Laskar Merah Unjuk Gigi

makar

LAMANRIAU.COM – Warna dengan segala langgam-makna adalah pertanda. Begitu pula bunyi jengking, katak-kodok, bebek-itik yang sesekali mengaum bak srigala adalah pertanda. Putih memaknai kesucian. Hitam terkadang diartikan kegelapan. Indigo (nila), tak jarang disamakan seseorang yang mempunyai kelebihan (metafisik). Biru, perasaan yang sedang mengharu. Sementara merah, tak banyak orang yang tahu, kecuali teringat penggalan kalimat-pernyataan dalam sebuah film. “Darah itu merah Jenderal”, begitu penyataan terdengar dari suara parau sang eksekutor.

Baca: Bunga-Bunga Makar

Laskar merah para pembelok hati. Khianat pada ketua. Jalan yang mereka siap-sediakan berhulu robohnya rejim baru. Berhilir yang baru menjadi reformasi. Berhasil masuk menusuk jatung pimpinan negeri baru. Tamatlah kisah sang singa tua yang tak sanggup mengaum lagi. Sekarang riwayatnya dielu-elukan sebagai simbolisasi keberhasilan. Di antara yang tenar tentu saja reformasi konstitusi. Kepala negara tak perlu lagi anak negeri. Yang penting dapat bekerja sama untuk kolusi-kolaborasi dengan laskar merah pembelok hati.

Sebelumnya aku tak menduga jika laskar merah merebak ke seluruh negeri. Dari panggung kuasa-singgasana, usaha sekala besar-menengah, grup perusahaan, jalan-jalan protokol, para pengunjuk-kritis, generasi milenial sehingga makam-kuburan tak lepas dari jangkaunnya. Mengekspose pikiran, berdikusi-bicara tentu saja dalam pantauanya. Jangan coba-coba membantah, menolak usul, rencana dan kegiatanya kelompoknya, badan akan merana. Hotel prodeo di depan mata. Duh, duh, duh, harus bagaimana?

Dalam ruang-ruang remang sambil berpikir dengan hamas (harap-harap cemas), aku optimis. Aku tak salah. Apa salah ku. Jika hanya berupaya memberi khabar melalui Jengah-Jenguk Cendekia. Sedikit jengah menuju setengah jenguk, bukanlah nasehat, kecuali hanya sejumput taklim-maklumat.

“Janganlah melampau batas. Hidup hanya sebatas usia. Nikmat serasa tekak. Indah sejauh pandang. Lakon menunjuk elok. Materi tak sampai ke mati”.

Wahai laskar merah pembelok negeri: sebelum terlambat! Janganlah semua diembat. Bisamu takan serba bisa. Apalagi sebisa ular. Sebelum gigi menjadi ompong. Yang mustahil untuk diunjuk.

Selagi ada waktu dan mampu, taklah salah untuk bertaubat. Hormatilah umat. Semoga selamat. Sebelum tanda-tanda terlihat. Wallahualam bissawab. ***

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *