Mencari Pembimbing Menuju Jalan Damai

SAYA paling senang sowan atau berkunjung pada orang-orang yang saya kenal sebagai orang yang dekat dengan Allah. Memandang wajahnya saja menjadi penghibur hati mengobati jiwa yang kadang dirundung sedih.

Saat saya patah tulang kedua kalinya, patah tulang yang cukup parah karena tabrakan sepulang ceramah, sempat juga saya sedih dan merasa sakit sekali. Seorang alim yang biasanya sulit ditemui dan sulit bicara, berbisik ke telinga saya berkata: “Sabar. Andai kamu sadar bahwa itu kehendak Allah dan Allah akan memberikan sesuatu yang indah suatu saat nanti, maka kamu pasti tersenyum.”

Kalimat itu terus terngiang sampai saat ini dan selalu hadir mendamaikan hati. Kita dalam hidup yang penuh dengan cobaan dan rintangan ini selalu membutuhkan kehadiran orang-orang bijak. Sekali lagi bijak, bukan hanya pandai. Orang-orang bijak adalah orang-orang yang telah mengetahui rumus kehidupan dunia, sudah tahu rahasia di balik sesuatu yang terjadi. Untuk menjadi bijak, bukan pelajaran dari mulut ke telinga yang menjadi paling penting, melainkan pelajaran dari alam ke hati yang disebut pengalaman.

Ada dua macam pengalaman yang sangat bermakna menjadikan seseorang itu masuk golongan parabijak: pengalaman sendiri yang membeningkan hatinya dan menjernihkan pikirannya dan pengalaman orang lain yang telah jelas hikmah atau rahasianya. Dibutuhkan kebeningan hati dan kejernihan pikiran untuk menjadi bijak.

Lalu bagaimanakah cara membeningkan hati dan menjernihkan pikiran? Dari mereka para bijak yang sering saya kunjungi saya simpulkan bahwa mereka sering berdialog dengan Tuhannya, jauh lebih sering dibandingkan berbincang dengan para makhluk.

Bagaimana berdialog dengan Allah? Dengan membaca ayat-ayatnya, mempelajari tafsir ayat-ayatNya menurut para alim, bertafakkur dan bertadabbur, lalu mendekat dan terus bersamaNya. Kita, atau mungkin hanya saya, belum masuk golongan bijak. Tapi marilah kita ikuti langkah beliau para bijak, sering berdialog dengan Allah, membaca ayat-ayatNya dan mempelajari makna perintah dan laranganNya. Dengan cara inilah kita akan terarah menuju bahagia.

Di saat dunia sedang goncang dengan wabah Corona ini, membaca kitab suci dan mendalami maksudnya akan lebih mendamaikan dan membahagiakan. Semakin sering membaca berita wabah di medsos sepertinya hanya semakin membuat bingung dan pusing saja. Walau di saat seperti ini berkunjung kepada para bijak seperti di atas sulit dilakukan, marilah kita ikuti petunjuk para alim nan bijak yang terucap dan tertulis secara online.

Yakinlah bahwa selalu ada jalan menguatkan iman kita. Cari jalan itu dan ikuti. Salam, AIM.

[KH Ahmad Imam Mawardi]

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *