Bermalam Lagi di Singkarak

Muslim Paripurna

BEBERAPA hari menjelang masuk Ramadhan 1442 H tahun 2021 M, saya bersama keluarga berkunjung ke beberapa negeri di West Sumatera (Sumatera Barat) yang merupakan bagian dari Swarna Dwipa (Pulau Emas) alias Pulau Sumatera. Negeri yang melahirkan sejumlah pemahat sejarah Indonesia bahkan dunia.

Bercerita alam Sumatera Barat, tak ada yang meragukan inilah sekeping tanah surga yang dipercikkan Ilahi di Swarna Dwipa. Tak ada satu jengkalpun dari alam di sini yang tidak indah dan molek. Sepanjang jalan, bebukitan barisan menjadi pagar dalam perjalanan. Beberapa tumpuk halimun kelihatan menyelimuti hutan yang seolah memanjat pegunungan. Bukit dan lembah menjadi teman, yang ditingkahi nyanyian binatang rimba karena hutan di sini masih sedap untuk tinggal dan bermain para satwa. Bercerita tentang alam West Sumatera ini, wah seolah kehabisan huruf, kata dan kalimat dibuatnya.

Seusai menjemput anak yang nyantri di Harau, kami menghela diri menuju Payakumbuh, hendak menuju Istana Basa Pagaruyung dan Danau Singkarak. Sebenarnya saya sudah pernah beberapa kali menjejak tanah ini, setidaknya semasa mondok dan kuliah dahulu. Harau, negeri bertebing gagah yang memiliki beberapa mata air yang mengucur deras hingga membentuk air terjun yang menentramkan. Banyak wisatawan menyebut tempat ini sebagai lembah Yosemite-nya Indonesia.

Saya amat berterima kasih kepada google map, karena ia memandu kami dalam perjalanan. Kami sampai ke Batu Sangkar kira pukul 10.00 pagi. Pagaruyung, ya, istana bundo kandung ini masih berdegam seperti dulu walaupun kabarnya telah beberapa kali renovasi. Ada yang lain hari ini terjadi, baru saja menjejak kaki di samping kiri istana, mata saya tertumbuk di samping istana. “Bung Griven,” katanya. “Selamat datang di istana Pagaruyung.” Bahagia bukan main rasanya. Serasa balik kampung karena lelaki yang benama Rison Idham ini merupakan seniman yang lama bermastautin di Pekanbaru. Perupa ini pernah punya stand lukis di Pekanbaru, di antaranya di hotel Mutiara Merdeka, dan di Pustaka Soeman Hs.

Istri dan anak-anak saya langsung menaiki tangga istana, sementara saya terhenti di gerai lukis terbuka perupa yang kabarnya merupakan salah seorang pembuat siluet tercepat di Indonesia tersebut. Ia langsung memesan dua gelas kopi. Kami pun berbincang panjang tentang seni budaya.

Perbincangan kami ini lepas luncai. Saya perhatikan beberapa seniman fotografer juga ikut menyimak perbincangan ini. Begitu juga dengan uni-uni yang berjualan di sekitar istana. Kami bercerita banyak tentang perkembangan seni budaya di Riau, di samping daerah lainnya di Sumatera.

“Bung Griven,” kata Tuan Rison. “Saya ingin membuat siluet Bung sebagai hadiah,” katanya sambil tersenyum. Saya pun terkejut. Saya amat suka itu. “Coba menghadap ke sana,” katanya memberi instruksi agar saya duduk menyamping. Hanya beberapa detik saja. “Sudah. Silakan duduk seperti semula, Bung,” katanya. Saya lihat tangannya sibuk dengan pisau cutter dan selembar karton hitam.

Melihat ia sibuk bekerja, saya pun minta diri hendak ke mobil, ingin pula rasanya bertukar cendrahati dengannya. Saya cari salah satu buku saya, tapi sayang, mobil yang biasanya menjadi rumah dan pustaka kedua bagi saya hari ini sudah kosong dari buku-buku. Sudah dibereskan karena akan dipakai tour keluarga. Saya sungguh lupa. He he he.

Saat saya kembali ke istana basa, siluet diri saya pun selesai rupanya, bahkan sudah nyaman dan sedap dipandang dalam pigura. Wah senangnya saya. Perjalanan yang amat membahagiakan. Tak lama kemudian saya pun minta diri pada Tuan Rison dan beberapa seniman foto yang berkumpul di sana. Saya berkumpul dengan keluarga.

Setelah sholat di mushalla di samping istana basa, saya dan keluarga pun berangkat menuju Danau Singkarak. Danau yang juga dipagar beberapa makam para ulama ini. Danau yang kabarnya memiliki luas 107,8 kilometer persegi dengan ketinggian 363,5 meter dari permukaan laut. Terletak pada dua Kabupaten, yaitu Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar.

Sungguh benar-benar luas danau ini, mengelilinginya seolah perjalanan tanpa ujung. Entah berapa lama barulah tiba di Dermaga Singkarak. Kami pun menyantap durian sambil menatap danau yang didinding bebukitan dan tebing yang menjulang ini. Saat itu tiba-tiba saya teringat kepada teman-teman semasa kuliah yang bernaung di bawah organisasi Senat Mahasiwa

Fakultas Dakwah (Semfada) sewaktu berkunjung ke sini sekitar 20 tahun lalu. Saat senja ketika salah seorang teman perempuan kami yang hampir tenggelam sewaktu kami berendam menikmati matahari jingga yang sebentar lagi akan berlindung di balik bukit. Untunglah sahabat saya Limasnur cepat dan tangkas menyelamatkannya. Seandainya teman kami itu tenggelam, tentu akan lain jadinya. Tentulah saya dan teman-teman akan menghadapi berbagai masalah. Saya juga teringat kala saya marah kepada beberapa teman karena mereka menghilang entah kemana, saat saya dan kawan-kawan pria hendak berkumpul di warung yang terdapat di sebuah pulau di seberang saya duduk sekarang. Teringat pula kala iseng-iseng main domino yang disediakan pemilik warung sambil menunggu kantuk dan menikmati semilir angin serta deru riak danau yang memesona. Siapa yang kalah dihukum gantung botol di telinga. He he he. Bermain hingga dini hari, sampai mata benar-benar ngantuk. Lalu kami pun tidur berlepak di warung itu. Sementara teman-teman perempuan tidur dalam bus. Ah, masa-masa yang amat menyenangkan. Entah apa kabar teman-teman saya itu kini. Semoga mereka baik-baik saja.

Seusai menyantap durian dan berfoto ria di dermaga Singkarak, kami sekeluarga melanjutkan perjalanan menuju penginapan. Senja saat matahari hendak tenggelam, anak-anak saya menceburkan diri di tepi danau Singkarak. Ketika suara mengaji mulai mengalun dari masjid yang berjuntai di kaki danau barulah kami bingkas. Wah, sungguh selesa nian perjalanan ini. Fabi-ayyi aalaa-i Rabbikuma tukazziban. Maka nikmat Tuhanmu yang mana lagikah yang engkau dustakan? ***

Baca : Ramadhan dan Kedamaian

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *