Puisi Alejandra Pizarnik, Penyair dari Argentina

alejandra pizarnik

Tempat Tinggal

kepada Theodore Fraenkel

di regang tangan si mati,
di ingatan si gila,
di kesedihan anak kecil,
di tangan yang mencari cawan,
di cawan tak terjangkau,
di kehausan senantiasa.

Lupa

di tepi lain malam
cinta adalah mungkin

— bawalah aku —

bawalah aku di antara lalu lalang hal-ihwal
yang mati setiap saat di ingatanmu

 

Pencinta

kalut muram hidup ini
lelucon samar hidup ini
menyeretmu Alejandra, jangan kau ingkari.

ini hari kau pandangi diri di cermin
dan pilu – kau sendiri
cahaya meraung udara bernyanyi
tapi kekasihmu tak kembali

akan kau kirim pesan lalu tersenyum
berkibaran tanganmu begitulah ia kembali
pencintamu duhai tercinta

kau dengar peluit tergila yang mencurinya
kapal bercambang buih
di mana telah tumpas tawa
kau kenangkan pelukan terakhir
oh, tiada derita

tertawalah di selampai menangislah dengan
gelak
tapi tutuplah pintu wajahmu
agar kemudian tak diucapkan
pencinta itu adalah engkau

siang menghantuimu
malam mendakwamu
menderamu hidup betapa betapa

yang putus asa, hendak ke mana?
yang putus asa, itu saja!

Kesunyian

kesunyian bukanlah ketidakmampuan mengucapkannya
karena tak bisa dilingkari
karena tak bisa dinamai
karena bukanlah sinonim sebuah lanskap
kesunyian adalah melodi patah dari kalimatku

Kepolosan Terakhir

Pergi
jiwa dan raga
pergi

Pergi
terlepas dari tatapan
batu-batu penindas
yang tidur di tenggorokan

Aku harus pergi
tiada lagi inersia di bawah matahari
tiada lagi darah yang beku
tiada lagi berjejer untuk mati

Aku harus pergi
Tapi terjanglah, pengembara!

Keheningan

kematian selalu menguntit
kudengar desirnya
hanya terdengar lenguhku

 

Di Hari Ulang Tahunmu

terimalah wajah ini yang sungguh milikmu,
bisu, memelas
terimalah cinta ini yang kupinta darimu.
Terimalah apa di diriku yang adalah engkau.

Syair Kecil di Dalam Prosa

matahari telah tertutup, telah tertutup makna matahari,
telah bersinar makna ketertutupannya.

akan hadir sebuah hari di mana puisi diciptakan tanpa
bahasa, hari di mana diundang hasrat-hasrat besar
dan kecil yang tertebar di dalam syair, semerta
terhimpun di dua mata, yang sama begitu
kupuja dalam gelora ketidakhadiran dari halaman
putih.

alejandra pizarnikAlejandra Pizarnik, adalah satu penyair perempuan penting dan berpengaruh di Argentina, pemuka generasi tahun enam puluhan. Ia lahir di Buenos Aires, Argentina, 29 April 1936 dari keluarga imigran Eropa Timur. Kuliah sastra dan seni rupa di Universitas of Buenos Aires dan belajar melukis kepada Juan Batlle Planas. Tahun 1960 sd 1964 Alejandra Pizarnik menetap di Paris, Perancis, bekerja pada jurnal “Cuardernos” dan beberapa penerbitan, sembari kuliah sejarah agama dan sastra mutahir Perancis di Sorbonne. Pizarnik sempat dirawat di Rumah Sakit Jiwa dan meninggal dunia pada 25 September 1972 lantaran kelebihan obat. Diterjemahan Mar Hernandez, saduran dari kedai puisi 2010.***

Baca : Puisi-puisi Ahmed Mattar – Irak

*** Laman Puisi terbit setiap hari Minggu. Secara bergantian menaikkan puisi terjemahan, puisi kontemporer nusantara, puisi klasik, dan kembali ke puisi kontemporer dunia Melayu. Silakan mengirim puisi pribadi, serta puisi terjemahan dan klasik dengan menuliskan sumbernya ke email: [email protected] [redaksi]

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *