Penelitian Terbaru Mengungkap Candi Muara Takus yang Berusia dari Abad ke-7

Penelitian Terbaru Mengungkap Candi Muara Takus yang Berusia dari Abad ke-7
Foto Candi Muara Takus

LAMANRIAU.COM, KAMPAR – Percandian Muara Takus adalah situs bersejarah yang telah diteliti oleh sejumlah pakar purbakala sejak tahun 1860-an. Ada beberapa pendapat yang mengemuka tentang masa pendirian percandian ini, dan interpretasi terhadap hasil penelitian tersebut bersifat relatif. Pada awalnya, metode pertanggalan seperti carbon dating (C-14) belum diterapkan dalam kajian arkeologi di Indonesia, yang membuat interpretasi hasil penelitian menjadi lebih kompleks.

Pada tahun 2022, Pemerintah Provinsi Riau melalui program pelestarian dan pengelolaan cagar budaya telah melakukan penelitian di lokasi utama Percandian Muara Takus. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan sampel organik yang kemudian dianalisis dengan metode pertanggalan absolut menggunakan metode AMS (Accelerated Mass Spectrometry). Hasil analisis ini kemudian dikorelasikan dengan penelitian sebelumnya untuk memberikan pemahaman tentang tahapan masa pembangunan dan pemanfaatan percandian.

Berdasarkan hasil penelitian tahun 2022, ditemukan bahwa Percandian Muara Takus didirikan pada abad ke-7 Masehi, pada masa Kerajaan Sriwijaya mendeklarasikan eksistensinya. Situs ini terus digunakan hingga abad ke-14 Masehi dan berperan penting dalam perkembangan peradaban di Nusantara bagian barat.

Salah satu bukti yang menyokong temuan ini adalah Prasasti Ligor, sebuah prasasti berangka tahun 679 Saka (775 Masehi) yang ditemukan di Thailand Selatan. Prasasti ini mengandung informasi tentang kehidupan keagamaan Buddha, khususnya aliran Vajrayana dalam Buddha Mahayana. Meskipun ditemukan di Thailand Selatan, ada dugaan bahwa Prasasti Ligor sebenarnya berasal dari Percandian Muara Takus, bukan dari wilayah Thailand Selatan.

Temuan-temuan ini memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang sejarah dan perkembangan Percandian Muara Takus serta peranannya dalam konteks peradaban Buddha di Nusantara.

Berdasarkan beberapa alasan yang muncul, dapat diambil kesimpulan bahwa prasasti Ligor sebenarnya memiliki kaitan dengan Percandian Muara Takus. Prasasti batu ini awalnya berlokasi di wilayah Percandian Muara Takus. Namun, karena suatu alasan, prasasti ini kemudian dipotong dan dibawa hingga akhirnya ditemukan di Nakhon Si Thammarat. Mengamati kesamaan rentang waktu yang hampir bersamaan, Pemerintah Provinsi Riau merasa penting untuk menjalin kerjasama dalam penelitian atau kajian dengan pemerintah daerah lain di Sumatera, seperti Jambi, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara, yang juga memiliki peninggalan arkeologis terkait agama Buddha.

Raja Yoserizal mengamati bahwa hal ini mungkin terjadi karena rentang waktu yang hampir serupa di berbagai daerah, dan masing-masing daerah tersebut mengalami perkembangan peradaban yang berakar pada agama Buddha. Oleh karena itu, dia menganggap bahwa peninggalan monumental arkeologis di berbagai daerah tersebut mungkin memiliki interaksi yang intensif dalam kerangka kerajaan Sriwijaya.

Raja Yoserizal juga berpendapat bahwa di masa depan, diperlukan penelitian komprehensif yang melibatkan para ahli sejarah dan arkeologi dari lembaga pemerintah pusat dan daerah, serta dari lembaga non-pemerintah seperti Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) dan Masyarakat Sejarah Indonesia (MSI).

Gubernur Riau, Syamsuar, percaya bahwa masih banyak potensi peradaban masa lalu di wilayah Provinsi Riau yang perlu diungkap. Temuan bukti-bukti baru menunjukkan bahwa tinggalan arkeologis yang terkait dengan sejarah peradaban dunia dapat berasal dari Riau. Oleh karena itu, dia mendukung kajian lanjutan oleh pihak yang berkompeten untuk mengungkap lebih lanjut.

Pemerintah Provinsi Riau terus melakukan penelitian terhadap Percandian Muara Takus. Setelah penelitian pada tahun 2022, fokus penelitian dilanjutkan dengan pengambilan sampel arang dari hasil uji galian di zona inti dan tanggul tanah. Hasil analisis pertanggalan dengan menggunakan metode AMS menghasilkan angka tahun kalibrasi OxCal dalam kurun waktu Masehi sebagai berikut:

1. TP-01/01: 900 M / awal abad ke-10 M (probabilitas 92,4 %)
2. TP-02/02: 830 M / awal abad ke-9 M (probabilitas 94,8 %)
3. TP-02/03: 240 M / pertengahan abad ke-3 M (probabilitas 95,4 %)
4. TP-03/04: 1820 M / awal abad ke-19 M (probabilitas 47,0 %)
5. TP-03/05: 1230 M / awal abad ke-13 M (probabilitas 91,2 %)
6. TP-04/06: 1810 M / awal abad ke-19 M (probabilitas 57,7 %).***

Editor: Fahrul Rozi/Penulis: M.Amrin Hakim

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews