Opini  

Dunia Digital Adalah Dunia Teks

SEKARANG ini adalah abad 21, lebih sering disebut dengan zaman revolusi 4.0. Yah, sangat banyak perubahan yang terjadi di saat ini. Kehidupan sekarang sudah berbasis digital dan serba internet. Kehidupan manusia mulai dimudahkan dengan berbagai teknologi dan aplikasi digital yang berkembang dengan pesat. Tidak bisa dipungkiri, banyaknya perubahan yang terjadi di zaman digital ini, dan semua harus kita ikuti, karena inlah dunia digital yang sesungguhnya. Banyak perubahan yang terjadi, sebut saja jualan online, ojek online dan berbagai kegiatan serta pekerjaan yang serba online alias dalam jaringan atau daring.

Terbukanya lowongan pekerjaan baru juga banyak mengubah cara dan pola kehidupan manusia. Dan pastinya banyak juga pekerjaan yang mulai hilang, diantaranya pak pos yang mengantar surat, kini jasa pos sudah beralih fungsi, yang pada tahun 70 sampai dengan tahun 90-an, jasa pos sangat dinanti dan dibanggakan. Namun saat ini tidak lagi karena sudah digantikan dengan surat elektronik dan berbagai aplikasi pesan lainnya melalui internet. Kini semua sudah mulai berubah, tidak ada lagi korespondensi melalui surat, yang ada melalui telepon pintar yang bisa membawa setiap pemegangnya menjelajahi dunia, kemana mereka suka.

Di era digital ini, apapun pesan yang masuk melalui teks, apakah itu; wa, fb, ig, telegram, twitter, dan banyak aplikasi lainnya yang semua menggunakan teks. Sebagai generasi milenial sebenarnya kita sudah mahir dalam menulis, masa iya? Saat ini apa saja informasi yang kita dengar dan lihat semua melalui teks, kalaupun ada vidio dan gambar tetap diikuti penjelasan dengan teks. Pesan yang masuk pun juga menggunakan teks, pesan yang kita balas pun berupa teks. Jika dikumpulkan semua status dan chat kita di media sosial, tidak akan mungkin akan menjadi sebuah buku dengan tebal 200 halaman dalam beberapa bulan. Begitu mahirnya generasi ini memainkan teks mereka dalam grup pertemanan, atau chat pribadi dengan setiap orang dalam pertemanannya.

Dalam arti kata tidak ada lagi seharusnya para milenial ini yang berkata tidak bisa menulis dan tidak berbakat menulis dan membaca. Kenapa? Karena semua pesan dan informasi yang mereka terima sudah berupa teks dan dan sangat mudah di akses dimanapun dan kapanpun. Jadi untuk keterampilan berbahasa khususnya membaca dan menulis seharusnya generasi milenial ini sudah layak diberikan nilai 90. Namun apakah daya baca dan tulisnya sudah mumpuni? Itu yang harus kita perbaiki. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Anis Baswedan, mantan Menteri Pedidikan di era presiden Jokowi awal, bahwa “Minat baca tinggi, namun daya baca rendah.” Maksudnya, minat baca setiap kita orang Indonesia sangatlah tinggi, buktinya setiap menit bahkan detik kita membaca chat dan informasi di berbagai media sosial yang kita miliki. Namun jika informasinya sudah panjang dan komplit, biasanya kita akan skip dan melewatkan saja tanpa mau membacanya dengan tuntas. Itulah maksud kalau daya baca kita masih rendah.

Di dalam dunia pendidikan, semua juga berubah salah satunya adalah adanya perubaha kurikulum. Kurikulum selalu mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman, sekarang adalah zaman digital, kurikulum pun sudah berubah sejak 20 tahun terakhir. Ada KBK, KTSP, kurikulum 2013, kurikulum 2013 edisi revisi, kurikulum prototipe dan saat ini yang sedang kita laksanakan kurikulum merdeka. Apapun itu kurikulumnya, semua kompetensi yang harus dikuasai anak didik adalah kemampuan untuk menulis dan membaca. Apapun hasil dari semua pembelajaran di tiap mata pelajaran, anak didik dituntut untuk bisa menuliskannya kembali. Apalagi dalam mata pelajaran Bahasa Idonesia, semua berbasis teks, dan juga analisis dan pemahaman tehadap suatu konsep yang disajikan dalam bentuk teks. Mau tidak mau dan suka tidak suka anak didik harus menguasainya.

Secara tidak langsung, setiap kita sudah menulis dan melakukan semua yang diminta. Karena setiap hari bahkan setiap menitnya kita bergelut dan menggunakan aplikasi digital yang semua berbasis teks. Faktanya di zaman sekarang bisa dikatakan sebagai peradaban tulisan atau peradaban teks. Terbukti banjirnya informasi yang kita terima setiap hari dari berbagai media cetak maupun elektronik sebagian besar berbentuk teks atau tulisan, singkat kata, tulisan telah mengisi seluruh ruang kehidupan manusai modern di era milenial seperti saat ini.

Tidak bisa kita pungkiri, kalau tulisan merupakan jejak rekam dan bukti sejarah peradaban manusia. Semuanya disampaikan melalui teks terlepas dari apa dan bagaimana teks yang ada sejak dahulunya. Semua pengalaman dan bukti sejarah masa lalu diketahui melalui tulisan, baik itu peristiwa, pengalaman, pengetahuan, pemikiran, dan ilmu pengetahuan. Melalui teks dalam tulisan inilah ilmu pengetahuan dapat menembus dan menelusuri lorong ruang dan waktu di masa lampau. Jika saja di zaman dahulu tida ada tulisan, maka dengan apa kita mengetahui bukti sejarah. Bahkan wahyu Allah sekalipun juga dituliskan dalam bentuk rangkaian kata penuh makna yang ditulis dan dikumplkan menjadi kitab yaitu Alquran yag diturunka kepada Rasulullah Muhammada SAW.

Demikian juga dengan kitab sebelumnya, sebut saja Injil, Tripitaka, Taurat dan juga kitab-kitab umat agama lainnya. Terlepas dengan bentuk apa model dan nama tulisan di zaman prasejarah dan ratusan tahun yang lalu, kita bisa membaca dan mengetahui isinya melalui teks yang telah diterjemahkan saat ini. Jika saja tidak ada tulisan zaman ini, tidak ada orang yang menulis, niscaya tidak akan ada jejak untuk generasi berikutnya.

Begitu pentingnya jejak digital berupa teks ini, akan memegaruhi kehidupan manusia di masa depan dan juga masa sekarang. Jadi, sebagai intelektual tidak ada lagi alasan untuk tidak bisa menulis dan juga mahir menuliskan teks. Sejatinya semua dimulai dengan kebiasaan, dan akhirnya akan menjadi terapil dan mahir. Yang pasti semua teks yang kita tulis, akan bermanfaat bagi generasi berikutnya. Jadilah bermanfaat dengan menulis, karena menulis bisa melampaui ruang dan waktu. Menulis akan memperpanjang umur dan jadilah penulis jika ingin dikenal oleh dunia. ***

*) Penulis adalah seorang tenaga pengajar di SMPN 2 Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, lahir di Bukittinggi pada 8 Juni 1981. Telah menerbitkan 3 buku tunggal dan puluhan buku antologi.

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews