Kajian  

Khutbah Idul Adha Singkat Menyentuh Hati Meneladani Nabi Ibrahim

LAMANRIAU.COM,PEKANBARU – Banyak hal yang patut diteladani dari kisah kehidupan Nabi Ibrahim as, mulai dari cobaan menghadapi Raja Namrud sampai ketika perintah kurban disampaikan.

Kendati begitu, Nabi Ibrahim tidak ingkar, dan senantiasa patuh kepada perintah Allah Swt. Tidak hanya itu, keluarga Nabi Ibrahim seperti Siti Hajar, istrinya, serta sang anak, Nabi Ismail as., juga selalu mendukung dalam dakwah di jalan Allah Swt. Padahal, mereka menjalani kehidupan yang tidak mudah.

Bismillaahirrahmaanirrahiim..

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ،اَللهُ أَكْبَرُ،لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُوَلِلّهِ اْلحَمْدُ، اَللهُ أَكْبَرْكَبِيْرَوَالْحَمْدُللهِ كَثِيْرًاوَسُبْحَانَ الله بُكْرَةًوَأَصِيْلاًلاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُوَلِلّهِ اْلحَمْدُ.اَلَّذِجَعَلَ لِلْمُسْلِمِيْنَ عِيْدَالْفِطْرِبَعْدَصِ ياَمِ رَمَضَانَ وَعْيدَالاَضْحَ بَعْدَيَوْمِ عَرَفَةَاَشْهَدُاَنْ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ،لَهُ الْمَلِكُ الْعَظِيْمُ اَلاَكْبَر وَاَشْهَدُاَنَّ سَيِّدَنَامُحَمَّدٍاعَبدُهُ وَرَسُولُهُ اللَهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَامُحَمَّدٍوَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ اَلَّذِيْنَ اَذْهَبَ عَنْهُمْ الرِّجْسَ وَطَهَرَاَمَّابَعْدُ فَيَاعِبَادَاللهِ اَتَّقُواللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّوَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْن

Hadirin kaum muslimin wa muslimat, jemaah salat Id rahimakumullah, Khatib mengawali khotbah dengan berwasiat kepada diri sendiri dan jemaah untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan dan keimanan kepada Allah Swt. dengan menjalankan kewajiban dan menjauhi larangan-Nya. Pada kesempatan ini khatib akan menyampaikan ceramah seputar kisah Nabi Ibrahim as, yang patut diteladani. Hadirin kaum muslimin wa muslimat, jemaah salat Id rahimakumullah,

Umat Islam pada hari ini merayakan Hari Idul Adha 1444 H (10 Zulhijah). Menyambut momen besar ini, marilah kita mengingat beberapa kisah teladan dari kehidupan Nabi Ibrahim as. Nabi Ibrahim as. merupakan nabi yang termasuk ululazmi. Itu adalah gelar yang diberikan Allah Swt. kepada rasulnya yang punya ketabahan dan kesabaran luar biasa dalam menjalankan tugasnya. Kisah kehidupan dan dakwah Nabi Ibrahim as. dikisahkan dalam Al-Qur’an maupun hadis. Pertama, Allah Swt. pernah memberikan perintah kepada Nabi Ibrahim as. supaya menempatkan istrinya, Siti Hajar, bersama putranya, Nabi Ismail As., di sebuah lembah yang sunyi dan sepi.

Nabi Ibrahim tidak mengetahui alasan Allah memberikan perintah tersebut. Kendati demikian, berkat kepatuhan dan ketakwaan kepada Allah Swt., Nabi Ibrahim tetap menjalankan perintah itu. Beliau rela berkorban meninggalkan anak dan istrinya di sebuah lembah gersang dan tandus. Siti Hajar dengan ikhlas mendukung perintah Allah Swt. yang disampaikan kepada suaminya tersebut. Padahal, anaknya, Nabi Ismail as., waktu itu masih menyusu. Peristiwa itu termuat dalam firman Allah Swt. Surah Al-Ibrahim ayat 37 sebagai berikut:

رَبَّنَآ اِنِّيْٓ اَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِيْ بِوَادٍ غَيْرِ ذِيْ زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِۙ رَبَّنَا لِيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ فَاجْعَلْ اَفْـِٕدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِيْٓ اِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُوْنَ

Artinya: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak ada tanamannya [dan berada] di sisi rumah-Mu [Baitullah] yang dihormati. Ya Tuhan kami, [demikian itu kami lakukan] agar mereka melaksanakan salat. Maka, jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan anugerahilah mereka rezeki dari buah-buahan. Mudah-mudahan mereka bersyukur,” (Al-Ibrahim [14]: 37).

Hadirin kaum muslimin wa muslimat, jemaah salat Id rahimakumullah,

Kedua, Allah Swt. pernah memerintahkan kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih putranya, Ismail melalui mimpi. Awalnya, Nabi Ibrahim as. takut mimpi tersebut datang dari setan.

Namun, setelah perintah tersebut datang beberapa kali dalam mimpinya, Nabi Ibrahim yakin bahwa itu adalah wahyu dari Allah Swt. Nabi Ibrahim kemudian menyampaikan kepada Ismail perihal perintah itu. Tanpa membantah sedikitpun, dengan ketakwaan dan keimanannya, Nabi Ismail As. menyetujui perintah Allah Swt. agar Nabi Ibrahim menyembelih dirinya.

Kemudian, tepat pada 10 Zulhijah sewaktu Nabi Ismail as. berusia 7 (ada yang berpendapat 13 tahun), Nabi Ibrahim menjalankan perintah untuk menyembelih Nabi Ismail. Dengan hati yang sedih dan wajah berlinang air mata, keduanya saling mengikhlaskan, demi menjalankan perintah dari Allah Swt. Kejadian itu dapat menjadi contoh ketauladanan luar biasa dari kedua utusan Allah Swt. tersebut.

Bahwasannya tidak ada yang lebih mulia dibanding mengikuti perintah-Nya; tidak ada yang lebih nikmat dibanding menjalankan kewajiban, demi mendapat rida-Nya. Nabi Ibrahim pun membawa Ismail ke Mina. Kemudian, beliau membaringkan putranya di atas pelipisnya. Pada saat-saat yang dipenuhi kesedihan itu, Ismail mengatakan kepada ayahnya:

“Wahai ayahku! Kencangkanlah ikatanku agar aku tidak lagi bergerak, singsingkanlah bajumu agar darahku tidak mengotori, dan (jika nanti) ibu melihat bercak darah itu niscaya ia akan bersedih, percepatlah gerakan pisau itu dari leherku, agar terasa lebih ringan bagiku karena sungguh kematian itu sangat dahsyat. Apabila engkau telah kembali maka sampaikanlah salam (kasih)ku kepadanya.” (Syekh Muhammad Sayyid Ath-Thanthawi, Tafsir Al-Wasith, [Beirut, Darul Fikr: 2005 M], halaman 3582).

Layaknya seorang ayah pada umumnya, Nabi Ibrahim sempat menjawab ucapan anaknya itu dengan keharuan. Dalam Tafsir Mafatihul Ghaib dituliskan bahwa Nabi Ibrahim saat itu menyampaikan demikian: “Sungguh, sebaik-baiknya pertolongan adalah engkau wahai anakku dalam menjalankan perintah Allah,” (Imam Fakhruddin Ar-Razi, Tafsir Mafatihul Ghaib, [Beirut, Darul Kutub: 2000 M], juz XXVI, halaman 138).

Nabi Ibrahim tak kuasa menahan isak tangis. Air mukanya menandakan kesedihan, sekaligus tanda keikhlasan atas perintah Allah Swt. Air matanya pun mengalir. Setelah sempat mencium putranya dengan penuh kasih sayang, diambilnya pisau dan hendak menyembelih anaknya dengan penuh keikhlasan. Ismail pun berkata lagi:

“Wahai ayahku! Palingkanlah wajahku hingga tak terlihat olehmu! Karena sungguh, jika melihat wajahku, engkau akan selalu merasa iba. Perasaan iba itu dapat menghalangi kita untuk melaksanakan perintah Allah. Apalagi di depan mataku terlihat kilatan pisau yang sangat tajam, tentu membuatku ketakutan.” (Syekh Abu Ishaq bin Ibrahim Ats-Tsa’labi, Tafsir Ats-Tsa’labi, [Beirut, Darul Ihya’: 2002 M], halaman 1901).

Namun, berkat rahmat dan kasih sayang Allah Swt., Ismail tidak jadi dikurbankan. Saat Nabi Ibrahim hendak menyembelih putranya, Allah Swt. menggantinya dengan seekor domba.
Peristiwa Nabi Ibrahim menyembelih Ismail termuat dalam firman Allah Swt. Surah As-Saffat ayat 102-107 sebagai berikut:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ فَلَمَّآ اَسْلَمَا وَتَلَّهٗ لِلْجَبِيْنِۚ وَنَادَيْنٰهُ اَنْ يّٰٓاِبْرٰهِيْمُ ۙ قَدْ صَدَّقْتَ الرُّءْيَا ۚاِنَّا كَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِيْنَ اِنَّ هٰذَا لَهُوَ الْبَلٰۤؤُا الْمُبِيْنُ وَفَدَيْنٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيْمٍ

Artinya: “Ketika anak itu sampai pada [umur] ia sanggup bekerja bersamanya, ia [Ibrahim] berkata, ‘Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?’ Dia [Ismail] menjawab, ‘Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan [Allah] kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar.’ Ketika keduanya telah berserah diri dan dia [Ibrahim] meletakkan pelipis anaknya di atas gundukan [untuk melaksanakan perintah Allah], Kami memanggil dia, ‘Wahai Ibrahim, sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.” Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat kebaikan. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Kami menebusnya dengan seekor [hewan] sembelihan yang besar,” (QS. As-Saffat [37]: 102-107).

Hadirin kaum muslimin wa muslimat, jemaah salat Id rahimakumullah, Dari dua kisah Nabi Ibrahim as. di atas, kita belajar bahwa Allah Swt. memberikan perintah tidak semata-mata untuk mencelakakan makhlukNya. Allah Swt. memberikan perintah tidak semata-mata untuk mencelakakan makhluk-Nya.

Terdapat berbagai hikmah dibalik suatu kejadian yang menimpa kehidupan kita. Manusia harus senantiasa ikhlas atas segala ketentuan Allah Swt. Demikianlah khotbah Idul Adha 2023 seputar kisah Nabi Ibrahim As. Semoga apa yang telah disampaikan memberikan kebermanfaatan bagi khatib maupun jemaah sekalian.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II


اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Editor: Fahrul Rozi/Penulis:M.Amrin Hakim

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *