Opini  

Perkembangan Otak pada Remaja

MASA remaja merupakan periode yang berlangsung dari sekitar usia 11 sampai 21 tahun. Ada juga yang membagi masa remaja ini menjadi tiga tahap perkembangan yaitu; masa pra remaja (remaja awal) antara usia 11-14 tahun, remaja pertengahan usia 15-17 tahun dan remaja akhir antara usia 18-21 tahun. Masa remaja ini disebut juga masa transisi antara masa kanak-kanak ke dewasa sehingga menimbulkan banyak perubahan emosional dan sosial pada diri remaja itu sendiri. Selain itu perubahan perkembangan antarmassa ini mengakibatkan juga perubahan fisik, kognitif dan psikologi, sehingga memengaruhi tingkah dan polah perilaku remaja yang mudah berubah.

Banyaknya gangguan identitas, emosi dan psikologis yang kuat sehingga membuat remaja tumbuh sebagai seorang dewasa dengan kematanga mental yang masih lemah. Pastinya pada usia pra remaja, mereka akan mengalami perubahan fisik dan pertumbuhan yang tergolong cepat. Di masa ini terjadi perubahan pada area tertentu yang membuat mereka kadang kurang percaya diri dan mengalami gangguang pada psikologi diri juga yang lebih sering disebut pubertas. Pada masa ini para remaja lebih sering membantah, menentang dan meberontak. Mereka lebih sering berangan-angan dan berimajinasi, pada masa ini remaja juka merasa diri paling benar dan cenderung membenarkan semua pendapatnya. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan ingin perannya diakui oleh lingkungan sekitar.

Masa remaja juga masa di mana mereka mencari jati diri, dan memiliki banyak kemauan. Semua keinginan harus cenderung dipenuhi, kalau tidak ya memberontak tadi. Apa yang membuat remaja menjadi seperti itu? Karena mereka mengalami perkembangan pada otaknya sehingga memengaruhi pada perilaku remaja itu sendiri. Saat remaja, bagian otak yang berfungsi dalam pengambilan keputusan belum berkembang sepurna, bagian tersebut adalah lobus frontal (pre frontal corte) yang terletak di belakang dahi. Selain berfungsi dalam pengambilan keputusan, bagian ini juga berfungsi sebagai pengatur perencanaan, spontanitas, konsekuensi, empati, perilaku sosial dan seksual.

Siapapun yang memiliki anak remaja dan membersamai para remaja ini pasti tahu kalau sangat susah memahami anak-anaj seusia mereka ini. Itu wajar saja, karena di masa ini adalah masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Pola pikir mereka yang awalnya kekanakan kini berubah menjadi lebih dewasa. Anak-anak berpikir biasanya lebih konkrit, sementara remaja lebih abstrak, dan orang dewasa berpikir lebih filosofis, dan berpikir jauh ke depan. Mereka bisa melihat dari berbagai sudut pandang hal inilah yang membentuk karakter para remaja.

Perubahan perilaku pada remaja pun juga dipengaruhi oleh beberapa faktor ada faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal yaitu yang berasal dari luar, seperti lingkungan, pergaulan, serta role model, sementara faktor internal terkait dengan perkembangan otak dan hormon yang ada pada remaja tersebut. Seringkali kita menyalahkan faktor hormonal sebagai penyebab perubahan perilaku dan pola pikir para remaja ini. Bahkan orang tuanya sekalipun kadang tidak memahami bahwa perubahan perilaku dan pola pikir sebenarnya dipengaruhi oleh perkembangan pada otaknya. Otak berkembang dari belakang ke depan, maka lobus frontal menjadi bagian otak yang paling terakhir berkembangnya secara sempurna.

Otak pada manusia akan berkembang secara sempurna pada usia 25 tahun, padahal masa dewasa itu sendiri menurut pandangan undang-undang dan pandangan masyarakat umum adalah usia 18 tahun. Perkembangan otak depan ini kalah cepat dengan sistem limbik yaitu bagian otak yang mengatur emosi, motivas dan perilaku. Otak dibagian sistem limbik ini memiliki karakter emosional dan berani mengambil risiko, sementara lobus frontal logis dan fokus, karena itulah remaja cenderung impulsif, dan tidak memikirkan konsekuensi dari perbuatannya dan juga suka hal yang menantang. Mana ada orang dewasa yang suka kebut-kebutan, remajalah yang banya melakukan balapan liar dan tawuran, karena memang otak mereka yang belum berkembang dengan sepurna.

Lantas bagamana cara kita sebagai orang tua dan guru dalam menyikapi pola pikir para remaja ini, yang notabene selalu bersama dengan kita dalam kesehariannya? Sebagai orang yang dekat dengan mereka, kita harus bisa mendorong mereka untuk bisa mengambil risiko dalam hal yang aman. Misalnya tampil di panggung pentas seni sekolah, mengikuti berbagai lomba yang diminati, mendorong mereka untuk aktif di berbagai organisasi di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Memacu semangat mereka untuk berolahraga dan melakukan aktifitas fisik lainnya. Dan yang pastinya, kita tidak perlu lagi melarang remaja dengan berbagai kegiatannya, namun mengalihkan kebutuhannya akan tantangan ke hal yang lebih positif. ***

*) Penulis Dilla, S.Pd adalah tenaga pengajar di SMPN 2 Bukittinggi, Sumatera Barat. Lahir di Bukittinggi pada 08 Juni 1981. Telah menerbitkan 3 buku tunggal dan puluhan buku antologi. Tinggal di Jalan H Abdul Manan No. 49, Simpang Guguk Bulek, Bukittinggi. Penulis bisa dihubungi melalui email [email protected], facebook: Espede Dilla, Instagram: @dilla.spd dan telegram: dilla S.Pd blog: www.dillaspd.my.id. Nomor kontak dan WA: 081363320742.*

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews