LAMANRIAU.COM, PEKANBARU – Nilai tukar rupiah dalam penutupan perdagangan awal pekan ini menguat dibandingkan dengan penutupan perdagangan akhir pekan kemarin. Menurut laporan Bloomberg, rupiah menguat sebanyak 48,5 poin atau 0,30 persen, mencapai level Rp15.890 per dollar Amerika Serikat (AS).
Selama hari ini, rupiah mengalami penguatan sejak pembukaan perdagangan pagi. Analis pasar keuangan Ibrahim Assuaibi mengatakan bahwa sebagian besar pelaku pasar masih berharap dan cemas menanti pengumuman kebijakan Bank Sentral AS, The Fed.
“I The Fed akan mengumumkan kebijakan suku bunga AS pada Rabu lusa. Sementara itu, situasi di kawasan Timur Tengah semakin memanas karena peningkatan serangan militer Israel di Jalur Gaza,” kata Ibrahim pada hari Senin 30 Oktober 2023.
Trend suku bunga diperkirakan akan tetap tinggi dan berlangsung lebih lama, demikian menurut Ibrahim, mengingat trend inflasi yang masih tinggi. Bank of Japan (BOJ) telah mengadakan pertemuan hari ini dan menunjukkan peningkatan laju inflasi di Jepang.
Faktor-faktor seperti tekanan geopolitik, laju inflasi yang tinggi, dan suku bunga yang tetap tinggi di negara-negara maju diperkirakan akan memiliki dampak merambat ke Indonesia. Meskipun demikian, para analis tetap optimis terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini, yang diperkirakan masih dapat mencapai angka 5 persen.
“Ibrahim menekankan bahwa konsumsi masyarakat tetap menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi, terutama dengan adanya pelaksanaan Pemilu yang diharapkan dapat mendorong belanja masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk menjaga daya beli masyarakat,” tambahnya.
Dalam kesempatan yang berbeda, Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi, menyatakan bahwa volatilitas rupiah lebih banyak disebabkan oleh faktor-faktor global. Hal ini menciptakan tekanan pada portofolio valas.
“Volatilitas terutama disebabkan oleh kekhawatiran terhadap peningkatan suku bunga AS yang diperkirakan akan terjadi dalam beberapa waktu ke depan. Selain itu, masalah geopolitik di Timur Tengah juga turut mempengaruhi situasi,” ujarnya.
Menurut pendapat Darmawan, dampak volatilitas dollar-rupiah terhadap perekonomian Indonesia dianggap relatif terbatas. Hal ini disebabkan oleh kekuatan fundamental ekonomi domestik yang masih stabil, dan menjelang akhir tahun, sektor konsumsi dan investasi tetap tumbuh.
Sementara itu, pada penutupan perdagangan hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami pelemahan. IHSG berada pada level 6.735,8, mengalami penurunan sebesar 22,9 poin atau 0,34 persen.***
Editor: Fahrul Rozi/Penulis: M.Amrin Hakim