh Dandhy Dwi Laksono, seorang mantan jurnalis yang terkenal dengan liputan investigasinya. Selain aktif mengkritik kebijakan pemerintah melalui film-filmnya, Dandhy juga dikenal karena sering menyuarakan kritiknya melalui media sosial.

“Dirty Vote” merupakan film keempat yang disutradarainya yang mengambil momentum dari proses pemilihan umum. Pada tahun 2014, melalui rumah produksinya WatchDoc, Dandhy merilis film berjudul “Ketujuh”. Kemudian, menjelang Pilkada DKI Jakarta tahun 2017, Dandhy juga menyutradarai film “Jakarta Unfair”.

Pada tahun 2019, Dandhy membuat film “Sexy Killers” dalam masa tenang Pemilu 2019. Film ini berhasil menarik perhatian dengan jumlah penonton mencapai 20 juta orang.

2. Tiga Pakar Hukum Tata Negara

Ada tiga pakar hukum tata negara yang mengisi film ini. Mereka adalah Zainal Arifin Mochtar, Bivitri Susanti, dan Feri Amsari.

“Jika Anda nonton film ini, saya punya pesan sederhana. atu tolong jadikan film ini sebagai landasan untuk Anda melakukan penghukuman,” ucap Zainal Arifin Mochtar saat membuka film dokumenter ini.

“Saya mau terlibat dalam film ini karena banyak orang yang akan makin paham, bahwa memang telah terjadi kecurangan yang luar biasa. Sehingga Pemilu ini tidak bisa dianggap baik-baik saja,” tutur Bivitri Susanti.

“Selain diajak oleh figur-figur yang saya hormati. Tentu saja film ini dianggap akan mampu mendidik publik betapa curangnya Pemilu kita dan bagaimana politisi telah mempermainkan publik pemilih hanya untuk memenangkan kepentingan mereka,” ucap Feri.

Ketiganya mengungkap berbagai instrumen kekuasaan telah digunakan untuk tujuan memenangkan pemilu dan merusak tatanan demokrasi.

Penggunaan infrastruktur kekuasaan yang kuat, tanpa malu-malu dipertontonkan secara telanjang demi mempertahankan status quo. Bentuk-bentuk kecurangannya diurai dengan analisa hukum tata negara.

3. Menjadi Trending Topik di Platform Media Sosial X

Topik pembicaraan tentang film dokumenter “Dirty Vote” masih menjadi tren di media sosial hingga pagi ini, Senin 12 Februari 2024. Lebih dari 450 ribu unggahan yang membahas mengenai film “Dirty Vote” tercatat di platform X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.

Banyak tokoh publik juga ikut memberikan komentar mengenai film “Dirty Vote”. Sebagian besar dari mereka memberikan apresiasi atas kehadiran film dokumenter ini, namun tidak sedikit yang menyatakan bahwa film ini hanya bertujuan untuk menjatuhkan salah satu pasangan calon tertentu.

Karena menjadi topik yang sedang tren, banyak netizen yang belum menonton film tersebut menjadi semakin penasaran dan tertarik untuk segera menontonnya.

4. TKN Prabowo-Gibran segera Menggelar Jumpa Pers

Setelah perilisan film “Dirty Vote”, Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran segera menggelar jumpa pers. Ini dilakukan karena mayoritas konten film tersebut mengkritik pasangan calon yang mereka dukung.

Habiburokhman, Wakil Ketua TKN Prabowo-Gibran, menyatakan bahwa sebagian besar isi film tersebut merupakan fitnah. Dalam konferensi pers di Media Center TKN, Jakarta Selatan, pada Minggu 11 Februari 2024, seperti dilansir dari detikNews,

Habiburokhman menyampaikan, “Perlu kami sampaikan bahwa sebagian besar yang disampaikan film tersebut adalah sesuatu yang bernada fitnah, narasi kebencian yang bernada asumtif dan sangat tidak ilmiah. Saya mempertanyakan kapasitas tokoh-tokoh yang ada di film tersebut, di rekaman tersebut.”

Habiburokhman menilai bahwa apa yang disampaikan dalam film tersebut tidak tidak argumentatif dan tendensius.  Dia juga mengimbau masyarakat untuk tidak terprovokasi oleh narasi yang disajikan dalam film tersebut.

5. Apa Saja yang Disampaikan di Dirty Vote

Film ini memaparkan berbagai aspek kecurangan dalam Pemilu 2024, mulai dari ketidaknetralan pejabat publik hingga pelanggaran etik di lembaga-lembaga negara.

6. Kolaborator di Balik Film

Di akhir film, terdapat daftar kolaborator termasuk Aliansi Jurnalis Independen, Greenpeace Indonesia, Indonesia Corruption Watch, dan sejumlah organisasi lainnya.***

Editor: Fahrul Rozi/Penulis: M.Amrin Hakim

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews