Ang Pao

Kesehatan Bumi

ALHAMDULILLAH; sekejap saja dah sampai kita di penghujung bulan ya. Kemarin rasanya baru di awal bulan. Masih tetap sehat bukan? Kita semua mesti tetap berhati-hati dengan serangan mendadak Omikron yang tak nampak itu. Kalau yang nampak agak mudah mengelak.

Lekas betul waktu berlalu rasanya. Orang sibuk memang selalu merasakan itu. Orang yang kurang sibuk merasa agak lama. Apatah lagi yang tak punya kesibukan. Setengah mati menanti persalinan waktu.

Dua hari lagi, waktu yang paling dinanti-nanti keluarga hamba di Pulau Singkep akan tiba. Imlek atau Tahun Baru Tionghoa akan dira’ikan pada hari Selasa, 1 Februari 2022.

Sudah 32 tahun hamba tidak melakukan ritual Imlek semenjak berganti aqidah. Ingat Imlek, jadi teringat langsung dengan Ang Pao. Di luar Imlek, lebih sering mengingat Bak Pao saja.

Ang Pao dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) maupun Wikipedia ditulis dalam satu kata, Angpao. Ahli Bahasa lah yang sangat paham perihal konstruksi sebuah kata yang benar.

Tersebab hamba mewarisi gen Tio Chu dari belah Emak, maka dalam Bahasa Tio Chu, Ang=merah, Pao=bungkus. Kalau langsung dibaca Bungkus Merah agak sumbang lubang telinga hamba mendengar. Sekarang ramai orang menulis Amplop Merah.

Konon tradisi memberi Ang Pou ini bermula dari Dinasti Qin di China pada 221 SM hingga 206 SM. Aslinya dalam bentuk uang koin yang diikat dengan benang merah. Benang merah kemudian bersalin wujud menjadi kertas merah polos.

Peradaban semakin maju dan pragmatis. Sekarang Ang Pao mewujud dalam bentuk uang kertas yang dimasukkan ke dalam amplop kecil berwarna merah. Amplop itu pun sekarang tidak lagi polos. Dah macam-macam gambar dan warna dikemas.

Muatan uang dalam amplop (Pao) menurut kepercayaan mereka membawa misi untuk menghalau roh jahat, terhindar dari segala macam penyakit bahkan kematian.

Sedangkan warna merah (Ang) dari amplop mengandung nilai semangat (spirit), keberuntungan, kebaikan, kemakmuran, kesejahteraan, dan mengeluarkan energi-energi negatif.

Ang Pao dalam tradisi Imlek itu diberikan, bukan diminta. Ingat baik-baik itu. Beda dengan “Ang Pao” (dalam tanda kutip) dalam tradisi dinasti sogok-menyogok zaman now.

Kalau ditimang-timang, tradisi pemberian Ang Pao saat Imlek terselip juga misi kemanusiaan yang bernilai sosial, adil dan beradab. Mengasihi orang tua dan anak-anak tanda ingat dan suka cita.

Orang yang dah besar setara umur hampir tak pernah memberi atau menerima Ang Pao. Yang berlebih rezeki merasa perlu berbagi agar yang kurang merasa cukup.

Pemberian Ang Pao juga menyiratkan doa dari Pemberi yang kepada Penerima semoga sentiasa bernasib baik sepanjang tahun dengan rezeki yang melimpah ruah.

Ang Pao secara tradisi diberikan secara langsung. Bukan macam Ou Pao (Bungkusan Hitam; Ou=hitam) yang madang dititipkan melalui orang lain dalam perkara gratifikasi dan rasuah.

Cakap perkara memberi dan menerima Ang Pao ini mengingatkan hamba pada mendiang Winston Churchill (Sir Winston Leonard Spencer-Churchill)- politikus, perwira militer, dan penulis Britania Raya yang legendaris itu:

“Kita menghidupi diri kita dengan apa yang kita terima, tapi kita membuat kehidupan dengan apa yang kita berikan.”

Apa Maciam…? ***

Baca : Batu Asah

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *