Yassin Saleh dan Rohani Din Dianugerahi Toktan Award

Penyerahan anugerah pada Panggung Toktan 2023, Sabtu (25/11/2023).

LAMANRIAU.COM, PEKANBARU – Panggung Toktan Pekanbaru, Riau, menganugerahi Toktan Award pada dua seniman Melayu – nusantara, Yassin Saleh dari Malaysia dan Rohani Din dari Singapura.

Anugerahi diserahkan pada acara penutup Panggung Toktan 2023, Sabtu 25 November 2023 kemarin, setelah merangkai sejumlah kegiatan sejak tanggal 23 November 2023 lalu, dengan kunjungan muhibah budaya ke Istana Siak, Pengajian Syair dan Syiar Sastra Islam bersama al Ustadz Mustafa Umar, Silaturrahmi Bisa Menulis di Pondok Pesantren Perempuan Al-Syauki Kubang Kampar, Seminar Seni Islam di Universitas Muhammadiyah dan diakhiri dengan baca puisi bersama penyair tiga negara dan penganugerahan Toktan Award di Panggung Toktan, Harmoni Hangtuah Kulim, Pekanbaru.

“Pada Toktan Award yang perdana ini Panggung Toktan sengaja memilih dua tokoh dari dua negara yang telah sangat berjasa besar menjaga mengembangkan warisan semangat seni budaya Melayu dan mengekalkan ikatan batin sesama seniman serantau Melayu,” kata H Dhenny Kurnia, buya Panggung Toktan.

Menurut imam Toktan Aris Abeba, Yassin Saleh bukan saja tunak di perfilman dan teater di Malaysia tetapi juga banyak berkolaborasi dengan seniman bidang lainnya, sehingga sangat berjasa dalam mengembangkan mengekalkan warisan semangat budaya Melayu.

Tokoh yang telah banyak mendapat anugerah sutradara terbaik di perfilman (sinema) Malaysia ini, tambah Aris, terakhir mendirikan Ziarah Karyawan, sebuah wadah tempat berhimpun seniman Melayu untuk menghargai sastrawan besar Malaysia Usman Awang, dan meneruskan semangat berkesenian lewat dunia bersusastra.

“Sekarang ZK, Ziarah Karyawan, telah membuat cawangannya atau cabang di beberapa tempat, termasuk Sumatera dan Jawa, di antaranya di Riau,” kata Aris Abeba.

Sedangkan Anie Din, menurut Aris Abeba, penulis novel Melayu dari negeri singa ini selain telah berhasil menyelenggarakan pertemuan-pertemuan seni budaya dengan menghimpun banyak seniman Melayu serantau Asean dan menerbitkan buku tebal antologi pantun dari penyair enam negara, dia juga telah berhasil mendeklarasi naskah Kami Bangsa Pantun bersama para seniman enam negara di negeri berbilang kaum, Singapura.

Apa yang dilakukan Anie Din ini, tambah Aris, juga dalam upaya mengekalkan sulaturrahim dan mengembangkan semangat berkarya bagi seniman nusantara.

“Jadi sebelum Indonesia dan Malaysia mengusulkan pantun sebagai warisan dunia bukan benda pada Unesco, Anie Din bersama seniman Melayu Asia Tenggara – termasuk para seniman dari Riau, jauh-jauh tahun sudah lebih dulu mendeklarasi Kami Bangsa Pantun di Singapura. Istilah bangsa pantun ini kemudian di Singapura disebut Kami Warga Pantun Dunia,” kata Aris.

Out Put Riau bukan Texas

Banyak out put yang diperoleh dari serangkaian kegiatan Pangggung Toktan yang diselenggarakan dengan mandiri ini. “Tanpa harus ada bantuan anggaran pemerintah,” ujar Aris.

Antaranya, lanjut Aris, dengan pengajian dengan Ustadz Mustafa Umar ada di antara peserta dari Malaysia yang telah menyatakan diri ingin mengikuti pesantren untuk orang dewasa atau orang berumur di Pondok Taufakuh di Desa Lubuk Sakat, Kampar, milik ustadz Mustafa Umar, dalam program tiga bulan hafal 30 juz al-Qur’an.

Kemudian Bunda Anie juga beberapa bulan ke depan diminta untuk memberikan pelatihan tangkas menulis kepada santriwati di pondok Pesantren Al-Syauki.

Panggung Toktan 2023 ini sebagian besar dihadiri penyair dari Malaysia, selain Indonesia, juga Singapura. ***

Editor: Fahrul Rozi

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews