OPERASI baru saja disetujui. Rapat akbar masyarakat kampung Drian, Negeri Kolam Susu inilah yang menyetujui operasi khusus tersebut. Mengapa khusus? Ada dua alasan. Pertama, Kodok-katak dinilai sudah mengganggu kestabilan keamaman tanaman padi yang akan dipanen. Kedua, Belalang-kicot diam-diam merayap lamban perlahan, namun pasti mulai menyusup tananam bawang yang mulai panen.
Ngah Long dan Long Usu tak banyak cerita, komentar apalagi cengkedok. Kedua kakak-beradik ini menerima dan setuju amanah tugas dipundakanya. Long Usu sebagai koordinator operasi. Ngah Long, menjadi pengawas lapangan.
Sebenarnya tak banyak yang harus dilakukan kedua kakak beradik ini. Sebagai koordinator Long Usu setiap hari hanya mengkoordior, mempersiapkan bahan-bahan, prosedur serta peralatan yang akan digunkana untuk melaksanakan operasi khusus tersebut. Yang banyak berkerja adalah Ngah Long.
Walaupun kelihatan banyak, ternyata kesannya saja. Memang seolah-olah dibuat banyak, agar kelihatan sibuk. Ngah Long mengawasi operasi dari jarak jauh. Mendekat sesekali saja dalam keadaan darurat. Namanya operasi khusus. Kalau dekat, bukan lagi khusus. Dekat jaraknya, disebut pembasmian. Itulah ruang lingkup dan prosedur Ngah Long.
Dengan serius Ngah Long melakukan pengawasan. Titik tumpunya tentu saja agar kestabilan tertap terjaga. Ladang bawang harus diamankan. Bawang adalah penghasilan kampung sekaligus mata pencaharian utama masyarakat. Kalau terganggu, tentu saja kestabilan pendapatan negeri bermasalah. Pokok intinya jangan sampai terjadi krisis. Lagi pula pandemi kutu loncat masih belum dapat diatasi.
Tak banyak yang tahu. Suatu hari Long baru tersadar jika Kodok-katak dan Belalang-kicot berpotensi sebagai komuditas ekspor yang dapat dihandalkan. Dalam berbagai media sudah banyak disiarkan beberapa negeri termasuk negeri seberang yang membudi daya Belalang-kicot. Bahkan hasilnya sungguh menakjub-kagumkan. Bukan saja nilai gizinya, liurnya juga dapat dijadikan bahan dasar pembuatan obat. Tinggal tergantung inovasi, keahlian, kreasi dan kesungguhan. “Usaha penting, tetapi jangan lupa doa terkadang lebih penting”.
Ngah Long terperanjat sambil terbatuk-batuk. Info dari negeri seberang sudah dikalkulasi dengan pencermatan saksama kalau hanya padi dan bawang diprediksi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam negeri. Mau dikasih makan apa penduduk negeri ini. Kalau pun dicukup-cukupkan juga tidak mencukupi. Pahit-pahitnya ya utang. Utang lagi. Utang lagi. Utang Lagi!!?
Setelah direnung-renung, dipikir-pikir, Long Ngah percaya dan yakin operasi ini tidak benar. Operasi ini ada yang salah. Operasi ini ada yang menunggangi. Diam-diam, senyap, perlahan dengan pasti Ngah Long bersepakat dalam hati untuk mengubah amanah tugasnya. Tetap mengawasi hanya saja ditambah dengan mencermati: menelaah dan membuat catatan harian per jam.
Tetap dengan diam-diam dan senyap dengan pasti sudah sebulan berjalan. Semua bahan dikumpulkan. Semua bahan dioalah untuk ditelaah menjadi data yang mempunyai akurasi mumpuni. Ngah Long pun menyimpulkan tiga temuannya.
Pertama, terdapat persaingan tidak sehat. Operasi khusus dilakukan hanya untuk memenggal potensi utama penghasilan negeri dari produk Belalang-kicot. Berdasarkan data yang dikumpulkan Long tahu bahwa banyak pihak yang terganggu kalau Kampung Drian juga melakukan budi daya Belakang Kicot. Apalagi jika tujuannya ekspor.
Kedua, tanpa banyak yang tahu jika liur Belalang-kicot adalah bahan dasar obat yang harganya mahal. Hasil penelitian negeri seberang, liur Belalang-kicot dapat menyembuhkan penyakit Angau. Penyakit kejang-kejang tanpa sebab. Terkadang Angau membuat si penderita tertawa-tawa, tersenyum-senyum sendiri. Sangat berbahaya.
Ketiga, diam-diam para pengambil kebijakan di negeri Kolam Susu sudah banyak menerima fasilitas khusus sebagai balas jasa. Ngah Long baru tahu kalau di antara jasanya adalah memburuk-burukan, menjelek-jelekkan Belalang-kicot. Menakut-nakuti sebagai hama. Selain itu yang tak enak juga kurang nasionalis, Belalang-kicot disakang teroris (peneror) tanaman padi dan bawang.
Ngah Long termanggu. Terdiam lusuh. Matanya layu. Hatinya gagu. Harus bagaimana sikapnya. Mengadu ke siapa? Mengadu? Mustahil!?? Menjadi pengadu khawatir berbalik yang diadukan. Pikirannya kosong. Bibirnya bergetar. Ngah baru teringat khabar berita temanya di negeri seberang. Jangankan mau mengadu (menjadi pengadu). “Bermimpi pun diadukan,” guman Long dalam hati.
Wallahualam bissawab. ***
Baca : Mancing Hiu Dapat Bilis