Jeritan WNI di Wuhan: “Kami Tak Mau Mati di Sini!”

WNI di Wuhan/NET

LAMANRIAU.COM – Ratusan warga asing dievakuasi dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, tempat dimana menjadi sumber wabah corona yang disebut ‘virus setan’ oleh Presiden China Xi Jinping.

Sejumlah Warga Negara Indonesia (WNI) di kota itu menyatakan khawatir dan meminta pemerintah membantu mereka keluar dari Wuhan.

Terdapat 243 WNI yang tersebar di 15 titik karantina di China, sekitar 100 di antaranya berada di Wuhan.

Australia merencanakan untuk mengkarantina warga mereka yang dipulangkan ke Christmas Island sekitar 2.000 kilometer dari daratan Australia. Jepang, AS, dan Uni Eropa juga melakukan repatriasi warga mereka.

Maskapai Inggris British Airways menghentikan semua penerbangan dari dan ke China. Kementerian Luar Negeri Inggris memperingatkan warganya untuk menghindari perjalanan yang tak perlu ke China.

Penerbangan lain, termasuk Lion Air, salah satu maskapai terbesar di Asia, menghentikan penerbangan. Begitu juga dengan penerbangan AS United Airlines dan maskapai Hong Kong Cathay Pacific.

Presiden China Xi Jinping menyebut corona sebagai ‘virus setan’ namun mengatakan China akan meredam virus itu. Komisi Kesehatan China, pada Rabu (29/1/2020), mengatakan puncak wabah akan terjadi 10 hari lagi.

Sementara itu, para WNI yang berada di Wuhan mendesak pemerintah untuk segera mengevakuasi mereka karena jumlah korban meninggal akibat virus corona atau 2019-nCoV terus meningkat.

Pemerintah membuka opsi dilakukan evakuasi. Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Udara (AU) telah menyiapkan tiga pesawat angkut untuk mengevakuasi mereka.

Korban meninggal mencapai 106 orang di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, dan total 132 di seluruh daratan China. Lebih dari 5.974 orang yang terinfeksi di negara itu.

Secara global, jumlah yang terjangkit mencapai lebih dari 9.000 orang, melebihi kasus SARS pada 2003 yang saat itu mencapai 8.000 orang, menurut Badan Kesehatan Dunia WHO.

Jumlah kasus yang terus meningkat menyebabkan Khoirul, WNI yang tengah menempuh studi di Huazhong University of Science and Technology, Wuhan, merasa takut akan terinfeksi virus corona.

“Evakuasi (kami) segera mungkin. Kami tidak mau mati di sini, karena mengerikan sekali. Tiap hari naik terus yang meninggal, 106 orang itu bukan angka kecil,” kata Khoirul, saat dihubungi BBC Indonesia, Rabu.

Khoirul yang merupakan ketua ranting perkumpulan mahasiswa di kampus Huazhong mengungkapkan bahwa saat ini sudah ada mahasiswa di kampusnya yang berasal dari Pakistan menjadi terduga terjangkit virus corona.

Bahkan, ujarnya, ia dan terduga tinggal di gedung apartemen yang sama.

“Iya, mahasiswa pertama (Pakistan) di apartemen kami. Bisa dibayangkan, lift apartemen kita gunakan bersama-sama,” kata Khoirul.

Selain itu, dia mengaku telah mendapatkan bantuan uang tunai dari pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di China sekitar Rp500.000 untuk memenuhi kebutuhan hidup satu minggu ke depan.

“Teman-teman mengirit-irit, untuk beli roti, dan lainnya, dan cukup. Tapi sebenarnya untuk gizi masih kurang. Kalau imun lemah, makanan tidak terjaga, potensi besar terjangkit virus ini,” kata Khoirul.

“Kita mau tidak mau, (kalau) mau makan sekarang harus ke pasar dan masak sendiri karena kantin masih tutup. Di pasar kita pasti berinteraksi dengan orang lokal,” lanjutnya.

Khoirul mengatakan, terdapat 37 WNI yang belajar di Huazhong University Science and Technology. Dari jumlah tersebut, terdapat 12 orang yang terkurung di Wuhan.

KBRI juga, ujar Khoirul, telah mengirimkan masker untuk WNI di Wuhan, namun hingga kini mereka belum menerima masker tersebut.

Kasus virus corona di luar China

Mahasiswa lain, Yuliannova Chaniago, juga meminta kepada Pemerintah Indonesia agar seluruh WNI di Wuhan segera dievakuasi.

“Kami disuruh (KBRI) melakukan tindakan pencegahan agar tidak terserang virus, tapi bagaimana kami memastikan tidak terserang virus jika kami sendiri ada disarang virus itu?” keluh Yuli kepada BBC Indonesia.

Saat ini, Yuli sedang menjalani pendidikan doktoral dalam bidang Hubungan Internasional di Central China Normal University di Kota Wuhan.

Yuli mengungkapkan ia dan sekitar 101 WNI lain di Kota Wuhan telah menerima bantuan dana dari Kementerian Luar Negeri Indonesia (Kemlu) untuk kebutuhan logistik.

Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi mengatakan opsi evakuasi WNI terbuka.

Saat ini, Kemlu Indonesia sedang membahas dengan Pemerintah China terkait hal tersebut.

“Status lock down, status ini juga harus kita bahas dengan otoritas China. Kemarin saya bicara dengan Menlu Australia yang juga sedang menyiapkan (evakuasi). Jadi sekali lagi opsi itu terbuka. Kita persiapkan semuannya,” kata Retno.

Senada dengan itu, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia Muhajir Effendy mengungkapkan bahwa Pemerintah telah menyiapkan seluruh fasilitas untuk menunjang proses evakuasi.

“Evakuasi itu sudah ada prosedurnya, jadi 14 hari sebelum berangkat masuk karantina dan nanti 14 hari setelah kembali masuk karantina. Sudah ada tempat kita siapkan,” kata Muhajir.

“Bahkan sekarang Kementerian Kesehatan sudah siapkan beberapa RS yang dulu untuk flu burung sekarang sudah dimodifikasi untuk mengantisipasi kemungkinan kejadian ini terjadi,” imbuhnya.

Kepala Dinas Penerangan TNI AU (Kadispenau) Marsekal Pertama TNI Fajar Adriyanto mengatakan bahwa pihaknya telah menyiapkan tiga pesawat untuk mengangkut WNI di Wuhan dan sekitarnya.

Pesawat yang dikerahkan adalah dua pesawat Boeing 737 dan satu pesawat C130 Hercules.

Selain itu, kata Fajar, TNI juga telah menyiapkan personel dari Batalion Kesehatan untuk membantu jika evakuasi terlaksana.

“Kita (TNI AU) sudah siap. Kita (masih) menunggu Kemlu bisa tembus ke Pemerintah China agar bisa release berangkat ke sana. Yang jelas TNI AU sudah siap 24 jam,” tegas Fajar.

Dia melanjutkan, jika evakuasi terjadi, pesawat tersebut akan mendarat di Landasan Udara Halim Perdana Kusuma.

Kemudian, katanya, WNI dan awak kapal akan menjalani proses karantina sekitar 28 hari di Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso, Jakarta.

“Nanti begitu kembali akan di karantina dulu, masuk karantina, jadi tidak langsung turun langsung bebas, tapi dikarantina dulu. Itu yang kita siapkan,” kata Fajar.

Kementerian Luar Negeri Indonesia telah menyalurkan dana kepada 243 WNI yang terisolasi di lokasi terdampak virus corona di China, seperti di Wuhan, Xianing, Huangshi, Jingzhou, Xianyang, Enshi, dan Shiyan.

“KBRI memberikan bantuan keuangan sekitar Rp133.280.000 agar bisa segera diterima oleh mahasiswa, Jadi bukan hanya Wuhan tapi distribusi juga ke seluruh WNI yang berada di daerah karantina,” kata Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kementerian Luar Negeri Judha Nugraha.

Terdapat 243 WNI yang tersebar di 15 titik karantina di China.

Uang tersebut, kata Judha, diberikan ke Persatuan Pelajar Indonesia Tiongkok (PPIT) untuk membeli bahan makanan dan minuman.

Para mahasiswa, seperti Khoirul dan Yuli yang mendapatkan bantuan, mengatakan bahwa dana tersebut hanya cukup memenuhi kebutuhan hidup selama satu minggu ke depan.

Yang mereka harapkan dari Pemerintah Indonesia adalah untuk segera mengevakuasi semua WNI dari sarang virus corona.

Sebanyak 200 warga Jepang sudah diterbangkan dari Wuhan dan mendarat di Bandara Haneda, Tokyo, Rabu.

Sekitar 650 lainnya mengatakan ingin juga dipulangkan dan Pemerintah Jepang mengaku sedang merencanakan penerbangan tambahan.

Masih pada Rabu, para karyawan konsulat AS serta sejumlah warga AS meninggalkan Wuhan. Menurut CNN, mereka mungkin harus menetap sementara di sebuah hangar bandara secara terisolasi selama dua pekan.

Kemudian, Australia berencana memulangkan warganya dari Wuhan. Namun, sebagaimana dipaparkan Perdana Menteri Scott Morrison, orang-orang tersebut akan dikarantina selama dua pekan di Christmas Island, sebuah pulau kecil yang berada sekitar 2.000 kilometer dari daratan utama Australia.

Kementerian Luar Negeri Inggris tengah menyiapkan rencana untuk mengevakuasi sebanyak 200 warga Inggris dari Wuhan.

Secara terpisah, dua pesawat untuk menerbangkan warga negara-negara anggota Uni Eropa telah dijadwalkan. Menurut rencana, sebanyak 250 warga Prancis akan menumpang pesawat pertama.

Korea Selatan juga mengatakan 700 warganya akan terbang menggunakan empat pesawat pekan ini. (*)

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *