Membaca Terapi Kamar Mandi, Membaca Tentang Penuh Segala… (2)

TERAPI Kamar Mandi (TKM) merupakan kumpulan cerita pendek (cerpen) yang diterbitkan Balai Bahasa Provinsi Riau yang bekerja sama dengan Penerbit Palagan Pustaka pada September 2023. Di dalamnya memuat 33 cerpen karya penulis yang sebelumnya mendapat coaching clinic tajaan Balai Bahasa Provinsi Riau.

Dan Bunga pun Gugur. Cerpen ini cukup sukses mengajak pembaca menyelami kehidupan tokoh yang terjerat narkoba.

Cerita dimulai saat Riana yang baru hamil sedang berada di kuburan suaminya bernama Bimakarena terjangan tiga peluru yang bersarang di tubuhnya. Lelaki yang pada awalnya hanya pembawa truk sawit ditembak petugas karena menjadi tersangka kurir narkoba. Pengarang berhasil mengaduk-aduk perasaan pembaca.

Cerita ini diakhiri pengarang yaitu Susilawati dengan kalimat: Waktu terasa berhenti. Riana masih duduk di depan gundukan tanah liat yang basah. Matahari mengintip kedukaannya di balik awan yang berarak. Ilalang tak lagi bergerak dan burung-burung berhenti bersiul. Ada gaung panjang seperti labirin yang mengiang di telinganya. Suara letusan pistol yang telah merobek dada suaminya itu terus mengganggu. Riana menangis. Dia tidak percaya bahwa hari ini ia menabur bunga duka, padahal kemarin siang ia menanam bunga untuk kejutan suaminya. Bunga-bunga yang bermekaran itu akan segera layu, seperti hati Riana. Kabur oleh air mata yang mengambang, Riana terus menggali kuburan itu dengan jarinya agar test pack itu semakin dalam terkubur bersama suaminya.***

Sejak memulai hingga mengakhiri cerita, semua yang dikisahkan terasa tetap stabil. Ia tidak seperti mobil mogok karena kehabisan minyak di tanjakan. Atau bukan sepeda motor yang bahan bakarnya minyak bercampur air. Narkoba memang menjadi the ordinary crime.

Cerpen Bias Rindu yang ditulis Yel Muis juga berkisah dengan tema yang sama seperti cerpen di atas, yaitu tentang kelukaan mendalam akibat dari narkoba yang menghantui masyarakat dalam level apapun. Narkoba merasuk kalangan pejabat hingga rakyat jelata. Kalangan anak muda hingga para tua renta.

Akhir dari segalanya ihwal seluk beluk narkoba itu hanya kelukaan yang mendalam, baik bagi pemakai, pengguna, kurir, pengedar maupun keluarga dari orang-orang yang tenggelam dalam persoalan benda haram tersebut.

Cerpen ini bercerita tentang cinta dan kasih sayang yang pupus karena narkoba. Sebuah jalinan cerita yang juga menarik. Laptop yang berada dalam lemari itu mengingatkan peristiwa yang memilukan, yang memisahkan anak dari ibunya, adik dari abangnya. Di dalam laptop itu tersimpan chatting pesan dan transaksi narkoba anak sulungnya itu.

Cerpen ini diakhiri penulis: Kami bertiga berpelukkan, seakan-akan pelukkan itu menolak Ibra untuk dibawa polisi. Dalam air mata, dinginnya air Sungai Lubuk Minturun membias ke relung hati kami.***

Pesan cerpen ini sangat jelas. Pesan itu ada dalam selubung cerita menarik berlatar suasana Sungai Lubuk Minturun. Lagi-lagi narkoba telah merusak segalanya. Lagi-lagi narkoba menjadi musuh bersama. Hemat saya, sastrawan memang harus menuliskan ini. Dari tangan pengarang juga dapat diketahui khalayak bahwa jangan sampai mendekatai barang haram bernama morfin, heroin (putaw), ganja (kanabis/marijuana), kokain, LSD (Lysergic Acid), opium (Opiat), PCP (Phencyclidine), dan lain-lain ini.

Cerpen seperti Bias Rindu serta Dan Bunga pun Gugur ini setidaknya menjadi satu tanda bahwa para penulis, para sastrawan amat resah dan membenci petaka akibat narkoba ini.

(Bersambung…)

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews