Puisi-puisi Aris Setiyanto, Surah Hujan dan Lainnya

aris setiyantp

Aris Setiyanto

Surah Hujan

telah diturunkan
oleh-Nya
kepadamu
butir-butir cinta
membernasi hati petani
meruah di seberang pematang
musim selanjutnya
adalah panen
tempat di mana semesta
berpora

Maguwo, 08 Maret 2021

Detik

jika setiap tetes hujan
adalah detik
bagaimana jadinya
masa
akankah dunia ini terjungkir
hanyut tanpa kata
bahkan pekik sakit
kubra yang nyata

Maguwo, 08 Maret 2021

Musim

peraduan serupa
liang ternyaman
dan paling akhir

kita menyeduh rindu
di ruang sebelum pembaringan
melucuti waktu
biar tubuh yang sirah

telah dimatikan temaram
di ujung tirai jendela
tak sudi terkuak sedikit saja
walau bumantara lelap
samar-samar
geliat kita mengangkangi mimpinya

Maguwo, 08 Maret 2021

Aku Ingin

aku ingin tidur pagi
malam ini
agar aku
dapat bangun pagi
esok hari
menyetubuhi rumah Tuhan
yang telanjang
tanpa jemaat
hanya tetua
yang membaui senja
sementara jingga yang menua,
sesungguhnya
bergelayut
di pundak mana saja.

Maguwo, 08 Maret 2021

Rindu

ia ketuk gerbang mimpi
menelanjangi aku
dengan kenangan yang karam
di lubuk paling temaram

Maguwo, 04 Maret 2021

Rindu 2

saat kunikahi mimpi
diketuknya mata yang pejam
runtuh sudah kerajaan imaji
panggilan ke rumah Tuhan itu
meski sepertiga sadarku tanggal
kujelangi pula

Maguwo, 04 Maret 2021

Rindu 3

ia sayat wajah hari
hatiku yang isak
tak habis-habis
air mata menggenangi luka
genaplah penantian
liang itu terisi
kekosongan

Maguwo, 07 Maret 2021

Lambai Tangan

kini kita saling
melambai tangan
bersua pun
mendadak, kau ramah
tetapi aku salah
rupanya tak kau kenal aku
mendung menjatuhkan
buih-buih asing
hujan kenelangsaan
tetapi, di ketika itu
senyummu rekah.

Maguwo, 07 Maret 2021

Sadranan

“mangan seng okeh pas Nyadran, men kuat leh poso, tutuk tekan rampung.”*

Ayah menjinjing berpuluh lauk,
Ibu menangkis sekeranjang nasi
dijajakan di depan seluruh masa
kesemuanya, di altar yang riuh
akan gemuruh syukur

ini dari kami, kata kerabat
sepotong kepala—sepotong paha atau
bagian tubuh mana jua,
adalah ganjalan lambung
sampai esok, berpuasa kembali.

Maguwo, 03 Maret 2021

* makan yang banyak saat Nyadran/Sadranan, biar kuat puasa, sampai selesai.

Saban Kamis Sore

menandaskan rindu
pada seporsi surah
dan doa-doa kepada Ilahi
di depan kami, kini
pernah terngiang
senyum paling rekah

terkadang dicabutinya pula
rerumput jalang
agar kentara
dimilikinya anak-cucu

saat malam melepas layar
diberangkatkan kaki-kaki itu
menuju rumah
—menuju rindu
agar kembali

Maguwo, 03 Maret 2021

ARIS SETIYANTO, lahir 12 Juni 1996. Tinggal di Temanggung, Jawa Tengah. Menyukai anime dan idol. Juara 3 lomba cipta cerpen Kopisisa 2019, juara harapan 2 lomba cipta puisi 2019 dan Juara 3 lomba cipta puisi Kopisisa 2020. Buku puisinya, “Lelaki yang Bernyanyi Ketika Pesawat Melintas”, diterbitkan oleh Tidar Media (2020). Karyanya termuat dalam Majalah Kuntum, Koran Purworejo, Koran BMR FOX, Majalah Raden Intan News, koran Sinar Indonesia Baru dll. ***

Baca : Puisi-puisi Karya Ratih Ratnasari, Maaf dan Perjalanan

*** Laman Puisi terbit setiap hari Minggu. Secara bergantian menaikkan puisi terjemahan, puisi kontemporer nusantara, puisi klasik, dan kembali ke puisi kontemporer dunia Melayu. Silakan mengirim puisi pribadi, serta puisi terjemahan dan klasik dengan menuliskan sumbernya ke email: [email protected] [redaksi]

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *