Ramadan di Mata Tokoh Muslim Dunia

INSYA ALLAH besok telah memasuki bulan suci Ramadan. Apa kata tokoh-tokoh Muslim dunia soal awal Ramadan?

Mempererat Silaturahim Hind Makki

“Sebelum menjadi nabi, Baginda Nabi Muhammad menghabiskan bulan suci Ramadan dalam kesendirian di Gua Hira, menghindari kerusakan kelas elite Mekah sambil merenungi kebenaran Ilahi. Kini, saat Muslim beribadah di bulan Ramadan, kita menggemakan sikap Nabi yang menghindar dari segenap maksiat dan dosa, berpuasa di siang hari dan salat di malam hari, namun kita tidak lagi harus mengurung diri dari kehidupan duniawi. Kita malah dianjurkan untuk mempererat ikatan keluarga, bersosialisasi dengan tetangga, memberi makan kepada orang lain dan melakukan kebaktian sosial.”

– Hind Makki adalah pendiri Side Entrance blog.

Ramadan adalah Karunia Qasim Rashid

“Ramadan adalah kesempatan tak terkira bagi kita untuk menjadi pelayan yang lebih baik bagi kemanusiaan. Ramadan adalah permata tak ternilai yang mencari kedekatan dengan Allah, memohon rahmat, berkah, dan magfirah-Nya. Ramadan adalah jalan kecil yang bukan saja mengantar kita kepada sikap menahan diri dari makan dan minum, tapi juga menahan diri dari fitnah, menggunjing, iri, curiga, pelit, foya-foya, asusila, tamak, khianat, takabur, pengecut, dan berpikir jelek terhadap orang lain, sehingga saat kita berbuka kita telah membangun benteng di dalam diri yang secara terus-menerus dapat menjaga kita dari sifat, sikap dan perilaku buruk seperti di atas.”

– Qasim Rashid adalah penulis buku terkenal dan diakui berjudul The Wrong Kind of Muslim. Karya ini mendapat hadis Kirkus Star dan dipilih sebagai 100 Buku Indie terbaik tahun 2013.

Apa Artinya Jadi Manusia Qamar Ul Huda

“Dalam Bible ada ayat yang berbunyi begini: Tubuh-tubuh kita adalah rumah ibadah Roh Kudus yang ada dalam diri kita dan dalam Al-Quran Allah berfirman, Aku tiupkan kepadanya (Adam) Ruh-Ku (QS. 28:72).

Ayat itu menegaskan kepada kita kehadiran Ruh dalam tubuh kita, yang membutuhkan kepada praktik-praktik ruhani seperti puasa, salat, sedekah, dan ibadah di bulan Ramadan. Merasakan kehadiran Ruh itu akan mengingatkan kita agar menghargai tubuh sebagai sesuatu yang suci sekaligus menyambungkannya kembali dengan kesucian alam. Kombinasi membangun lagi hubungan kita dengan ekologi alam dan kesadaran Ilahi yang lebih dalam (tawhid) akan menyuburkan ingatan kita bahwa Yang Esa ada dalam segala sesuatu.

Bulan suci Ramadan menggugahkan kembali dalam diri kita apa arti menjadi manusia; ia memberikan wawasan mengenai pengetahuan tentang cinta, keindahan, dan kebenaran sambil mengajarkan kita hidup dalam rasa syukur. Ramadan menuntun kita bahwa menumbuhkan kebijaksanaan tidak dapat dilakukan lewat dogma dan doktrin, melainkan lewat fokus pada Ruh.”

– Qamar Ul Huda adalah pejabat senior dalam Religion and Peacemaking Program, U.S. Institute of Peace; dan penulis buku The Crescent and Dove.

Olah Ruh Abdullah Antepli

“Ramadan adalah kegiatan olah ruh sebulan penuh agar kita mengencangkan otot-otot metafisik kita melalu disiplin, salat, tafakur dan ibadah yang teratur. Ini merupakan usaha tahunan Muslim untuk tumbuh serentak dalam hubungan vertikalnya dengan Allah dan horizontalnya dengan sesama manusia melalui berbagai amal bakti dan derma. Ini bulan untuk mengaudit dan mengevaluasi diri sendiri dalam rangka menilai akun kita di akhirat kelak.”

– Imam Abdullah Antepli adalah kepala bimbingan ruhani di Duke University.

[islamindonesia]

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *