SARA Institute Apresiasi Komitmen Polri Tangkap Para Pelaku Penista Agama

LAMANRIAU.COM, JAKARTA – SARA Institute mengapresiasi dan mendukung Direktur Tindak Pidana Siber (Dirtipidsiber) Brigjen Pol. Asep Edi Suheri yang dengan cepat dan tepat melakukan penangkapan terhadap Yahya Waloni. Dimana sehari sebelumnya melakukan hal yang sama terhadap Muhammad Kece dengan dugaan penistaan agama dan menebar kebencian antar umat beragama.

Menurut penilaian Koordinator SARA Institute, M Wildan, penangkapan terhadap Yahya Waloni dan Muhammad Kece adalah bukti nyata kerja keras dan keseriusan dari Kepolisian Republik Indonesia dibawah kepemimpinan Jenderal Pol. Listyo Sigit dalam menjaga kerukunan dan harmoni antar umat beragama yang selama ini menjadi karakter dan tipologi bangsa Indonesia.

“Seperti kita ketahui bersama dalam dua hari ini Siber Polri telah berhasil mengamankan YouTuber dengan konten-konten provokatif, menebar kebencian dan sara yang sangat meresahkan masyarakat Indonesia khususnya pemeluk agama Islam,” kata Wildan, Jumat 27 Agustus 2021.

Dalam beberapa konten YouTube-nya, Muhammad Kece bahkan sering sekali menebarkan ujaran kebencian, berita bohong dan sara, seperti kata Allah dalam ucapan salam diganti dengan kata Yesus dan secara jelas mencaci maki dan menista Nabi Muhammad SAW.

“Atas tindakannya itu, Muhammad Kece langsung dijemput dan ditangkap oleh pihak kepolisian Republik Indonesia,” sambung Wildan.

Penangkapan tersebut terasa istimewa karena langsung dipimpinan oleh Direktur Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri (Dirtipidsiber) jauh-jauh ke Bali. Langkah Brigjen Pol Asep Edi Suheri tersebut, selaku Dirtipidsiber ini, menunjukan kesan bahwa tidak ada tempat di Republik ini untuk orang-orang yang menyebarkan isu hoax, sara, dan ujaran kebencian apalagi penistaan agama itu terbukti mengancam keutuhan bangsa Indonesia yang heterogen.

Sama halnya dengan Muhammad Kece, penceramah Yahya Waloni juga kerap menimbulkan keresahan. Konten-konten ceramah Yahya Waloni tidak jarang berisikan kebencian, penghasutan, penghinaan, hoax dan sarat provokatif.

Dalam  isi ceramahnya di YouTube, Yahya Waloni kerap menyudutkan pemeluk agama kristen dalam berbagai hal yang mengancam kerukunan dan perdamaian. Hal ini berbanding terbalik dengan peran dan fungsi penceramah itu sendiri untuk menebar pesan damai, toleransi dan kerukunan seperti yang dicontohkan Nabi.

“Oleh karenanya, dalam rangka menjaga harmoni dan persatuan bangsa Indonesia itu. SARA institute mendukung dan mengapresiasi penuh pihak kepolisian dalam menertibkan penceramah-pencermah seperti itu,’” terangnya.

Begitu juga masyarakat Indonesia, lanjut Wildan, sudah seharus dan sepantasnya memberikan apresiasi kepada pihak kepolisian khususnya Dirtipidsiber Bareskrim Polri, Brigjen Pol Asep Edi Suheri yang melakukan penangkapan maraton terhadap penceramah-penceramah yang meresahkan masyarakat di dunia maya dan nyata. ***

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *