Sosial  

Bunda Paud: Satu dari 5 Anak yang Lahir di Siak Menderita Stunting

LAMANRIAU.COM, SIAK – Angka kasus stunting di Provinsi Riau saat ini mencapai 27 persen, sementara di Kabupaten Siak jumlah penderita stunting sebanyak 21 persen. Artinya 1 dari 5 anak yang lahir menderita stunting.

“Ini menjadi tanggung jawab bersama, dan dibutuhkan kerja keras dalam menjawab berbagai tantangan yang ada,” kata Bunda Paud, Rasidah dalam kegiatan Sosialisasi Percepatan Penurunan Stunting yang ditaja Himpaudi Kecamatan Siak dan Mempura, bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Rabu (19/2/2020).

Rasidah sangat mendukung kegiatan tersebut, sebab bahaya anak-anak yang stunting atau pertumbuhannya kerdil adalah menurunnya tingkat kecerdasan otak si anak sebanyak 30 persen. Kemudian si anak jadi rentan sakit.

“Orang yang stunting sejak kecil cenderung mengalami gangguan kesehatan. Masalah yang kerap terjadi seperti postur tubuh yang pendek saat dewasa, massa otot yang lebih kecil, kemampuan intelektual di bawah rata-rata, serta melahirkan bayi dengan berat lahir rendah,” ujarnya.

Dijelaskannya, periode usia 0-6 tahun merupakan masa penting tumbuh kembang anak. Sebanyak 90 persen otak anak berkembang pada periode emas ini, dimana miliaran sel saraf dalam otak saling menyambung untuk membentuk kecerdasan.

“Semakin banyak sambungan antar sel otak anak, semakin tinggi tingkat kecerdasannya, untuk itu perlu diberikan stimulasi yang tepat pada anak usia dini agar berpengaruh positif pada tumbuh kembang anak,” kata Rasidah menjelaskan.

Kegiatan itu berlangsung di Aula TK Pemda dan diikuti sebanyak 92 orang terdiri dari Kepala TK, guru TK, Kepala Paud dan guru Paud.

Narasumber dari Dinas Kesehatan Rois Marsela mengatakan, stunting adalah kegagalan tumbuh kembang anak secara optimal disebabkan dampak dari kekurangan gizi secara kumulatif dan terus menerus.

Secara umum kata dia, penyebab stunting adalah rendahnya asupan gizi pada 1.000 hari pertama kehidupan, yakni sejak janin hingga bayi umur dua tahun. Selain itu, penyebab lainnya adalah fasilitas sanitasi yang buruk, minimnya akses air bersih, dan kurangnya kebersihan lingkungan.

“Paling tidak dengan melakukan pemeriksaan secara rutin, minimal empat kali dalam masa kehamilan, diharapkan berbagai persoalan terkait pertumbuhan anak di dalam kandungan bisa terpantau,” ujarnya.

Rois bilang, beragam cara mencegah stunting agar anak-anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Seperti, melakukan inisiasi menyusu dini begitu si kecil lahir, memberikan ASI eksklusif hingga usia 6 bulan, serta memberikan makanan bergizi seimbang secara bertahap sesuai kemampuan dan usianya.

Selain itu, perlu juga dilakukan perbaikan sanitasi dan akses air bersih guna mencegah risiko ancaman penyakit infeksi. Tentu saja, semua itu harus didukung dengan pola asuh dan perawatan yang baik dari orangtua. (MCR)

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *