Dendam Lung Ameer LeeMen

Ngah Usu

LAMANRIAU.COM – Lung Ameer LeeMen, begitulah nama panjangnya. Orang-orang di negeri Kolam Susu, memanggilnya LeeMen. Terkadang, kawan-kawan dekat, dan tetangga sekampung, menyapa dengan nama Ameer. Jujur saja, Aku lebih senang menyapa-panggilnya dengan (bang) Lung. Sebagai anak tertua, tentu saja sapaan Lung, tidak salah.

Baca : Teorema Jauh Panggang

Lung Ameer LeeMen, terus saja menggerutu, menggumam, dan komat-kamit. Bibirnya menggetar. Berbicara pun kelihatan emosi. Lung masih marah, nampaknya. Khabarnya, Long merasa tertipu. Bukan d-itipu. Ini hanya persoalan perspektif (sudut pandang) saja. Betulkah? Padahal aku dengar, Long baru saja memenangkan lomba penulisan lagu populer. Konon lagunya untuk mendukung sebagai soundtrack sebuah film kolosal yang bergenre nasionalis-religius, bukan religius-nasionalis.

Masih saja Lung kelihatan kesal. Hanya mulutnya tidak komat-kamit, berguman dan menggerutu lagi. Lung bukan mempersoalkan jumlah hadiah uang yang ia terima. Piagam penghargaan sebagai pemenang. Tambah tiket gratis untuk menonton film kolosal tersebut. Long baru tahu jika lagunya sebagai pemenang pertama sedang arasemen untuk soundtrack film tersebut.

Penasaran, Lung cari tahu, ihwal ide cerita, skenario hingga sang sutradaranya. Lung mengajak Aku untuk menelusur laman internet. Pencarian terus kami lakukan. Benar, baru ketemu. Ada laman dari sebuah lembaga religius semacam ormas kalau di negeri seberang. Sementara di negeri Kolam Susu hanya serupa lembaga kajian budaya yang katanya berbasis religius. Lembaga kononnya anti kelompok intoleran dan anti redikalisme. Mungkin juga anti rasuah, gumam ku dalam hati.

Setelah mencermati sekilas, dari skripnya kami mulai paham. Ada sesuatu yang disembunyikan dalam film tersebut. Boleh jadi penyembunyian model ini disebut dengan istilah tidak transparan dalam pertanggungjawaban prihal penggunaan keuangan. Mungkin!?

Long tak mempersolkan genre, siapa penyandang dana atau sponsornya. Yang Long tak paham adalah ide cerita, dan alur skrip dari filemnya yang terkesan ingin membenturkan antara satu penganut keyakinan yang sama. Ada upaya pembenturan satu kelompok. Geram aku dengar cerita dari Long.

Jujur, Aku tak mempersoalkan seperti penjelasan Lung. Hanya yang menjadi masalah berdasarkan pengamatan, ada aktor atau oknum yang ingin menusuk dari belakang. Perihal “menusuk dari belakang”, “menggunting dalam lipatan”, “musang berbulu ayam”, macam judul sajak, lagu, drama lakon bahkan film Bollywood dan Holywood sudah banyak.

Kami, Aku bersama Long berupaya mendiskusikan para penusuk tersebut. Sebagai antisipasi kalau ada unsur adu domba dari dalam, Long tak ingin disalahkan. Kata pribahasa, “orang yang makan nangka, jangan kita terkena getahnya”. Apalagi lagunya akan dijadikan soundtrack film tersebut.

Setelah membaca dengan saksama, dan cermat, Aku jelaskan pada Long. Bahwa yang sangat berbahaya bukan kontennya, melainkan adanya anasir-nasir yang berbasis masa lalu. Tak dapat dibayangkan apabila di dalamnya terdapat anasir dendam.

Betapapun banyak orang yang tak percaya di Negeri Kolam Susu, mustahil flu dendam bersemi kembali bak bunga Sakura. Aku tetap meyakini, dendam itu masih ada. Bahkan dendam itu, akan tetap bersemi menjadi energi tersembunyi pemecah-belah, jika ada pemicunya.

Sepengetahuanku, dendam dapat dipertahankan melalui proses sosialisasi dalam keluarga yang dilakukan secara intens (terus-menerus). Sungguh pun peristiwa kelam itu terjadi tahun 1960-an (sudah 60-an tahun lalu), proses sosialisasi yang sistematis, gradual dan terorganisir dapat mengamankan “big data dendam” tersebut.

Belajar dari negeri seberang, Aku menyarankan agar Lung menarik balik hasil karya sebagai pemenang pertama perlombaan sebelumnya. Menurut ku, tindakan ini sebagai antisipasi bahwa Long tidak tahu-menahu pun nggan ambil tahu. Lebih baik tidak tahu daripada “kura-kura makan tahu”.

“Sesal dahulu pendapatan. Sesal kemudian tiada berguna,” jelas ku. Lung pun mengangguk-anggukan kepala tanda setuju. ***

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *