Hujan Merajuk Angin pun Tersenyum

nama

JAWABAN mengapa hujan merajuk yang secara bersamaan angin pun tersenyum?

1. Berternak Air

Janganlah marah wahai saudara. Hendak ku sebut negeri peternak air yang keterlaluan serakah. Tengoklah longkang penyalur air yang ditelantarkan seperti disengaja. Drainase yang indah tertutup sampah. Turut mernbantu  agar ternak airnaya subur makmur mengaliri kediaman di pinggiran Negeri Kolam Susu bak pantai indah kapas tidur bantalnya?

2. Gunung Bernyanyi

Gunung-gunung tak lagi bersedih apalagi menangis. Air mata telah tiada. Gunung-gunung akan bernyanyi terus menerus menyambut prestasi penguasa negeri dengan lagu dua satu dua, tiga satu tiga, empat satu empat, bergerak perlahan membisik bumi menggelar angin. Tirai tak lagi menutupi. Kilat guntur menggemuruh sukses membuka satu persatu kedok topeng bopeng setiap keculasan yang sedang bersemi.

Gunung-gunung akan berkelakar sambil meniup seruling sangkakala bersama Israfil mengkalkulasi setiap manipulasi kata yang selalu mengalir dari cerita citra ngeles tentang negeri yang kehilangan wibawa.

Gunung bersarna awan mendung birunya langit yang bercengkarama dengan kumolonumbus hiasi penyambutan okestera ombak angin petir yang menyanyikan simponi amuk negeri dalam paduan suara kebohongan yang tak lama datanglah tanda-tanda dengan ucapan salam dari semeru disahut merapi yang akan diiyakan galunggung tanda setuju.

Gunung-gunung pun bersujud sambil menunggu instruksi kapan kami mulai bernyanyi memberi sinyal pada penguasa lalim lupa dari negeri para wali agar tak jumawa lagi.

3. Para Pemuja Api

Gunung-gunung pun menyala menyambut kemenangan para pemuja api. Mereka datang dengan lupa mengeruk kemaruk semua hasilnya. Para pemuja api tak santun lagi di negeri kami. Kebijakan mereka beli melalui petinggi kami pencinta materi seperti karun.

Para memuja api lupa diri tak mengerti. Gunung tak pernah mati, akan hidup menggemuruh di kebanyakan negeri. Para pemuja api tak pemah peduli terus saja merayu, batupun diberi sesaji karena tak mempan disogok lagi.

Begitulah para pemuja api tak pernah mengerti. Tidak semua petinggi dapat dibeli, karena doa-doa istiqomah dari mereka yang tak goyah iming-iming kuasa dan dolar.

Para pemuja api mengapa tak kenal diri. Umurnya tak lama lagi. Sebelum terbuka topengmu, simpanlah dolar mu yang tak akan laku di tanah leluhur kami.

4. Dongeng Negeri Kaya

Hidup di negeri kaya menyimpan seribu tiga cerita. Mulai jalan yang tanpa kereta, sampai misteri jenglot yang dapat melipatgandakan mas dolar rupiah. Hidup di negeri kaya gemahripah lohjenawi penyebab tekak tak dahaga. Karena kelapa hilang santannya.

Hidup di negeri kaya tak takut lapar. Sembako cukup menjadi penglipur lara pengganti harga dari diri yang terlupa. Hidup di negeri kaya teramat bebas. Timur barat tak lagi arah. Cukup turuti perintah ketua.

Hidup di negeri kaya hati selalu gembira. Makan apa adanya. Hanya tergantung: kalau si miskin mau makan apa. Yang kaya pilih yang mana. Aparat kasusnya apa. Penjahat serahkan semua. Penguasa mau makan siapa. Hidup di negeri kaya tak perlu apa-apa. Cukup tunjuk saja sambil melempar ampau dari kereta dan berkata pungutlah.

5. Hujan Merajuk Angin pun Tersenyum

Hujan merajuk sebagai tertuduh satu. Angin tetap saja tersenyum, walau tertuduh dua. Uniqnya negeri tempat bermastautinnya para malaikat. Beda dengan Negeri Kolam Susu, bermukimnya para sengkuni. Air tak pernah tertuduh. Apalagi sebagai korban hujan penyebab banjir. Angin yang terpaksa pasang badan karena memperdaya gelombang mendukung banjir.

Hujan marajuk angin tetap tersenyum. Lucunya negeri tempat bermukim para resi orang-orang suci. Beda dengan Negeri Kolam Susu, duduk bermukimnya para penyihir-pesulap. Yang saban waktu mengubah-ubah apa yang dapat diubah, mulai cuaca, gelombang, badai, petir, hutan, tanah, air, udara, nikel, emas, perak, intan berlian  menjadi dolar rupiah.

6. Menuju Pulang

Di penghujung asa yang tersisa sejumput harap. Pada Mu Yang Maha Rahman Rahim. Perkenankan kami menuju pulang. Tunjukkan jalan kembali ke tempat Engkau menghantarkan kami pada pintu gerbang kemerdekaan. Atas berkat Rakhmat Allah Yang Maha Kuasa.

Wallahu’alam. ***

Baca : Cermin Tak Ada Bayangan

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *