Syuting Wisata Ekang Mangrove Bintan Berbuah Pilu, 2 Orang Tenggelam

LAMANRIAU.COM, BINTAN – Kisah pilu dari tragedi tenggelamnya dua orang pemuda di ekowisata Ekang Mangrove Park, Kabupaten Bintan, Minggu 5 September 2021 lalu ditulis oleh Kepripedia Senin 13 September 2021.

Kejadian ini menjadi kisah kelam untuk insan pariwisata Kepulauan Riau. Di tengah gencarnya membangkitkan dan promosi pariwisata, justru harus menerima duka mendalam dengan kehilangan 2 pemuda yang peduli dan aktif dengan pariwisata Kepri.

Dua orang korban tersebut adalah Wahyu Indra Rianto dari Komunitas Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Bintan dan Benni Irianto selaku Manager di Ekang Mangrove Park.

Perjalanan yang penuh ceria dan gembira terlukis dari wajah masing-masing mereka yang ikut bermain game di Kampong Teripang, Teluk Bakau, Kabupaten Bintan pada hari Sabtu 4 September 2021. Tepat sehari sebelum kejadian nahas itu terjadi.

Ada anak-anak muda dari GenPI Bintan, GenPi Kepri, Coral FIKP UMRAH, OBCD FIKP UMRAH dan Maritim Muda, yang saat itu ikut serta bersuka cita.

Kesenangan bersama tersebut dibuat untuk merayakan event yang mereka lakukan sebelumnya untuk memperingati Kemerdekaan Indonesia ke-76, berhasil dan sukses.

Seakan memberi petanda, namun pesan tak sampai kepada semua yang hadir. Tanpa sengaja mereka memecahkan 3 gelas usai bermain dan berfoto. Dua gelas hancur dan satu gelas pecah separuh.

Cerita itu pun dibagikan Ketua Harian GenPi Bintan, Milyawati. Tak sampai disitu, ia yang mengaku mulai gusar dengan apa yang terjadi pada gelas itu, ditambah masuknya ular hitam ke rumahnya, tepat pukul 02.00 WIB dini hari. Hari di mana akan melakukan syuting video pariwisata di lokasi kejadian.

“Aku sudah berperasangka akan terjadi hal tidak baik. Tapi, aku coba menepis pikiran itu, dan berdoa tidak ada apa-apa,” katanya.

Awal Petaka

Minggu tepat jam 9 pagi, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bintan, Wan Rudy Iskandar dan anggota GenPI Bintan menuju Desa Wisata Ekang untuk melakukan syuting video promosi pariwisata Ekang Mangrove Park yang baru saja launching.

Ketua GenPI Bintan, Aprizal, mengatakan kegiatan tersebut sudah dijadwalkan sebelumnya. Ada 17 orang yang ikut ke sana. Setelah tiba, mereka langsung breafing bersama pengelola Ekang Mangrove.

Sekitar jam 10 pagi, mereka beranjak menuju Ekang Mangrove Park yang letaknya sejauh 1 KM. Cuaca sangat cerah dan air laut sedang pasang. Persiapan syuting pun bermula.

Ada 11 orang yang naik boat, yang terbagi 8 orang di boat besar dan 3 orang lainnya yakni Riau Efendi sebagai tekong, Wahyu (korban)  dan Aprizal di boat kecil bermesin tempel 5 PK, panjang sekitar 4 meter lebar 80 cm. Semua talent menggunakan life jacket.

Proses syuting pun berjalan dengan baik. Takjub dengan suasana begitu dirasa. Tidak ada yang ingin menyia-nyiakan moment tersebut untuk berswafoto.

Semua bergiliran untuk  berpose dan mengambil gambar. Termasuk korban, Wahyu Indra Rianto yang berada di boat kecil.

Ia sebelumnya menggunakan life jacket, lalu melepaskannya dan berswafoto. Usai berfoto, ia kembali bergabung di boat kecil bersama Riau dan Benni yang sudah bertukar posisi dengan Aprizal.

Semua yang di boat besar masih asyik mengabadikan suasana rindang bakau. Sedangkan boat kecil mengambil jalan pulang terlebih dahulu. Tak lama kemudian, sekitar pukul 12.00 WIB boat besar menyusul ke dermaga.

Dari kesaksian Riau Efendi, yang menjadi tekong di boat kecil itu, mengatakan awalnya boat yang ia bawa jalan duluan untuk pulang.

Tidak jauh sebelum sampai ke dermaga, boat kecil menunggu di tikungan sungai. Semua penumpang yang berada di boat besar yang ditekongi W sempat berhenti dan mengobrol sambil mengucapkan izin untuk jalan duluan.

“Setelah Pak W mendekati saya, Pak W memelankan boatnya. Sambil bilang bahwasanya Pak W mau duluan. Dia mau jemput tim yang lainnya. Lalu, saya mengiyakan dan dia jalan duluan mendahului saya,” cerita Riau Efendi.

“Di saat itulah, ada gelombang kecil. Ya, seperti biasalah sebuah kapal itu yang menduhului pasti ada riak gelombang. Nah, dari situlah boat kecil kami ini goyang karena ada gelombang air tadi.” tambah dia.

Ia menambahkan kedua korban (Wahyu dan Benny) pada saat itu menjadi sangat panik. Kejadiannya pun berlalu sangat cepat.

“Mereka itu panik. Seketika, boat itu langsung terbalik. Kedua almarhum itu langsung menuju ke arah saya. Padahal tempat duduk saya itu paling belakang. Benni paling depan dan Wahyu di tengah.” ucap Riau.

Ia juga mengaku sempat mengingatkan kepada mereka, setelah terbalik untuk tidak panik dan tetap memegang boat yang masih terapung. Tapi, kepanikan tak mampu dihindar. Sehingga boat yang telungkup itu, yang tadinya jadi tumpuan bertahan, ikut tenggelam.

Hanya tersisa ujung kapal yang menukik ke atas karena mesin boat masih dalam keadaan menyala.

“Saya ingatkan lagi jangan panik. Tetap pegang ujung boat. Tapi, mereka malah bergerak dan jadikan saya pegangan. Seperti ingin menyelamatkan diri dan jadikan saya sebagai tumpuan mereka,” tambahnya.

Riau sempat menenggelamkan diri dan mendorong mereka ke atas permukaan air. Sesaat naik ke atas untuk mengambil nafas, kedua dari mereka sudah tidak terlihat. Ia juga berenang untuk mencari ke bawah air.

Pada saat yang sama dari penumpang yang ada di boat besar mendengar teriakan Aprizal.

“Woi, mereka terbalik !”

Semua melihat ke belakang. Pak W sebagai tekong langsung bergegas mundur untuk menyelamatkan.  Saat tiba, bak kalang kabut, kedua korban sudah tenggelam dalam air.

“Kami lempar life jacket ke arah mereka.  Tapi, mereka tidak mampu menggapainya. Kami juga berusaha menyelam. Tapi, tidak ketemu. Karena kondisi dalam air gelap. Seperti nyelam buta. Temen yang lain juga ada yang nelpon Basarnas.” kata Aprizal yang saat itu benar-benar melihat insiden itu.

Karena tidak menemukan, semua dari mereka kembali ke dermaga.

Proses Pencarian

Salah satu anggota GenPI Bintan, Mesran, ikut melakukan pencarian pertama. Ia menjelaskan sekitar pukul 12.30 WIB berangkat dari dermaga menuju lokasi. Lama mencari dalam air kira-kira 5 sampai 10 menit. Tidak jauh di area boat berada dengak jarak 2 meter dan kedalaman air kurang lebih 3 meter.

“Aku melihat kain warna putih, lalu aku mendekat dan terlihat jasad dalam keadaan terlentang didasar sungai. Langsung aku gapai tangan kanannya dan tarik hingga ke permukaan air. Mendekati boat dan diangkat.” jelasnya.

Setelah melihat sosok itu, ia baru sadar itu adalah Benni.

Mesran lanjut menyelam kembali di tempat berbeda untuk mencari Wahyu. Namun, tidak menjumpai. Ia langsung bergegas naik ke atas boat bersama yang lain untuk mengecek keadaan Benni dan membawa ke dermaga. Bantuan resitusi jantung dan paru (CPR) juga diberikan.

Kemudian, saat berhasil dibawa ke darat. Anggota lain, Leo, yang ada di dermaga mengatakan keadaan Benni waktu itu, hidung dan mulutnya keluar darah.

“Saya langsung mengantar Benni ke puskesmas Sri Bintan. Saat tiba di puskesmas ternyata puskesmas tutup dan langsung saja saya bawa ke rumah sakit Busung.” jelas Leo melanjutkan.

Beberapa jam kemudian, Tim Rescue Kantor Pencarian dan Pertolongan Tanjungpinang bersama Tim SAR gabungan tiba di lokasi kejadian dan melaksanakan penyelaman untuk mencari Wahyu.

Tepat jam 15.00 WIB, jasad Wahyu ditemukan dalam kondisi tak bernyawa. Korban di evakuasi menuju RSUD Prov Kepulauan Riau, Engku Haji Daud Busung, Tanjung Uban.

Dalam pencarian korban melibatkan Polri (Polres Bintan, Polair), TNI, BPBD Bintan, Tagana Bintan, serta masyarakat setempat. ***

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *