Sakit Hati?

Ramadhan dan Kedamaian

DI dalam hati mereka ada penyakit. “fi qulubihim maradh”. Demikian Alquran menegaskan. Akan tetapi karena keadilan-Nya, kata nabi; Kullu da in, dawa un… setiap penyakit ada obatnya.

Semua orang tak mau sakit. Mereka ingin selalu sehat sepanjang waktu, akan tetapi sakit tak dapat dielakkan,  ia tetap akan terus datang, datang dan datang karena tak ada arti rasa sehat kalau tak pernah merasa sakit. Rasa sakit tetap akan ada selama alam dunia masih dicecah, selama bumi masih dianjak dan langit sebagai payungnya.

Kebanyakan manusia sangat risau dengan penyakit yang menimpanya, terutama penyakit lahiriah. Mereka akan berusaha mengobatinya sehabis daya dan upaya. Tak berkira lagi dengan tenaga, waktu, uang dan pengorbanan lainnya habis dan luncai demi kesembuhan. Mereka lupa ada penyakit yang lebih berbahaya daripada sakit mata, sakit telinga, sakit perut, sakit kepala dan berbagai macam penyakit lainnya, yang membuat mereka runsing tak bertepi. Penyakit yang amat membahayakan itu adalah penyakit hati, yang semestinya lebih mereka takuti dan risaukan, lebih mereka bersusah payah mencari oabatnya daripada penyakit jasmani yang menimpa, karena sumber segala penyakit jasmani itu sesungguhnya berasal dari hatinya, dari ruhaninya.

Kerisauan hati membuat orang mengidap banyak penyakit lahiriyah. Lagi pula, penyakit lahir akan lenyap ketika tubuh bersatu dengan tanah, ketika nyawa berpisah dari raga. Bahkan penyakit lahiriah juga dapat menggugurkan dosa-dosa. Sebaliknya penyakit batin atau penyakit hati akan terus menggerogoti manusia jika tak segera diobati walaupun ia telah mati karena sakit itu akan berpengaruh bagi kehidupan selanjutnya.

Iyyakum wa al-hasad, fa innahu ya’kulu al-hasanat kama ya’kulu al-nar al-khatab. (HR. Abu Dawud). Jauhi sifat hasad karena sifat itu sesungguhnya memakan kebaikan-kebaikan seperti api yang melahap kayu kering.

Tak ada arti kebaikan yang pernah dilakukan ketika dalam diri dijangkiti penyakit ruhaniyah tersebut. Semua prilaku baik akan terkikis. Semua akan luncai, licin bagaikan debu di atas batu yang ditimpa hujan. Ia ‘kan hilang. Arang habis besi binasa. Berbuat begitu banyak amal tapi tak bernilai apapun karena menyimpan penyakit berbahaya yaitu al-hasad.

Apa obatnya?

Pertama, mengingat-Nya. Ala bizikrillah tathmainn al-qulub. (Q.S. 13: 28). Ingat, dengan berzikir kepada Allah hati akan tenteram. Ayat ini berada dalam surat al-Ra’d yang bermakna halilintar atau petir. Apa yang terbayang ketika melihat atau mendengar petir menggelegar?

Apa itu zikir? Bisa berarti menyebut dapat pula bermakna mengingat. Menyebut kalimat-kalimat yang baik, seperti subhanallah, alhamdulillah, allahu akabar, la ilaha illallah, dan lain-lain. Bagaimana mengingat Allah? Di antaranya dengan mengingat zat-Nya, mengingat dan memahami kebesaran-Nya, mengingat azab-Nya, mengingat nikmat-Nya.  Menurut para ulama, zikir dapat dilakukan dengan lidah juga bisa dengan hati.

Kedua, dengan berdoa, wazkur robbaka fi nafsika tadharruan wakhifatan wa dun al-jahri minal qaul: bi ai-ghuduwwi wa al-ashal wala takun min al-ghafilin… Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. (Q.S. 7: 205)

Bangunlah tengah malam. Dirikan tahajjud. Sebelum itu lihat wajah anak dan istri dengan teliti. Merenunglah. Apakah mereka telah sejahtera selama ini bersama kita dalam ridha-Nya? Apakah kita akan bersatu kembali dengan mereka saat sudah kembali ke hadirat Ilahi, atau kita bersama saat hidup di dunia ini semata? Berdoalah kepada Allah agar diselamatkan di dunia dan akhirat. Berdoalah agar disembuhkan dari penyakit hati, terutama hasad.

Ketiga, bacalah Alquran karena ia juga disebut al-zikr/zikir. Inna nahnu nazzalna al-zikra wa inna lahu lahafizun: (Q.S. 15:9). Alquran itu merupakan obat yang paling mujarab. Wanunazzilu min al-qurani ma huwa syaifa un warahmatun li al-mukminin wala yazidu al-zalimina illa khasara: “Dan Kami turunkan dari Alquran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. 17: 82)

Keempat perbanyak shalat. Karena kata para ulama, puncak zikir itu ada dalam pelaksanaan ibadah shalat. Innani anallahu la ilaha ila ana fa’budni wa aqimu al-sholata lizikri: Sesungguhnya Akulah Allah. Tidak ada tuhan, melainkan Aku. Oleh karena itu, sembahlah Aku, dan dirikanlah shalat, untuk mengingat Aku. (Q.S Thaha 20:14)

Saya, tuan, puan serta encik-encik sekalian, mari segera berobat. Mari sembuhkan hati yang sakit. Mari.

Wallahu a’lam. ***

Baca : Sayang?

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *