Narasumber Baca Puisi dengan Goyang NgeRaff

Muchid Albintani (sebelah kanan) bersama penyair Riau Alhan A Aris Abeba alias Tok Tan dan penulis buku Banteng Bersayap Kupu-kupu, H Mosthamir Thalib.

* Dari Diskusi Banteng Bersayap Kupu-kupu

LAMANRIAU.COM, PEKANBARU – Ada yang unik dari Diskusi Banteng Bersayap Kupu-kupu (BBK), literary karya Mosthamir Thalib di Perpustakaan H Soeman Hs, Pekanbaru (24/6). Dr Muchid Abintani yang didaulat jadi narasumber malah lebih banyak action sebagai seorang penyair.

“Gagak Wuhan..! Gagak Wuhan..!” teriaknya menyebut judul sebuah puisi tentang Covid-19 di dalam BBK ketika bangkit dari kursinya menuju tempat duduk di pentas. Peserta dan narasumber lain agak terkejut, tetapi kemudian mereka hanya tersenyum-senyum melihat aksi dosen Fisip Unri yang sebetulnya juga seorang penyair dan mantan wartawan ini.

Muchid dalam diskusi ini lebih banyak mengaitkan fakta yang dari kesaksian puisi-puisi yang termuat dalam BBK dengan kebijakan dan undang-undang serta peraturan yang diambil atau dikeluarkan pengambil kebijakan, di antaranya yang menyangkut peristiwa pandemi Covid-19.

“Kehadiran buku Banteng Bersayap Kupu-kupu karya Mosthamir Thalib seakan-akan tidak ada lagi sekat antara legislatif dan yudikatif,” kata Muchid, “Mungkin juga antara penguasa dengan pengusaha.”

Uniknya lagi ketika diberi kesempatan menjawab pertanyaan dari beberapa narasumber tentang puisi-puisi di dalam BBK yang berkaitan dengan kesaksian era kini dia malah minta peserta berkenan mendengar jawaban lewat puisi Gurindam Pengeramput Negeri dari buku BBK yang dia bawakan dengan goyang dan nada ngeRaff.

“Kalau Soimah pernah nyanyikan Gurindam Raja Ali Haji, saya coba nyanyikan gurindam Mosthamir Thalib dengan ngeRaff,” ujar Muchid dan dia pun langsung beraksi.

Bila presiden selalu berjudi
Bangsanya senewen jadi pemimpi

Bila parlemen banyak tidur
Itulah cermin rakyatnya hancur

Bila program menteri tak tepat sasaran
Samalah garam dibuang ke tengah lautan

Gubernur yang banyak menjual hutan dan lahan
Sengsara panjanglah anak cucu di hari kemudian

Apabila korupsi mainan bupati
Alamatlah diru ‘kan masuk bui

Camat yang menyunat dana program
Tanda tak ingat kawasannya terancam

Kalaulah lurah selalu bertingkah
Negara payah masyarakat pun susah

Kalaulah kepala desa suka berdusta
Kampung binasa warga menderita

Apabila rakyat banyak melarat
Negeri sekarat bangsa pun tamat

Selain Muchid Albintani, pada diskusi yang diselenggarakan Komunitas Sastra Riau bersama Listi Mora Rangkuti ini, tampil secara langsung narasumber Prof Dr Drs Dato’ Perdana H Abdul Malik, M Pd., guru besar Univeritas Maritim Raja Ali Haji (Umrah) Tanjungpinang, Dr Husnu Abadi M Hum., dari Fakultas Hukum Universitas Islam Riau (UIR) serta Assistant Professor Dr Bambang Suhartono bin Mohd Said – yang hadir secara virtual – datang dari Southern University College, Johor, Malaysia.

Dari peserta tampak hadir beberapa tokoh Riau dan seniman daerah ini, antaranya Srikandi Riau Azlaini Agus dan dr Diana Tabrani Rab, Dr Zahirman Thalib, Dr Evizariza, Mansyur MS, Irvan Nasir, Aris Abeba, Herman Rante, TM Sum, Corry Islami. ***

Editor: Fahrul Rozi

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *