Zuriat Matahari

Desember haru

LAMANRIAU.COM

Apabila anak tidak dilatih, jika besar bapanya letih. (Raja Ali Haji)

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. (Q.S: 4: 9)

Zuriat matahari itu merupakan kelompok yang dapat mengatakan dengan tegas puisi Muhammad Iqbal dalam kehidupan mereka: “…Kita para elang tidak mencari perlindungan di taman dan ladang manusia// Surga kita di puncak-puncak gunung/ gurun luas dan tebing jurang// Kaki kita haram menjemput bulir-bulir jelai dari tanah// Sebab Tuhan telah memberi kita ruang lebih tinggi yang tak terbatas// Penduduk kelahiran angkasa yang berdiam di bumi//… Kau tak boleh meminta makanan dari tangan orang lain kapan pun saja// Baik-baiklah kau membawa diri dan dengarkanlah selalu nasehat yang baik dan luhur.“ (Payam-i-mashriq: Pesan dari Timur).

Al-ummu madrasat al-ula. Ibu merupakan sekolah pertama. Tanpa ibu tak ada manusia-manusia pencetak sejarah dalam kehidupan. Tanpa seorang ibu yang solehah dan cerdas tak akan ada manusia-manusia matahari. Doa seorang ibu menjadi senjata ampuh bagi para pendekar di medan laga, menjadi suluh bagi orang tersesat dalam gulita, menjadi cahaya bulan di kerlingan malam. Jika ingin memperoleh generasi emas atau zuriat matahari maka carilah, temukanlah calon ibu yang solehah dan cerdas karena ia merupakan guru pertama dan utama menciptakan generasi emas atau zuriat matahari itu.

Tunkahu al-mar ah li arba’: limaliha walihasabiha, walijamaliha, walidiniha, fazfar bizati al-din, taribat yadaka: perempuan dinikahi karena empat hal, karena hartanya, karena keturunannya, karena kemolekannya, karena agamanya. Maka utamakan memilih agamanya, niscaya kamu akan bahagia. (HR. Bukhari wa Muslim)

Dalam Gurindam Dua Belas, Raja Ali Haji masih berpesan: Cahari olehmu akan isteri, yang boleh menyerahkan diri.

Setelah menemukan calon ibu yang solehah selanjutnya ikuti tahapan berikut. Seorang suami agar selalu mengajak istrinya mencintai Allah Swt, Rasulullah Saw, dan orangtua karena Allah. Selebihnya ia menuntun istrinya, calon ibu yang sedang hamil semakin mencintai Allah dan Rasul-Nya, mencintai semesta, mencintai Islam sepenuh jiwa. Menciptakan wangi islami dalam rumah tangga, dan aroma harumnya merebak ke alam raya. Ketika anak lahir, sang ayah tidak lupa mendendangkan kalimat tauhid di telinga dan mengalir di seluruh jiwa sang calon generasi matahari itu. Setelah itu jangan lupa akikahkan ia. Doakan ia. Bagi seorang ibu, ketika sang anak ingin tidur, antarkan lelaki matahari itu dengan lantunan Alquran dan selawat nabi agar ia dapat bermimpi indah, dan jika sudah terjaga nanti, berdoalah agar mimpi-mimpi indahnya esok hari, esok ketika masanya tiba bakal wujud menjadi nyata. Doakan ia selalu menjadi generasi emas, zuriat yang membawa dan menebar cahaya matahari. Robbi hab li min al-sholihin: Ya Rabbi, anugerahkan kepadaku generasi yang soleh. Robbana hablana min azwajina wa zurriyatina qurrota a’yunin waj’alna li al-muttaqina imama: Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri dan keturunan kami sebagai penyenang hati, dan jadikanlah kami imam (pemimpin) bagi orang-orang yang bertakwa.”

Isi doa yang langsung dipandu Ilahi sungguh cantik dan menarik, di samping dianjurkan berdoa agar memiliki pasangan hidup yang soleh dan solehah, serta memiliki genarasi emas, doa ini juga menganjurkan agar setiap muslim menjadi pemimpin tapi dengan catatan kaki (footnonte), yaitu menjadi pemimpin bagi orang yang bertakwa. Artinya jangan berharap jadi pemimpin kalau hanya menjadi payung-panji bagi orang-orang yang tidak bertakwa atau jadi pemimpin bagi kaum yang ingkar pada nilai-nilai Ilahi. Ya, kita semestinya menjadi pemimpin yang tumbuh dari orang-orang bertakwa dan di tengah orang-orang yang bertakwa pula, serta menciptakan peradaban takwa. Dan tujuan menjadi pemimpin benar-benar untuk menegakkan keinginan Ilahi di muka bumi, bukan untuk mengikuti nafsu hewani apalagi syaithoni. Tentu saja jabatan kepemimpinan itu diperoleh dengan cara yang benar menurut Ilahi bukan menurut dorongan ambisi membabi buta tanpa kendali nilai Ilahi Rabbi.

Doa agar selalu mendapatkan generasi emas selalulah dilantunkan. Setelah itu, karena ibu menjadi pendidik utama dan pertama, susukan anak selama dua tahun. Selama menyusukan tanamkan rasa cinta seolah tanpa batas pada si buah hati. Teteskan air kehidupan di sanubarinya. Panjatkan harapan tanpa henti agar Allah Swt menjadikannya sebagai qurrata a’yun. Doakan ia terus menerus tanpa henti. Jangan pernah istirahat sampai napas kehidupanmu berhenti.

Setelah masanya ia mesti sekolah di luar rumahnya, pilihlah madrasah yang akan membuat ia semakin dekat dengan keinginan kita, yaitu harapan agar menjadi generasi sholeh, zuriat matahari sebagai tabungan abadi. Bukankah seorang anak soleh merupakan tabungan abadi? Ya, ia deposito yang kekal karena ketika insan meninggalkan dunia, bukankah doa-doaanak shalehnya dapat membantu orangtuanya agar sejahtera di alam baka?

Dari Abu Hurairah RA berkata: Rasulullah bersabda: “Apabila manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga: yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak sholeh yang mendoakan kepadanya.” (HR Muslim).

Selain itu, sebagai khatam al-kalam dalam Tepilangit sekali ini, perlu direnung pula pesan Kahlil Gibran dalam puisinya berjudul ‘Anakmu Bukanlah Milikmu’: Anakmu bukanlah milikmu/ mereka adalah putra-putri sang hidup/ yang rindu akan dirinya sendiri// Mereka lahir lewat engkau/ tetapi bukan dari engkau/ mereka ada padamu/ tetapi bukanlah milikmu// Berikanlah mereka kasih sayangmu/ namun jangan sodorkan pemikiranmu/ sebab pada mereka ada alam pikirannya sendiri// Patut kau berikan rumah bagi raganya/ namun tidak bagi jiwanya/ sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan/ yang tiada dapat kau kunjungi/ sekalipun dalam mimpimu// Engkau telah berusaha menyerupai mereka/ namun jangan membuat mereka menyerupaimu/ sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur/ atau pun tenggelam ke masa lampau// Engkaulah busur asal anakmu/ anak panah hidup/ melesat pergi// Sang pemanah membidik sasaran keabadian// Dia merentangkanmu dengan kuasa-Nya/ hingga anak panah itu melesat jauh dan cepat// Bersukacitalah dalam rentangan tangan sang pemanah/ sebab Dia mengasihi anak-anak panah yang melesat laksana kilat/ sebagaimana dikasihi-Nya pula busur yang mantap//

Wallahu a’lam. **

Baca : Memeluk Takwa

 

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *