Klarifikasi Dosen UIN Suska Terkait Kebenaran Video Perkelahian

Klarifikasi Dosen UIN Suska Terkait Kebenaran Video Perkelahian

LAMANRIAU.COM, PEKANBARU – Setelah perkelahian dan sejumlah pemberitaan terkait perkelahian antara sejumlah dosen dan Rektor Universitas Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN Suska) Riau, Hairunnas, menyebar di media sosial, sejumlah dosen di universitas tersebut mulai memberikan penjelasan. Salah satu Dosen dari Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Negeri Sultan Syarif Kasim, Rony Riansyah, mengadakan konferensi pers pada Selasa 19 September  untuk memberikan klarifikasi dan bantahan terhadap video dan berita yang beredar belakangan ini.

Rony Riansyah menyatakan bahwa dirinya bersama dengan enam dosen lainnya dari UIN Suska merasa perlu memberikan klarifikasi dan bantahan terkait dengan video dan pemberitaan yang beredar. Ketujuh dosen yang terlibat dalam klarifikasi ini adalah Iskandar Amel, Irwanda, Rony Riansyah (dirinya sendiri), M Nuh, Alimudin, dan Rado Yendra. Mereka berpendapat bahwa pemberitaan dan potongan video yang beredar di publik tidak mencerminkan fakta sesungguhnya.

Menurut Rony, potongan video sengaja disebar ke masyarakat dengan tujuan memberikan stigma negatif kepada sejumlah dosen, di antaranya yang telah melaporkan dugaan tindak pidana korupsi yang dilakukan secara bersama-sama oleh Rektor Universitas Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN Suska) Riau, Hairunnas. Dugaan korupsi tersebut mencakup remunerasi yang tidak pantas, honorarium ilegal, pengeluaran fiktif, serta pengadaan barang dan jasa yang meragukan di UIN Suska.

Rony Riansyah menekankan bahwa mereka, sebagai dosen, merasa difitnah dan diintimidasi. Potongan video tersebut, menurut mereka, disebarkan dengan narasi yang direkayasa tanpa mempertimbangkan konteks keseluruhan. Selain itu, ada pernyataan yang diatribusikan kepada mereka tanpa kebenaran, yang menyebabkan kesan bahwa mereka yang bersalah sementara Rektor diangkat sebagai korban. Rony Riansyah menyatakan, “Seakan dia yang mulia, kami yang zalim.”

Rony juga membantah klaim bahwa dalam video yang menghebohkan saat peristiwa di ruang rektor pada Sabtu 9 September  yang lalu, rektor mengaku diludahi olehnya. Menurutnya, klaim tersebut tidak benar. Bahkan, menurut berita yang disebarkan oleh Rektor UIN Suska Riau, klaim bahwa ia diludahi oleh Rony adalah sebuah kebohongan besar yang tidak dapat ditolerir.

“Kami ini dosen, bagaimana mungkin kami berprilaku tak beretika. Kami disebut meludahi wajah hingga berlumuran sampai rambut dan mata. Tapi kalau cekcok mulut benar. Itu pun kami melakukannya bukan tanpa sebab,” ungkap Rony. Bahkan para dosen dari UIN Suska Riau ini juga mengekspresikan keraguan mereka terhadap pernyataan rektor yang menyebutkan bahwa para dosen telah menerobos masuk ke ruangan rektor dan berusaha memukul rektor. Semua klaim tersebut juga diberikan penolakan oleh Rony. Apalagi, pengakuan lain dari rektor, yang menggambarkan situasi ketika rektor hendak dipukul dan dia mengelak, dianggap sangat didramatisir oleh rektor.

“Karena gagal memukulnya karena dia menghindar, saya kemudian meludahinya. Ketika saya dituduh menerobos dan masuk ke ruangan rektor dengan menggunakan kode akses, itu hanyalah fitnah. Kami, sebagai dosen, tidak mungkin melakukan hal-hal yang tidak terpuji di kampus kami, terutama kepada rektor kami sendiri,” jelas Rony.

Rony melanjutkan, dalam pertemuan dalam video yang menjadi viral, dia mengakui bahwa setelah memasuki ruangan rektor, dia menduga ada gratifikasi sebesar ratusan juta rupiah terkait pengadaan internet kampus dan tindakan sewenang-wenang rektor yang menolak membayar uang remunerasi. Bahkan terjadi pertengkaran lisan karena dia tidak mendapatkan jawaban dari rektor.

“Nada suara saya meninggi, dan saya meminta rektor membuktikan tuduhannya kepada saya. Tiba-tiba, Hairunnas Rajab menyerudukkan kepalanya kepada saya sambil berkata, ‘pukul, pukul lah,’ sebanyak tiga kali,” jelas Rony.

Rony bahkan melanjutkan bahwa saat Rektor Hairunnas menyeruduknya untuk ketiga kalinya, dia spontan berdiri, tetapi terhalangi oleh badan komandan satpam. Namun tiba-tiba, Hairunnas Rajab berdiri menjauh dan berteriak, “Ludah! Ludah!” Sambil mengambil foto selfie keningnya sendiri, lalu meminta satpam untuk juga mengambil foto keningnya.

“Jarak antara saya dan dia cukup jauh, sehingga saya tidak mungkin meludahi dia dari sudut yang tidak terjangkau oleh saya. Ini benar-benar fitnah,” ucapnya. Menurut Rony, jika benar dirinya menyerang dan meludahi Hairunnas, maka yang paling terkena dampaknya adalah komandan satpam yang berdiri di antara mereka.

Rony juga mengakui bahwa karena merasa ada sandiwara yang sedang dipentaskan oleh Hairunnas, dia terpancing amarah hingga mengeluarkan kata-kata kasar kepada rektor. “Pada awalnya saya terkejut dan terdiam beberapa saat, bingung dengan rekayasa ludahnya. Namun, setelah menyadari rekayasa ini, saya menjadi marah. Saya angkat bicara sekarang karena sudah banyak berita yang tidak benar,” ucapnya.

Dia berharap agar rektor dapat mengembalikan nama baik para dosen yang telah dicemarkan dan memberikan hak-hak yang selama beberapa tahun belakangan ini tidak diberikan oleh rektor. “Kami berharap rektor kami dapat mengubah sikapnya. Jangan menciptakan kegaduhan seperti ini. Kami para dosen diam bukan berarti bisa difitnah tanpa bukti, hak kami telah dizalimi, begitu juga nama baik kami. Berikanlah hak-hak kami yang selama beberapa tahun ini tidak diberikan karena itu hak bagi keluarga kami,” tegasnya.

Rony menyerahkan masalah ini kepada penegak hukum, sementara Rektor UIN Suska Riau, Hairunnas, enggan memberikan komentar lebih lanjut terkait tudingan dari sejumlah dosen bahwa dia telah menyebarkan informasi palsu di media dan berita bohong di beberapa media sosial.

Rektor telah menyatakan bahwa ia tidak akan lagi berpartisipasi dalam pertukaran pantun melalui media atau media sosial terkait anggapan bahwa ia telah membuat framing tudingan atas insiden yang terjadi di masjid dan rektorat pekan lalu. Ia mengungkapkan, “Negara kita negara hukum, semua bisa mendapatkan perlindungan. Di mata hukum kita punya hak yang sama. Karenanya, biarlah hukum yang bicara,” melalui sambungan telepon.

Rektor menyarankan bahwa lebih baik para dosen yang telah menuduhnya melakukan fitnah terkait dua insiden yang videonya viral tersebut untuk menempuh jalur hukum. Ketika ditanya mengenai upaya hukum yang akan diambil oleh para dosen terhadapnya, Rektor memberi izin kepada mereka untuk melakukan pembuktian secara legal formal.***

Editor: Fahrul Rozi/Penulis: M.Amrin Hakim

 

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews