Ribuan Rumah di Kota Tebingtinggi Terendam Banjir

Tebingtinggi Banjir

LAMANRIAU.COM, TEBINGTINGGI – Tingginya intensitas curah hujan yang terjadi sejak Jumat lalu menyebabkan hampir seluruh wilayah Kota Tebingtinggi, Sumatera Utara tergenang air dan banjir bandang.

Banjir semakin parah dengan jebolnya tanggul sungai Padang akibat tidak mampu menahan volume air yang datang dari arah hulu, Simalungun. Akibatnya lima kecamatan daerah itu terendam banjir hebat.

Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemko Tebingtinggi ada 5 kecamatan yang terendam. Yakni Kecamatan Rambutan, Bajenis, Padang Hulu, Tebingtinggi Kota dan Padang Hilir.

Banjir juga melumpuhkan arus lalu lintas dari arah Tebingtinggi ke Pematang Siantar begitu juga sebaliknya. Air juga menggenangi jalur rel kereta api, Jalan Lintas Sumatera, Pertokoan dan sejumlah rumah ibadah, mengakibatkan aktivitas masyarakat lumpuh total. Bahkan sejumlah kelurahan dalam kondisi terisolasi.

Akibat peristiwa itu, Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi langsung turun ke lapangan Sabtu 28 November 2020 siang. Edy ingin penanganan dilakukan secara cepat terutama penyaluran logistik para korban, seperti makanan dan obat-obatan.

“Kita akan segera memberikan bantuan karena ini rakyat saya. Dalam waktu singkat harus ada posko untuk menyalurkan logistik kepada masyarakat karena saat ini masyarakat sulit beraktivitas. Perut ini dulu untuk rakyat, yang kedua obat-obatan karena ketika banjir rawan penyebaran penyakit dan yang ketiga kita perlu membagikan masker kepada masyarakat untuk mengantisipasi Covid-19,” jelas Edy Rahmayadi.

Menurut Edy, banjir meluas menggenangi pemukiman warga karena tanggul sungai Padang yang berada pada kelurahan Marulak, Kecamatan Rambutan jebol akibat tidak mampu menahan volume air. Kemudian air mulai masuk menggenangi rumah warga dengan ketinggian mencapai 1,5 meter.

“Setelah kami tinjau tanggulnya tadi ada yang rusak kurang lebih 50 meter, itu yang menyebabkan daerah ini volume air cukup tinggi, merendam beberapa rumah di sini. Setelah ini surut kita akan perbaiki dan mengevaluasi bersama BWS dan Pemko Tebingtinggi untuk normalisasi karena tampaknya kedalam sungai sudah berkurang,” tambah Edy Rahmayadi.

Sementara, Kepala BPBD Sumut Riadil Lubis dalam keterangannya mengatakan, data korban bencana banjir Kota Tebing Tinggi selama dua hari merendam 46 kelurahan yang ada pada lima kecamatan. Menyebabkan 4.590 rumah warga terendam, terdiri dari 6.138 KK dan 25.297 jiwa.

“Warga yang mengungsi pada posko darurat ada 25 KK dengan jumlah 100 jiwa. Pemerintah Tebing tinggi dan stakeholder terkait mendirikan 56 posko pada 19 kelurahan,” tulis Riadil.

Banjir terparah terjadi sekitar Kelurahan Padang Merbau Kecamatan Padang Hulu, karena 25 KK yang rumahnya terendam air dengan ketinggian mencapai 1,5 meter harus mengungsi ke posko darurat. Sedangkan banjir dengan jumlah paling banyak terampak terjadi pada Kecamatan Bajenis mengakibatkan 3.078 rumah terendam dan korban 13.600 jiwa.

“Banjir pada Kecamatan Bajenis menggenangi 15 kelurahan dan pemerintah mendirikan 29 posko di sana,” ucap Riadil.

Peristiwa banjir tersebut membuat pemerintah Kota Tebingtinggi memberlakukan Status tanggap darurat sejak tanggal 27 November hingga 10 Desember 2020. Namun, penetapan tanggap darurat bisa diperpanjang dan diperpendek sesuai kebutuhan pelaksanaan penanganan darurat bencana lapangan.

Penetapan tanggap status tanggap darurat tertuang dalam surat pernyataan yang ditandatangani Walikota Tebingtinggi Umar Zunaidi Hasibuan dengan Nomor:362/7586 BPBD-TT/2020. Dalam isi surat pernyataan itu ada tiga poin.

“Telah terjadi bencana banjir bandang Kota Tebingtinggi pada tanggal 27 November 2020 Pukul 02.00 WIB meliputi 15 kelurahan pada 5 Kecamatan se Kota Tebingtinggi. Banjir tersebut menggenangi rumah warga sebanyak 3.832 KK yang d i huni oleh 15. 508 jiwa dengan ketinggian air dalam rumah sekitar 150 cm,” tulis Walikota Tebingtinggi Umar Zunaidi Hasibuan.

Banjir juga mengakibatkan dua perjalanan kereta api tujuan Medan-Tebing Tinggi-Pematang Siantar (KA U69 dan U70) batal. Karena perlintasan kereta api terendam banjir setinggi 18 cm sehingga tidak bisa d i lalui.

Banjir yang menggenangi Jalan lintas Sumatera juga menyebabkan kemacetan parah, bahkan pintu masuk Tol Tebingtinggi sempat terjadi kemacetan hingga 4 kilometer. Hingga saat ini, banjir juga belum surut dan masih berpotensi volume air naik. (rri)

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *