Membaca Perselingkuhan PKB dan Arah Angin Golkar – Demokrat di Pilkada Bengkalis

LAMANRIAU.COM, PEKANBARU – Drama politik terus bergulir mewarnai agenda jelang Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) tahun 2020 yang akan berlangsung pada 9 Desember mendatang di Kabupaten Bengkalis.

Panasnya persaingan politik di negeri Junjungan itu sejak awal laga sudah terasa kian terbuka. Diawali dengan “kisah pilu” ketika ditinggalnya Partai Demokrat, ditengah harapan untuk menggandeng Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sedang diatas angin.

Saat itu, Partai Demokrat yang sudah mantap untuk menjodohkan kadernya Nur Azmi Hasyim bersama kader PKS Khairul Umam pada percaturan Pilkada mendatang. Ini dibuktikan penyerahan SK dukungan langsung disampaikan Ketua Umum DPP Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono.

“Kami DPP Demokrat mengusung Khairul Umam dan Nur Azmi. Kebetulan Nur Azmi adalah kader Demokrat yang saat ini menjabat sebagai Ketua DPC Demokrat Bengkalis. Saya berharap dengan adanya surat rekomendasi ini bisa menjadi penyemangat untuk berjuang,” kata AHY kala menyerahkan SK tersebut, Rabu 10 Juni 2020.

Namun dukungan yang diberikan dari awal oleh AHY, hanya bertepuk sebelah tangan. Hasilnya, PKS justru memilih menjodohkan kadernya Abi Bahrum ke Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

“Setelah melalui penjaringan dan mekanisme yang panjang, mulai dari 10 Balon menjadi 3, dan seterusnya, Alhamdulillah ketemu pada satu titik, maka dapatlah restu DPP PKS kepada Abi bahrun yang berpasangan dengan Herman yang dikaderkan oleh PPP. Setelah deklarasi malam ini insya Allah PKS tidak akan berpecah lagi,” kata Ketua DPC PKS Bengkalis Khairul Umam saat deklarasi pasangan Abi Bahrum – Herman di Kota Duri, Senin 13 Juli 2020 malam.

Putusan menyakitkan itu pun langsung direspon oleh Partai Demokrat. Walaupun merasa dikhianati dan gagal berkoalisi dengan PKS, Demokrat tetap optimistis mengusung kader sedniri di Pilkada Bengkalis tahun 2020.

“Meski kader terbaik kami dikhianati, namun Demokrat tetap akan majukan Nur Azmi Hasyim untuk ikut di Pilkada Bengkalis,” ungkap Wakil Ketua DPC Demokrat Bengkalis, Nanang Haryanto.

Pasca dikhianati, nyatanya Demokrat sampai saat ini belum juga menujuk diri menatap Pilkada yang tinggal beberapa bulan lagi.

Tak hanya drama PKS-Demokrat, hal seru juga terjadi pada dukungan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang dari awal telah mengeluarkan SK kepada pasangan Kasmarni – Bagus Santoso (KBS). PKB merupakan partai kedua setelah PAN mengeluarkan dukungan ke pasangan tersebut

Ditengah jalan, PKB “galau” ketika tahu kalau kadernya Sri Barat alias Iyeth Bustami justru dirangkul oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) berduet dengan Sekretaris DPD PDIP Riau Kaderismato pada bursa Bakal Calon di Pilkada Kabupaten Bengkalis.

Pasca penyerahan SK oleh DPP PDIP untuk pasangan yang disingkat KDI itu pada Selasa 18 Agustus 2020. DPP PKB mulai menimbang dukungan yang telah diberikan kepada Kasmarni dan Bagua Santoso.

PKB kini beralih mendukung duet Kaderismanto-Iyeth Bustami. Peralihan dukungan ini semata-mata dilatari status Iyeth Bustami sebagai kader murni PKB. Dukungan pun diberikan DPP pada Senin 17 Agustus 2020.

Tim Desk Pilkada DPP PKB, Ahmad Iman mengatakan, dengan penyerahan surat keputusan (SK) dukungan kepada Kaderismanto-Iyeth Bustami, maka SK sebelumnya kepada Kasmarni-Bagus Santoso dicabut.

“Saat kita memberikan dukungan kepada Kasmarni-Bagus Santoso dulu, itu lantaran belum ada kader PKB yang siap maju. Sekarang, ada kader yang mau maju, ditambah Iyeth ini bukan kader kaleng-kaleng, maka kita dukung,” ujarnya.

Menanggapi perubahan ini, pengamat politik dari Unri, Saiman Pakpahan menilai berpalingnya PKB itu memang sangat dinamis. “Mungkin PKB menganggap sosok Kasmarni tidak lagi satu kepentingan yang sama dengan PKB. Ada sosok lain yang yang dianggap sejalan dengan kepentingan PKB,” sebutnya.

Menurut Saiman, meski dalam politik itu dijamin, namun ada konteks kualiti politik, norma dan tatacara yang harus diikut sertakan. 

“Diawal baik- baik seharusnya baik- baik juga menarik dukungan dan berpaling ke perahu lain. Sehingga ada suasana hubungan yang bagus pada partai itu. Tapi jika partai itu kemudian meninggalkan dengan cara radikal maka secara etika puplik tidak bagus,” katanya.

Ia mengatakan perubahan ini juga tidak mempengaruhi suara karena PKB di Kabupaten Bengkalis tidak begitu kuat. “Jadi, Kasmarni dan Bagus Santoso hanya tinggal menunjukkan bahwa Ia pribadi yang memiliki kemampuan bagus dalam menghadapi situasi seperti ini,” tambahnya.

Ia mengatakan justru langkah PKB ini sendiri menciderai integeritas partai ditingkat elit.

Perubahan dukungan ini juga merubah peta politik, PDIP yang hanya memiliki 6 kursi di DPRD Bengkalis, kini sudah cukup mengantarkan pasangan ini ke KPU, setelah mendapat tambahan 3 kursi dari PKB.

Dengan demikian, setidaknya sudah ada tiga pasangan yang memenuhi syarat dukungan untuk mendaftar ke KPU pada Pilkada mendatang. KBS sendiri meski ditinggal PKB, tetap mencukupi kebutuhan kursi syarat dukungan dimana PAN, PBB, Nasdem dan Gerindra bila ditotal sudah punya kekuatan 16 kursi.

Begitu pula untuk pasangan Abi Bahrum dan Herman yang didukung 9 kursi hasil akumulasi 8 kursi PKS dan 1 kursi PPP.

Saat ini, di Bengkalis ada tiga partai politik lagi yang belum mengambil sikap dukungan. Selain Demokrat yang punya 2 kursi, masih ada Partai Golkar punya 8 kursi dan Perindo dengan 1 kursi

Sebelumnya Ketua DPD II Partai Golkar Kabupaten Bengkalis Indra Gubawan Eet memberikan sinyal akan berkoalisi dengan Partai Perindo untuk maju di Pilkada daerah itu. Ia menggandeng politisi PKS Samsu Dalimunte.

Belakangan, harapan Golkar semakin terbuka peluang, ada kemungkinan Partai Demokrat akan masuk ke dalam gerbong koalisi terakhir tersebut. ***

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *